"Papa, Mama dimana mas? Aku takut mas takut." El menangis dengan rengekan anak kecil seusianya.
Dia pun nampak menjatuhkan air matanya namun langsung dihapus oleh kedua telapak tangannya, mengatur ritme napas, mengontrol emosinya agar terlihat tenang dihadapannya.
Dia mencoba tegar, kuat demi nona mudanya. Karna saat ini hanya dirinya, dirinyalah yang mampu gadis kecil itu andalkan. Meski bukan saat ini namun suatu saat nanti jika gadis kecil itu tumbuh dewasa.
Setelah dirasa nona mudanya tenang dia melepaskan rengkuhan itu dan menatap binar manik yang terlihat sembab itu.
"Nona." Panggil Galih dengan sendu dengan memegang bahu nonanya dan berkata kembali.
"Untuk keselamatan tuan dan nyonya, nona harus berpisah dengan kedua orang tua nona selama beberapa tahun ini, dan biarkan keluarga ini yang akan merawatmu nona. Aku tau nona tidak mengerti dengan situasi ini tapi ini semua harus dilakukan. Nona harus belajar dewasa meskipun belum wak---"
"Aku tau ... " seketika ucapannya terhenti ketika gadis kecil itu memotong pembicaraannya.
"Mas, tidak usah khawatir aku pasti kuat dan mampu demi untuk bertemu kedua orang tuaku," ucap El dengan suara khas anak kecil sambil menghapus airmata di pipinya.
Hal yang mengejutkan bagi Galih, dimana gadis kecil nan manja itu yang sering merengek dan menangis jika ingin sesuatu akan dengan mudahnya mengerti di situasi yang sangat memilukan ini.
Tanpa sepengetahuan dari keluarganya gadis kecil itu sudah dapat mengerti akan situasi hal ini dimana dirinya pewaris tunggal perusahaan NANDA GROUP, keluarga terpandang perusahaan Nomor satu yang sangat berkembang pesat dikota ini.
Dirinya tahu akan resiko ini. Perusahaan berkembang pesat beresiko munculnya orang-orang berkhianat, berkedok sahabat atau bahkan mungkin saudara yang menjadi musuh dalam selimut, dengan kedok merasa simpati akan keluarga ini.
Bahkan dia sudah belajar bela diri sejak berusia 7 tahun, tepatnya sudah satu tahun yang lalu dirinya mulai belajar. Dia telah mengetahui siapa dalang yang menyabotasi kecelakaan keluarga dirinya.
Dia menyembunyikan rutinitas itu dari semua pihak, bisa dibilang dengan sembunyi-sembunyi dia berlatih. Semua dia lakukan untuk dapat menjaga dirinya, namun tidak dengan kedua orang tuanya.
Diusinya yang masih belia mana mungkin dia bisa melindungi keluarganya, bahkan dirinya pun masih dilindungi oleh asisten Galih. Sebenarnya dia ingin membicarakan perihal mobil yang akan ditumpangi keluarganya namun entah kenapa seakan tidak ada waktu untuknya berbicara hingga kecelakaan itu tak dapat terelakan.
"Mas Galih, aku mau mandi,"
"Mas anggap aku adikmu bukan? Tolong jangan panggil nona terus. Aku juga memanggilmu mas supaya kita berasa saudara sungguhan," ucap El sembari mengangkat jari kelingkingnya dengan tersenyum Indah nya.
"Baik." Berjongkok mensejajarkan dengan tubuh kecil itu dan menyatukan jari kelingkingnya.
"Yaudah mas panggilin pelayan wanita untuk membantumu membersihkan diri." Galih pergi berjalan untuk keluar kamar.
Tampak diruang tamu Galih celingukan mencari pelayan wanita, pelayan wanita yang melihat pemandangan orang merasa kebingunganpun langsung mendekati Galih.
"Tuan ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan menunduk.
"Eh anu ... Iya mba tolong bantu nona saya dia mau membersihkan diri." Galih mengangguk dan pelayan itu pun langsung memasuki kamar yang ditempati dua orang penghuni baru itu.
"Selamat pagi nona kecil cantik," entah sadar atau tidak pelayan itu refleks berkata seperti itu, saking terlalu mengagumi kecantikan gadis kecil ini.
"Mba, ayo bantu aku." Menarik tangan pelayan itu kedalam kamar mandi.
Setelah beberapa menit membersihkan tubuhnya, dan sudah bersiap memakai pakaiannya pelayan itupun berkata.
"Nona cantik sekali." Dengan merapikan gaun El, El hanya tersenyum menampilkan gigi putih nya.
***
Ketiga pria penghuni rumah itu tengah bersiap menuju kemeja makan untuk sarapan pagi. Setelah semua berkumpul dan sarapan pagi pun dimulai dengan hening tanpa sepatah kata pun yang terucap hanya terdengar suara denting sendok.
Ditengah-tengah menikmati sarapan pagi datang seorang pelayan dengan berlari kecil membawa ponsel Papa Imam, pertanda panggilan masuk datang di ponselnya. Tertera dilayar ponsel sang penelfon adalah pengacara keluarga Ananda Pratama.
Panggilan pun diangkat oleh sang pemilik ponsel.
📞 "Halo Tuan,"
"Iya,"
📞 "Maaf, mungkin saya mengganggu waktu sarapan pagi anda tuan, saya akan segera datang sekitar satu jam lagi, anda hanya perlu menandatangi berkas hak asuh saja tuan,"
"Iya, baiklah pengacara, saya tunggu kedatangannya!" Panggilan pun berakhir.
Sarapan pagi pun berakhir, mereka berkumpul diruang keluarga untuk menunggu kedatangan pengacara itu.
"Paman," panggilnya dengan sendu.
"Halo peri cantik." Dengan merentangkan kedua tangannya untuk dipeluk El.
El pun memeluk dan menangis dengan erat pada pria paruh baya itu.
"Menangis lah paman akan jadi sandaran untukmu saat ini, bersabarlah sampai waktunya tiba," ucap Imam dengan hati pilu.
Yang ditunggu tunggu pun kini tlah tiba di kediaman keluarga Imam Nugraha, setelah berkas itu telah selesai ditanda tangani, perbincangan dengan mengenai jabatan Presdir untuk Antonio Nugraha pun didiskusikan sebelum Galih pergi keLN.
"Semua sudah jelas tuan? Saya tidak bisa berlama lama,"
"Baiklah kau boleh pergi!"
"Sudah jelas Toni? Sekarang tanggung jawabmu di perusahaan NANDA GROUP, buat semakin berkembang perusahaan itu!"
"Iya paman," jawab Antonio.
"Paman aku permisi," pamit Antonio berdiri dan akan berjalan pergi meninggalkan ruang tamu, namun tertahan ketika Imam berkata.
"Iya, keruang kerjaku, kau pelajari data-datanya." Antonio hanya mengangguk dan pergi menuju tempat yang sudah diperintahkan oleh pamannya.
Dari ketika sedang berada dimeja makan untuk sarapan hingga menuju ruang keluarga Willy tak henti hentinya menatap wajah gadis cantik itu, dilihatnya lekat-lekat mata Indah yang terlihat sembab itu, tapi tidak mengurangi kesan cantik dari wajahnya.
Dia teringat gadis kecil yang selalu digendongnya ketika berusia sekitar empat tahunan, sungguh entah takdir atau memang dia adalah jodoh nya? Entahlah biarlah semua berjalan dengan seiringnya waktu.
Bumi memang selalu berputar dengan setiap harinya, namun tidak dengan Willy dirinya merasa dunianya ... Bukan-bukan dunianya tetapi bumi ini seolah ingin dia hentikan putaran rotasi nya.
Keinginan nya sungguh sederhana hanya ingin memeluk dan menciumi gadis kecil berparas cantik itu seperti dahulu.
Namun sayang keinginan itu harus dia urungkan bahwa gadis itu akan beranjak remaja dan mungkin dirinya pun tak mengingat diwaktu berusia empat tahunan.
"Pah, apa gadis kecil ini yang sering kugendong dahulu?" tanyanya pada sang papah.
"Iya." Masih memeluk dan mengusap pucuk kepala El-Suci.
Dia hanya menampilkan senyum tipisnya, seketika El-Suci melepaskan pelukan dari Papa Imam dan menatap laki-laki berparas tampan itu.
"Hai ... Kau pasti tidak mengingatku bukan? Dulu kau masih kecil waktu sering kugendong." Tersenyum manis yang hanya dianggukan oleh El-Suci.
"Ayo, kita main." Willy berdiri dan mengulurkan tangannya.
El-Suci pun membalas uluran tangannya, dan bermain dengan Willy. Ada rasa sedih mengiris relung hati Willy, perasaannya sangat sakit melihat gadisnya harus menderita seperti ini. Tidak bisa dielakan kesetian Galih terhadap nona mudanya. Jadi, kemanapun dia pergi Galih berada dibelakangnya.
Papa Imam pun pergi menuju ruang kerja nya menyusul Antonio. Yang dia hapal pasti tengah mempelajari dokumen-dokumen perusahaan orang tua El-Suci.
Meskipun tinggal menghitung hari dirinya harus pergi meninggalkan kota ini, lebih tepatnya meninggalkan nona mudanya seorang diri, dan hanya bersama keluarga sahabat dari orang tua nya. Yang entah keadaanya seperti apa.
"Namamu siapa kak?" tanya El disela-sela permainannya.
"Aku?" seru Willy sambil menunjuk dirinya.
"Iya dong siapa lagi, aku sudah tau kalo mas Galih." Diiringi dengan tawaan El-Suci.
"Kau kenapa tuan terlalu focus main barbie nya?" Sungut Galih.
"Sialan kau." Willy melemparkan boneka kearah Galih, namun dengan sigap Galih menangkapnya.
"Kalian kenapa?" tanya El-Suci ketika bukan jawaban yang didapat.
"Tidak apa-apa, namaku Willy Nugraha Abraham," jawab Willy memperkenalkan dirinya.
"Hmmm... Iyaa!" jawab El-Suci masih sibuk dengan mainannya.
"Aku panggil kamu kakak saja ya? Untuk yang satu lagi aku mau panggil mas saja, sama kaya mas Galih," ucap El menengok pada kedua orang yang tengah menemaninya.
"Terserah kau saja nona cantik." Sambil mengedipkan matanya dan Galih mengangguk tanda menyetujui keinginan nona mudanya.
***
Beberapa hari kemudian waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba akhirnya. Melepaskan Galih Asisten dari Nona mudanya untuk terbang jauh menimba ilmu seperti yang sudah diutarakan kedua orang tua El-Suci.
Dan kini mereka tengah di bandara untuk mengantarkan Galih pergi, tampak El-Suci tak henti-hentinya menangis dan merengek ingin digendong. Namun tak sedikitpun Galih merasa kesal dengan sikap nona mudanya, yang ada dirinya ingin mengurungkan niatnya pergi.
"Jangan khawatir gadis ini akan tetap baik-baik saja kami akan menjaga dirinya dan perusahaannya." Willy dan Antonio serempak menjawab, yang hanya diberi anggukan tanda dia lega dengan perkataan dua saudara itu.
"Iya betul jangan khawatir, buat nonamu bangga," Papa Imam ikut menimpali.
Galih pun menurunkan El-Suci ketika pesawat akan segera Take-off.
"Nona aku harus pergi, tunggu aku kembali ya? Aku harus hebat seperti Tuan besar, agar aku pantas menjagamu!"
Menghambur kembali ke pelukan Galih, "Mas Galih, aku sama siapa mainnya?" tanya El dengan isakan tangis.
"Itu sama tuan Willy dan tuan Antonio." Tunjuk Galih mengarah kepada dua orang bersaudara itu.
"Iya," Jawabnya bersamaan.
"Ayo cantik sama paman Anton yah." Imam mencoba membawa dari pangkuan Galih.
"Hati-hati mas Galih," berbicara dengan terisak.
"Iya, nona jangan nakal yah, harus nurut sama tuan Imam, tuan Willy dan tuan Antonio." Galih memberi nasihat untuk nonanya, El-Suci hanya menganggukan kepalanya tanda dia mengerti.
Melambai-lambaikan tangannya ketika Galih menarik kopernya karna pesawat akan segera lepas landas atau take off, menatap punggung itu dengan isakan tangis ketika tak terlihat lagi oleh pandangannya.
***
Hal yang paling sulit aku lakukan pergi dari nya ...
Ketika dia membutuhkan seseorang untuk memberikannya semangat ...
Aku pergi untuk kembali,
Bukan pergi untuk meninggalkan ataupun mengkhianatimu ...
(Galih Pratama )
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-03
0
pinnacullata pinna
sedih pastinya lah
btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️
2021-01-13
1
Zolovelypeony
el harus tetap semangat. semua akan indah kok pada waktunya.
2021-01-11
1