6 Tahun Kemudian
Gio berlari kecil keluar dari gerbang sekolah, mendapati Nina yang masih duduk menunggunya di halte depan sekolah.
Nina yang dari tadi menunggunya, melambaikan tangannya ke arah Gio yang sedang menyebrang.
"Kak Nina....aku lulus dengan nilai yang paling tinggi lho...ini lihat aku dapat piala dan piagam...!" Seru Gio bangga. Mata Nina nampak berbinar.
"Wah.. kamu memang pintar Gio...kakak bangga padamu...ayo sini kakak mau lihat piagam dan pialamu...kalau lihat ini...Bi Ani juga pasti akan bangga padamu..." Kata Nina sambil merengkuh bahu Gio yang kini tingginya hampir sama dengannya.
"Bibi mana pernah membanggakan ku..." Wajah Gio berubah mendung. Nina menangkup wajah Gio, di tatapnya mata Gio dengan tatapan dalam.
"Kau harus semangat! Walau bagaimana selama 6 tahun ini kita telah tinggal bersamanya...sekarang kau semakin besar...aku yakin sebentar lagi kau pasti jadi orang sukses..." Ucap Nina. Gio tersenyum kemudian memeluk erat Nina.
"Asal kak Nina selalu ada bersamaku...itu sudah cukup..." Ucap Gio.
"Iiih...dasar nih anak udah pinter aja ngomongnya...yuk kita pulang, nanti di jalan kita beli makanan enak ya...untuk merayakan kelulusanmu... kebetulan juga aku sudah gajian..." Kata Nina.
"Asyiik....kak Nina gajian....hari ini aku bisa makan enak.. !" Seru Gio senang.
Nina segera menggandeng Gio berjalan menyusuri jalanan yang siang itu begitu panas dan padat oleh kendaraan.
Dengan berbekal ijasah kejar paket C, Nina tidak lagi memulung barang bekas, sudah 2 tahun ini Nina bekerja di sebuah pabrik garmen yang tidak jauh dari tempatnya tinggal. Sebagian gaji yang dia peroleh di pergunakan untuk biaya pendidikan Gio, juga untuk hidup sehari-hari dengan bibinya.
Mereka berhenti di sebuah restoran pizza, Nina ingin membeli beberapa pizza yang akan di bawa pulang untuk pesta kecil kecilan, bersama dengan Gio dan Bibinya.
Nina mengeluarkan uang dari saku bajunya, kemudian bergegas masuk ke restoran itu.
"Kakak sungguh mau beli pizza? Kan mahal kak...sayang uangnya..." Tanya Gio.
"Ini gak seberapa di bandingkan dengan prestasimu di sekolah...sudahlah...tidak apa sekali-sekali..." Sahut Nina.
Setelah pesanan sudah di bungkus, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke gubuknya yang kini lebih baik, dengan gaji Nina, gubuk yang dulu sangat tidak layak, kini menjadi rumah kecil yang cukup nyaman untuk mereka tinggal.
Setelah mereka tiba di rumah mereka, Bi Ani nampak tengah duduk santai sambil menghisap rokoknya, dari dulu wanita ini memang suka merokok, tiap hari kerjaannya seperti itu, sejak Nina tak lagi memulung, Bi Ani selalu meminta jatah uang bulanan pada Nina.
"Bibi...lihatlah...hari ini kita makan enak!" Seru Nina sambil membuka bungkusan yang ia beli tadi di dipan tempat bibinya duduk.
"Tumben...ada angin apa kau membawakan makanan ini? Kenapa uangnya gak dikasihkan saja ke bibi? Bukankah ini pemborosan?" Kata Bi Ani dengan nada ketusnya.
"Gio lulus dengan nilai terbaik Bi...dia juara!" Jelas Nina.
"Mau dia juara atau tidak, apa urusannya denganku? Dari dulu masih saja kau urus bocah ini...entah sampai kapan!" Ujar Bibi yang kemudian bangkit dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan mereka.
Gio tertunduk sedih, Nina perlahan mendekatinya dan merengkuh tubuh Gio, mengusap kepalanya dengan sayang.
"Jangan sedih Gio, ada aku di sini...masuk yuk...kita makan pizzanya..." Kata Nina sambil berjalan masuk kedalam rumahnya.
Mereka berdua makan pizza dengan lahapnya, tanpa ada Bi Ani bersama mereka.
"Kak...sisain bibi ya..." Kata Gio.
"Iya sayang...kau masih ingat bibi saja, padahal dia sudah membuatmu sedih...kamu memang anak baik..." Sahut Nina sambil mengambil beberapa potong pizza dan menyisihkan ya di piring lain.
"Aku mau mandi Kak..." Kata Gio.
"Mandi? Tapi aku belum sempat masak air hangat untukmu..." Jawab Nina.
"Pakai air dingin saja..." Ujar Gio.
"Ya sudah...masuklah ke kamar mandi..."
Gio segera melangkah menuju ke belakang tempat biasa dia mandi. Nina masih menyantap pizza-nya.
"Kak Nina...!" Gio memanggil tiba-tiba. Nina segera bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Gio di kamar mandi.
Pintu kamar mandi itu terbuka, Gio berdiri dengan tidak berpakaian. Nina terkesiap, lalu perlahan memalingkan wajahnya.
"Gio...sepertinya aku sudah tidak bisa memandikanmu lagi....kamu sudah besar, mulai sekarang mandilah sendiri, yang bersih seperti yang pernah aku ajarkan padamu..." Kata Nina.
"Tapi Kak...aku ingin kau yang memandikanku seperti biasa..."
"Tidak...tidak...itu tidak baik...ayo cepat tutup pintunya...apa kau sadar tubuhmu sudah semakin besar...aku malu..." Kata Nina yang langsung membelakangi Gio. Akhirnya Gio menutup pintunya.
Setelah selesai mandi, Gio kembali bergelayut di samping Nina yang duduk di karpet ruang depan rumahnya.
"Gio...kamu sudah lulus SD...tapi...kamu belum di sunat...besok aku carikan ya...aku akan tanya Rudi..." Kata Nina.
"Tidak mau kak...sakit!" Tolak Gio.
"Gak sakit kok...kamu kan laki-laki Gio...mumpung libur...besok aku temani ya..." Bujuk Nina.
"Aku takut kak..."
"Jangan takut...itu buat kebaikanmu kok...jadi nanti waktu SMP kamu sudah di sunat...kamu gak akan di bully sama teman-teman kamu..." Jelas Nina.
"Ya sudah...terserah kakak saja..." Ujar Gio akhirnya.
"Sekarang kamu tidur duluan Gio...istirahat ya..." Kata Nina. Gio beranjak naik ketempat tidur.
"Ayo kak...tidur sama aku..." Panggil Gio dari dalam kamar.
"Tidak...mulai sekarang kau tidurlah sendiri...nanti aku tidur dengan bibi...kau sudah besar sekarang...!" Jawab Nina. Lalu Gio muncul dari balik pintu.
"Ya sudah...temani aku dulu...kalau aku sudah tidur, kakak boleh pergi..." Kata Gio.
"Oke oke...dasar anak manja!" Cetus Nina yang kemudian menyusul Gio ke dalam kamar.
"Ayo tidur cepat...aku masih banyak kerjaan..." Kata Nina sambil mengusap kepala Gio.
"Kak...kelak kalau aku sukses...aku akan membawa kakak pindah dari tempat ini..." Ujar Gio.
"Bibi bagaimana?" Tanya Nina.
"Bibi juga akan aku bawa....kalo dia mau..." Jawab Gio.
"Siap pangeran kecilku...jangan pikirkan aku atau bibi...tataplah masa depanmu...kau harus jadi yang terbaik...aku akan mendukung dan mendoakan mu..." Ucap Nina. Tidak ada suara dari Gio, rupanya dia sudah tertidur di pangkuan Nina. Perlahan Nina memindahkan posisi kepala Gio ke bantal, kemudian Nina segera beranjak meninggalkan kamar itu.
Nina membuka tas Gio, membereskan buku-bukunya dan menaruhnya di rak buku. Tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh dari selipan buku Gio.
Selembar surat dari sekolah, perlahan Nina membuka surat itu, dari tanggalnya terlihat surat itu sudah beberapa hari ada di tas Gio, mengapa Gio tidak memberikannya pada Nina? Lalu Nina membuka surat itu dan membaca nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments