Kapan Kau Akan Pulang?

"Iya hallo" Nuna mengangkat telepon dengan malas

"Hai nona, apa kau sudah sampai di rumah?" Tanya Daffa berbasa basi

"Namaku Nuna, bukan nona. Iya aku sudah sampai" Nuna menjawab ketus

"Baiklah aku hanya ingin menanyakan itu, selamat istirahat.

Kalo ada apa apa kau bisa minta tolong pada Tika atau pak Roy" kata Daffa akhirnya

'Hah, kau menelponku, mengganggu istirahatku, hanya untuk mengatakan hal tak penting seperti itu? Dasar tuan muda tak tahu diri' Nuna hanya berani bergumam dalam hati

"Oh ya kau boleh tinggal disitu sampai kapanpun kau mau. Tapi aku sarankan agar kau secepatnya datang ke rumah orang tuamu, dan meminta maaf." Daffa berusaha menggunakan nada selembut mungkin agar Nuna tak tersinggung.

Tapi tetap saja Nuna merasa tersindir.

"Iya iya aku tahu diri. Aku akan secepatnya meninggalkan istanamu ini. Lagipula kan kamu yang maksa aku tinggal disini sementara" Nuna mulai kesal.

"Hei, jangan marah. Aku hanya memberi saran" Daffa cengengesan di seberang sana

"Terserah kau saja" ucap Nuna acuh.

"Orang tuamu mungkin marah padamu, tapi mereka masih orang tuamu, apapun yang terjadi aku yakin mereka akan tetap menerimamu" Daffa mulai memberikan wejangan-wejangan seakan dirinya berpengalaman.

"Masalahku rumit. Tak akan semudah itu minta maaf setelah aku memutuskan minggat dari rumah" ucap Nuna lirih.

Ada sedikit nada penyesalan.

Ya, andai saja ia mau mendengarkan orang tuanya, semuanya tidak akan serumit ini.

"Nuna, kau baik baik saja" suara di seberang mendadak sepi, Daffa mulai khawatir

"Iya aku baik." Jawab Nuna gelagapan.

"Aku tutup dulu ya telponnya, pesawatku harus segera lepas landas" pamit Daffa akhirnya

"Baiklah. Hati hati. Safe flight. Bye" Nuna mengakhiri obrolannya bersama Daf.

Matanya mulai terasa berat, Nuna benar benar ingin tidur sekarang.

Hari ketujuh Nuna tinggal di rumah asing ini. Setiap hari yang dia lakukan hanya merenung dan mengumpulkan sisa sisa keberanian.

Daf benar, Nuna harus pulang dan minta maaf kepada kedua orang tuanya.

Kalo perlu ia akan bersujud di kedua kaki orang tuanya karena telah melakukan hal paling bodoh dalam hidupnya.

Mungkin kalo ia menceritakan semuanya, orang tuanya akan menerimanya kembali sebagai anak, lalu dia bisa hidup normal dan mulai mencari pekerjaan lagi.

Nuna jadi memikirkan nasib sang ayah sekarang. Terakhir saat ia minggat, jantung ayahnya kambuh lagi

'Ah, semoga ayah baik baik saja' batin Nuna penuh harap.

Nuna berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tak mau lagi membantah kedua orang tuanya. Ia akan menuruti semua perkataan dan nasehat ayah ibunya.

Nuna tidak mau membuat keduanya kembali menelan kekecewaan.

Nuna sedang menyantap makan malamnya bersama Tika.

Ya, meskipun Tika adalah pelayan di rumah itu, tapi Nuna lebih suka memperlakukannya sebagai teman.

Nuna selalu menyuruh Tika untuk makan bersamanya di meja yang sama. Hal itu tak lain tak bukan juga agar Nuna tak merasa kesepian.

"Tik, kalo mau ke kota kira kira berapa jam ya dari sini?" Tanya Nuna membuka obrolan. Mereka berdua sudah selesai menyantap hidangan makan malam.

"Kak Nuna mau kemana memang? Kota lumayan jauh kak dari sini. Mungkin sekitar 6 jam an lah" jawab Tika memcoba mengira ngira.

Ia sendiri lupa lupa ingat letak kota itu di mana.

"Aku mau pulang, bertemu kedua orang tuaku Tik," jawab Nuna mantap

"besok biar Tika bicara sama pak Roy. Nanti kak Nuna pulangnya diantar saja sama pak Roy" saran Tika.

Nuna hanya mengangguk mengiyakan.

"Daf memang jarang datang kesini ya Tik?" Tanya Nuna lagi

"Daf? Daf siapa kak?" Tanya Tika bingung

"tuan muda maksudku" Nuna tertawa geli. Pelayan di rumahnya saja tak tahu nama depan tuannya. Apa pria itu memang sepelit itu. Hahaha

Nuna senyam senyum sendiri.

"tuan muda jarang kesini. Belum tentu juga sebulan sekali. Aplagi kalo sedang banyak pekerjaan seperti sekarang. Pasti dia akan lebih memilih pulang ke apartemennya di kota" jelas Tika panjang lebar.

Nuna hanya manggut manggut tanda mengerti.

'Mungkin tuan muda pemaksa itu seorang direktur atau CEO kaya raya' batin Nuna

"Perusahaanya banyak pasti ya, sampai sampai dia sesibuk itu" Nuna menebak nebak.

"Begitulah kak, orang kaya mah selalu sibuk" jawab Tika singkat

Ia lalu beranjak dari tempat duduknya, membereskan peralatan makan yang tadi mereka pakai untuk makan malam, lalu membawanya ke dapur untuk dibersihkan.

Nuna memilih merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah rumah itu.

Sempat terlintas di benaknya untuk menelpon Daf sekedar berpamitan.

Bagaimanapun juga Daf sudah menyelamatkan nyawanya dan memberinya tumpangan selama seminggu ini.

Daf memang tak pernah lagi menelpon dirinya. Mungkin dia benar benar sibuk dengan pekerjaannya, atau sibuk dengan pacarnya.

'Laki laki setampan Daf pasti sudah punya pacar' pikir Nuna.

Ya walaupun tak bisa di pungkiri dirinya sedikit menaruh hati pada Daf,

Wanita mana coba yang tidak akan terpesona dengan ketampanannya, dibalik sifatnya yang pemaksa dan suka ngomong seenaknya itu, Nuna akui Daf memang tampan dan baik hati.

Andai Daf meminta Nuna menjadi istrinya, tentu Nuna tak akan keberatan

Nuna tersenyum sendiri memikirkan angan-angan konyol itu

'Hahaha aku pasti sudah gila kalo berharap Daf mau menjadikanku istrinya' gumam Nuna pada dirinya sendiri. Ia memukul mukul keningnya agar pikiran pikiran konyol.itu lenyap dari otaknya.

Nuna mengambil ponselnya, mencari cari nama Daf di daftar kontak ponselnya.

Sedikit ragu, tapi akhirnya Nuna membulatkan tekadnya untuk berpamitan

Ia tak bisa terus terusan bersembunyi dan menumpang di rumah ini.

Telepon tersambung, tapi tidak diangkat.

Nuna mencoba sekali lagi

"Halo, iya Nuna ada apa" suara khas orang bangun tidur terdengar di seberang sana

'Astaga, apa aku mengganggu istirahat nya' sejenak Nuna merasa bersalah dan merutuki kebodohannya

"Na, kau masih disana?" Tanya Daf lagi karena tidak ada jawaban dari seberang

"Eh iya halo Daf, apa aku mengganggumu?" Tanya Nuna sedikit gelagapan

"Enggak. Apa ada masalah?" Tanya Daf sedikit khawatir

"aku, aku ingin berpamitan Daf, besok aku akan pulang kembali ke rumah orang tuaku" Nuna berusaha menyusun kalimat sebaik mungkin. ia berharap Daf tidak tersinggung dengan niatnya

"apa kau sudah benar benar yakin? Kalo aku mencoba bunuh diri lagi aku gak akan ada disana untuk menyelamatkanmu" Daf sedikit terkikik.

Nuna langsung berubah manyun.

"Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Kamu tenang saja" jawab nuna sambil mendengus kesal.

Daf masih terkikik di seberang sana.

"Baiklah aku percaya padamu. Beri tahu pada pak Roy kalau kamu mau pulang, nanti pak Roy akan mengantarmu sampai ke rumahmu" jelas Daf panjang lebar

"Makasih buat semuanya ya Daf, aku harap kita akan berjumpa lagi suatu hari nanti" ucap Nuna tulus. Harapan itu benar benar ia panjatkan sebagai doa.

"Iya, aku senang akhirnya kamu memilih melanjutkan hidupmu" kata Daf sebelum mereka mengakhiri obrolan telpon tersebut.

Terpopuler

Comments

Riska Wulandari

Riska Wulandari

eh ini yg d tolong siapa yg jutek siapa??🤭🤭

2022-03-30

0

fical

fical

seru

2020-12-29

0

Clara

Clara

lanjut baca nya..karna cerita nya bagus

2020-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!