Pria Misterius itu...

'Aku melihatnya,

aku melihat keputus asaan dalam wajah gadis itu. Aku melihatnya berdiri di pinggir jembatan, aku melihatnya saat dia menatap sungai berarus deras di bawah jembatan, aku juga melihat saat dia menaiki satu persatu besi jembatan itu hingga akhirnya dia akan melompat.

Syukurlah aku masih bisa menyelamatkannya. Ada apa dengan gadis ini?

Apa yang salah dengan hidupnya hingga dia ingin mengakhiri semuanya?' Daffa bergumam dalam hati.

Ia masih memandangi wajah gadis yang kini terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit.

Sudah hampir 8 jam gadis itu tertidur dan belum ada tanda tanda akan bangun.

Segala bentuk pemikiran tentang gadis ini terus berputar putar di kepala Daffa.

Ia bahkan tak mengenal gadis ini.

Tapi mengapa ia menyelamatkannya?

Daffa hanya merasa iba.

Cukup Jeslin yang meninggal sia sia karena sebuah keputus asaan.

Daffa tidak mau hal yang sama terjadi pada gadis lain, meskipun dia adalah orang asing yang

Daffa sendiri tidak mengenalnya.

Ceklek,

suara pintu dibuka.

Raka masuk ke dalam ruangan

"Daf, aku bawakan makanan dan baju ganti. Istirahatlah. Gadis itu pasti akan bangun sebentar lagi" kata Raka mencoba menenangkan atasan sekaligus sahabatnya tersebut

"Thanks Ra, aku akan mandi sekarang" Daffa beranjak dari tempat duduknya, mengambil paper bag yang tadi di bawa Raka dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sementara itu Raka merebahkan dirinya di salah satu sofa di sudut ruang perawatan tersebut.

Raka masih belum menemukan identitas gadis tersebut.

Daffa memang memintanya untuk mencari tahu, tapi Raka masih belum berhasil mendapatkan info yang di butuhkan.

Sejenak Raka memejamkan matanya.

Tiba tiba ponselnya berdering, Raka berbicara sebentar lalu keluar dari ruangan tersebut.

*****

Nuna mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya temaram di dalam ruangan tersebut.

Langit langit putih dan dinding serba putih yang Nuna lihat. Tidak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya.

'Apakah aku sudah mati?' Tanya Nuna pada dirinya sendiri.

Nuna mencoba menggerakkan kedua tangannya.

Ada rasa nyeri di tangan kirinya. Sejenak Nuna melihat jarum infus menancap di kulit mulusnya

'Rumah sakit? Siapa yang membawaku kesini?' Nuna masih bergumam sendiri. Banyak pertanyaan yang berputar putar di kepalanya. Ia tak tahu harus bertanya pada siapa. Tidak ada siapapun disini.

"Kau sudah sadar?" Suara berat tapi bernada lembut seperti menjawab rasa penasaran Nuna.

Ternyata dirinya tidak benar benar sendirian.

Nuna melihat ke arah suara itu.

Seorang pria bertubuh tinggi tegap dan sudah mengenakan setelan jas lengkap baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat asing.

Nuna tak mengenal pria itu.

"Anda siapa?" Tanya Nuna.

Tapi pria itu tak menjawab. Ia malah duduk di kursi di samping ranjang Nuna.

"Nona, dengarkan aku. Aku tak tahu dan tak mau tahu apa masalahmu, tapi aku mohon jangan pernah mengambil keputusan bodoh seperti tadi malam" pria itu terlihat menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kata katanya,

"Kau masih muda, hidupmu berharga. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Jika sekarang kau belum menemukannya, maka nanti kau akan segera menemukannya" ujar pria itu panjang lebar

'Cih, semudah itu kau bicara. Kau tidak tahu masalah apa yang sedang ku hadapi. Diusir orang tua, di khianati oleh kekasih, tak punya tempat tinggal maupun tempat berteduh. Kurang lengkap apa coba penderitaanku sekarang' Nuna berdecih dalam hati.

Ceklek,

pintu terbuka.

Raka melongokkan kepalanya kedalam ruangan,

"Daf, kita harus segera pergi, klien sudah menunggu untuk meeting pagi ini" ucap Raka tanpa masuk ke dalam ruangan tersebut. Daffa menoleh ke arah rekannya tersebut sebelum menjawab.

"pergilah duluan Ra, aku akan segera menyusul" jawab Daffa singkat. Lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Nuna.

Pintu ditutup kembali.

Kini tinggal Daffa dan Nuna di dalam ruangan tersebut.

"Ini kunci rumah, ponsel, dan beberapa uang tunai. Aku yakin kau membutuhkannya.

Supirku di bawah akan mengantarmu.

Dokter sudah memperbolehkanmu untuk pulang setelah kau sadar." Daffa menyodorkan sebuah tas kecil ke arah Nuna.

"Tuan, anda belum menjawab pertanyaan saya. Siapa anda?" Nuna sedikit meninggikan suaranya.

Ia merasa kurang nyaman karena pria asing ini tiba tiba memberikannya rumah dan harta benda.

Tentu saja Nuna harus waspada

"Namaku? Kau baru saja mendengarnya tadi saat temanku memanggilku" jawab Daffa acuh

"Daf? Daf siapa?" Nuna masih belum puas dengan jawaban pria itu. Yang benar saja.

'Daf, Daf, pasti ada lanjutannya kan. Kenapa tak langsung saja memyebutkannya' Nuna bergumam kesal

" jangan mencoba untuk bunuh diri atau melakukan hal bodoh lainnya, aku akan mengawasimu" Daffa melihat tajam ke arah Nuna

"Kenapa anda berfikir aku akan menerima semua pemberian anda? Aku bahkan tak mengenal anda" Nuna bersedekap dan membalas tatapan tajam pria itu

Daffa hanya berdecih meremehkan

"Heh, memangnya kau mau kemana setelah ini? Kekasihmu mengkhianatimu dan mengusirmu, orang tuamu marah kepadamu, apa kau masih punya nyali untuk pulang ke rumah orang tuamu" Skakmat. Nuna langsung terdiam.

Bagaimana pria ini bisa tahu semuanya? Apa dia semacam detektif atau agen mata mata?

"Nona dengar, aku tak bermaksud mencampuri urusan pribadimu. Aku tahu kau hanya butuh waktu untuk menenangkan dirimu. Makanya aku memberikan semua fasilitas ini" kata Daffa tulus.

Nuna masih terdiam mencoba mencerna kata kata pria di hadapannya tersebut

"Aku harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik baik. Aku akan menelponmu" ucap Daffa sambil mengelus lembut kepala Nuna.

Nuna terperanjat dengan semua itu.

'Pria ini? Berani sekali menyentuhku. Aku bahkan tak mengenalnya' Nuna berdecak kesal.

Daffa beranjak dari tempat duduknya, mengambil tas kerja dan paper bag yang ada di sofa lalu keluar meninggalkan ruang perawatan tersebut.

Setelah memastikan si pria misterius itu sudah pergi jauh, Nuna mengambil paperbag yang tergeletak di samping ranjang tempat tidurnya. Memeriksa apa isinya.

Ada satu stel baju lengkap.

Tok tok tok

Suara pintu di ketuk,

Seorang dokter dan dua orang perawat masuk ke dalam ruangan.

Mereka memeriksa Nuna dan memberikan beberapa pertanyaan singkat

"Dokter, apa aku bisa pulang sekarang?" Tanya Nuna

" tentu saja nona, kondisi mu sudah membaik, kau hanya perlu banyak istirahat" kata dokter itu ramah. Salah satu suster segera melepas infus yang sedari tadi masih menancap di lengan kiri Nuna.

'Huh, akhirnya' Nuna menarik nafas lega. Kini ia bisa segera berganti baju dan pulang.

Tunggu kemana dia akan pulang?

"Kami permisi nona" pamit suster itu.

Rombongan suster dan dokter itupun keluar dari ruangan Nuna.

Meninggalkan Nuna seorang diri.

Nuna segera bangun dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Ia ingin segera mandi dan berganti pakaian. Tubuhnya benar benar terasa tidak nyaman.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LOO KN YG MMG MINGGAT KRN GK MAU DNGR OMONGN ORTU, DN APA YG DIKATAKN ORTU LO BNAR, LO LIAT SENDIRI KBUSUKN ANDRA, LO SAJA YG TERLALU DIBUTAKN CINTA .

2023-05-08

0

Aisyah Amir

Aisyah Amir

kan td dia sendiri yg kasih tau😁😅 lupa si nuna

2022-10-15

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

ahhh enak bener d tolong Daffa,,udah di tolong d kasih hp d kasih rumah,,lengkap sudah..

2022-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!