Nuna baru selesai membersihkan diri.
Saat keluar dari kamar mandi, Nuna dikejutkan oleh kehadiran dua orang asing dikamarnya,satu perempuan dan satu laki laki
"Kalian siapa?" Tanya Nuna
"Maaf nona, kami disuruh tuan muda untuk menjemput anda" jawab si laki laki.
"Tuan muda? Siapa tuan muda kalian? Aku tak mengenalnya" Nuna berlagak pura pura tak kenal dan tak tahu.
Hey dia benar benar tak mengenal si tuan muda yang pemaksa itu. Sok-sokan menyelidiki hidupnya pula.
Dasar tidak sopan
"Tuan muda Wijaya meminta kami mengantar nona ke rumah yang sudah disiapkan untuk nona" mereka terlihat masih sopan meskipun Nuna berkata sedikit ketus.
Nuna menghela nafas.
'Baiklah tadi namanya daf daf sekarang berganti menjadi tuan muda Wijaya. Punya berapa nama sebenarnya orang itu' Nuna bergumam kesal pada dirinya sendiri.
Tapi saat ini memang Nuna tak punya pilihan selain ikut kedua orang asing ini, tak ada satu rupiah pun uang di sakunya. Tidak ada harta benda apapun yang ia bawa saat minggat dari rumah.
'Huh, semoga kau melindungiku Tuhan' batin Nuna dalam hatinya
"Baiklah, aku akan ikut. Bisa kita pergi sekarang?" Nuna akhirnya pasrah saja
"Silahkan nona, biar kami bawakan barang barang anda" kedua orang yang berbeda jenis kelamin itupun mengemasi seluruh barang barang di ruang perawatan tersebut.
Meskipun sebenarnya tidak ada barang apapun yang Nuna bawa.
Hanya ada satu buah paperbag berisi baju kotor Nuna dan sebuah tas kecil yang tadi diberikan oleh Daffa.
Mereka bertiga pun pergi meninggalkan ruang perawatan tersebut
Berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai.
Sampai di ujung lorong, ketiganya masuk lift dan turun menuju loby depan rumah sakit.
Sang laki laki yang Nuna tebak adalah supirnya bapak tuan muda bergegas meninggalkan Nuna dan pelayan wanita di loby, sepertinya ia hendak mengambil mobil yang terparkir di halaman.
Setelah menunggu beberapa saat, sebuah mobil putih berhenti tepat di pintu masuk.
"Mari nona" sang pelayan membimbing Nuna agar masuk ke dalam mobil tersebut. Tak lupa ia membukakan pintu belakang untuk Nuna.
Dia sendiri memilih duduk di depan disamping pak supir tadi.
Ya...ya... ya...
Kini Nuna paham.
Begini ternyata rasanya menjadi tuan putri. Kemana mana diantar supir dan cukup duduk manis di kursi belakang sambil menikmati pemandangan.
Biasanya Nuna hanya naik angkutan umum atau abang ojek jika bepergian. Berdesak desakan di dalam angkutan umum menjadi hal yang biasa bagi Nuna tentu saja.
Sepanjang perjalanan, tak ada yang berbicara sepatah katapun.
Nuna pun enggan bertanya macam macam karena sepertinya dua orang di depannya ini irit bicara dan tak mau membuka identitas sang tuan muda.
Mobil melaju keluar dari jalan raya, berbelok ke jalan yang cenderung sepi namun memiliki pemandangan yang asri. Kiri kanan jalan hanya terlihat sawah hijau yang membentang.
Nuna tak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela.
Ia begitu kagum.
Ia tak tahu sekarang berada di daerah mana. Tapi ia sungguh terpesona dengan pemandangan di luar sana.
Mobil masih terus melaju masuk ke sebuah desa.
Mulai terlihat rumah rumah penduduk yang jaraknya lumayan saling berjauhan.
Di ujung jalan desa inilah terbentang pagar besi yang lumayan tinggi yang cukup untuk menyembunyikan apa yang ada di dalamnya.
Mobil berhenti, pak supir membunyikan klakson.
Tak lama, gerbang tinggi itupun terbuka dan perlahan lahan mulai menampakkan isi di dalamnya.
Nuna sukses melongo dibuatnya. Rumah ala pedesaan yang asri dan indah kini terhampar di depannya.
Rumah itu tidak terlalu besar, kiri kanannya pun masih banyak pohon pohon besar. Ada taman bunga kecil di halaman yang luas itu.
"Silahkan masuk nona" pelayan perempuan tadi membukakan pintu mobil,
Nuna bergegas turun.
Namun pandangannya masih tak lepas dari rumah nan indah itu.
Nuna sudah hendak masuk ke dalam rumah, tapi tiba tiba langkahnya terhenti di depan teras
"Tunggu dulu, apa tuan muda ada di dalam?" Tanya Nuna pada pelayan perempuan yang sekarang berdiri di sebelahnya
"Kebetulan tuan muda hari ini berangkat ke luar negeri nona, jadi dia tidak ada disini." Pelayan itu berusaha menjelaskan kepa Nuna
"Apa dia tinggal disini juga?" Tanya Nuna lagi
"Sebenarnya tuan muda tinggal di apartemen, dia jarang kesini. Ini hanya rumah persinggahan yang biasanya tuan muda tinggali saat sedang tidak ada pekerjaan" jelas pelayan itu lagi.
Nuna menarik nafas lega
'Huh syukurlah, aku kira aku akan serumah dengan pria pemaksa itu' gumam Nuna dalam hati
"oh ya siapa namamu? Kita bahkan belum berkenalan, hahaha" Nuna tertawa canggung. Sudah ngobrol kesana kesini tapi ia bahkan belum tahu nama gadis di sebelahnya ini.
"Nona bisa memanggil saya Tika. Dan tadi yang mengantar kita namanya pak Roy." Tika memperkenalkan dirinya
"Baiklah Tika, namaku Nuna dan berhenti memanggilku nona karena namaku Nuna bukan nona" ucap Nuna berapi api sambil terus menekankan nama Nuna. Sungguh ia merasa tidak nyaman dipanggil dengan sebutan nona sejak tadi pagi.
"Tapi nona, saya tidak bisa. Anda majikan disini. Saya hanya seorang pelayan" Tika merendah
"Dengar tidak ada majikan ataupun pelayan dirumah ini. Kita adalah teman" Nuna masih belum menyerah
"Tapi... bagaimana kalo saya memanggil anda kak Nuna saja?" Tika memberikan penawaran.
"Terserah kau saja. Asal jangan memanggilku dengan sebutan nona mu itu. Aku merasa tidak nyaman" jawab Nuna acuh.
Ia segera masuk ke dalam rumah dan lagi lagi ia merasa takjub dengan isi dari rumah tersebut.
"Mari kak Nuna, saya antar ke kamar anda" ajak Tika.
Nuna hanya mengangguk dan mengikuti langkah Tika.
Tika membuka sebuah pintu kayu berukir, begitu pintu terbuka lebar, tampaklah isi kamar yang memurut Nuna cukup mewah. Sebuah ranjang besar, meja rias, dan sebuah lemari kayu yang lumayan besar.
"Ini kamar kak Nuna, jika ada yang dirasa kurang pas, kak Nuna bisa kasih tahu ke Tika. Nanti biar Tika yang atur semuanya sesuai keinginan kak Nuna" jelas Tika panjang lebar.
Nuna mengedarkan pandangannya memeriksa setiap sudut di kamar tersebut.
"Tidak Tika, aku suka dengan kamar ini. Terima kasih ya" kata Nuna akhirnya.
Tika bisa bernafas lega kini.
Ia pun segera berpamitan dan meninggalkan Nuna di kamarnya.
Memberi ruang agar Nuna bisa beristirahat.
Baru saja Nuna merebahkan badannya di kasur empuk itu, tiba tiba ia mendengar bunyi ponsel.
Nuna mencari cari sumber suara tersebut. Dan pandangannya langsung tertuju pada tas kecil pemberian tuan muda yg entah sejak kapan sudah berada di atas nakas di samping tempat tidur.
Nuna bergegas mengambil ponsel di dalam tas.
Sejenak Nuna melihat layar ponsel untuk mencari tahu siapa yang meneleponnya.
"Daf" nama yang tertera di layar ponsel
'Yang benar saja, bahkan dia tidak menulis nama lengkapnya' Nuna berdecak kesal sebelum mengangkat telepon tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
HARUSNYA NUNA BRTANYA KE DAFFA SNDIRI TTG NMA LENGKAPNYA
2023-05-08
0
Sulaiman Efendy
KSALAHAN NUNA, TDK MAU BRTANYA KE PELAYAN SIAPA NMA LNGKAP DAFFA...
2023-05-08
0
Sulaiman Efendy
KRN DAFFA TDK MNYEBUTKN NAMA NYA DGN LENGKAP. MAKA NUNA TRJEBAK CINTA DGN DAFFI SDR KMBAR DAFFA, KRN MRK MMG MIRIP, HINGGA NUNA MNYANGKA DAFFI ADALH PAHLAWAN PNOLONGNYA, HINGGA NUNA MMBRIKAN CINTA NYA KE DAFFI, BRU NUNA TAU BHWA BKN DAFFI SANG PAHLAWANNYA.. NMUN SEMUANYA TLH TERLAMBAT..
2023-05-08
0