"Apa? siapa yang gila tuan?" jawabnya dengan polos.
"Kaulah siapa lagi, memang kau pikir saya yang gila? Yang senyum-senyum sendirian itu anda." Berhenti sejenak lalu menoleh kearah Galih.
"Eh, anu ... tuan bukan begitu," ucap Galih gugup.
"Sudah lah lupakan, ikuti saya," Perintah Antonio sambil berjalan.
Tiba diruang kerja, Antonio pun masuk dan tampak Galih dari arah belakang, mendudukan bokongnya dikursi yang tersedia di ruangam itu. Sebisa mungkin Galih mencoba tenang untuk menelaah permintaannya, menyiapkan hati mungkin akan banyak sekali penolakan didalam perbincangan kali ini.
"Aku akan memanggil paman beserta keponakanku." Antonio Berjalan menuju pintu dan membukanya, lalu berjalan menuju kamar orang yang sudah dia anggap seperti ayah kandungnya.
Galih hanya bisa menatap punggung itu tanpa berbicara apapun, mencoba membaca karakter dari sorot matanya dan gerak gerik orang yang menjadi penolongnya. Namun sayang sulit diartikan menurutnya terlalu misterius.
Tok.. Tok.. Tok...
"Paman ... Maaf mengganggu waktu istrhatmu!" Antonio tidak enak hati mengganggunya. Namun harus dilakukannya ini semua harus didiskusikan, keputusannya harus di setujui sang paman.
Pintu kamar pun terbuka lebar, mendapati pria muda tampan dalam waktu dekat menjadi Presdir baru menggantikan Antonio.
"Paman, kau sudah datang rupanya?" Willy tersenyum lebar.
"Mari masuk Papah sudah menunggu kita." Melenggang masuk beriringan.
Sebelum duduk dia mencium punggung tangan paruh baya itu, mencoba menceritakan kejadian awal sampai akhir. Tampak kedua orang itu menghela napas dan berjalan menuju ruang kerja.
Mungkin disini Antonio sangat bimbang dengan keadaan ini, menuntutnya untuk tak dapat menolak permintaan orang asing baginya.
Namun berbeda dengan pria paruh baya itu, dia sudah mengetahui semua ini, ini permintaan sahabat karibnya. Dia hanya memasang mimik muka datar, semua sudah dibicarakan dengan rinci dengan sahabatnya keluarga Ananda Pratama beserta istrinya Ima Nanda Maharani.
FlashBack💦
Dering Ponsel menggema nyaring diatas meja, mengganggu orang yang kini tengah duduk santai ditaman belakang.
"Kau dimana? Aku bersama istriku sudah berada di ruang tamu," suara bariton yang sangat dikenalinya.
"Kemarilah aku berada ditaman belakang!" langsung mematikan ponselnya sepihak, dia tergelak mengingat reaksi apa yang akan dilakukan sahabatnya.
Setelah sampai ditaman belakang.
"Kebiasaan kau ini ya bikin orang kesal, memerintah tanpa menunggu jawaban!" sungut Nanda.
Imam hanya mampu tertawa atas ocehan Ananda.
"Duduk, cepat utarakan maksudmu mengunjungi rumah sederhanaku?" tanya Imam to the point.
"Aku akan menyerahkan jabatan Presdir untuk keponakanmu, dan laki-laki yang selalu bersama anaku El-Suci Nanda Maharani adalah asistennya, dia akan pergi melanjutkan pendidikan perguruan tinggi dalam waktu dekat ini. Semua aset perusahaan akan aku amanatkan kepadamu termasuk anak kesayanganku!" ucap Ananda lirih merasa firasat buruk akan menimpa keluarga kecilnya.
"Kau akan kemana?" seru Imam merasa heran.
"Entah aku dan istriku merasa akan ada sesuatu hal buruk menimpa kami, firasat kami yang menuntun kami untuk meminta bantuan ini,"
"Jangan coba-coba menolak ini memang permintaan dari sahabat, namun perintah dari bos kau lupa aku penanam saham terbesar diperusahaanmu mau kutarik sahamnya?"
"Kau, apa kau tak khawatir jika aku membawa kabur aset perusahaanmu?" pertanyaan yang lolos dari bibir Imam.
"Jika sesuatu hal buruk menimpa kami tolong rahasiakan ini semua, dan bantu aku menghilangkan jejak sebelum kami berdua pulih," permintaan Ananda tak masuk akal itu dilontarkan kembali, baru saja mulutnya terbuka untuk melontarkan penolakan namun didahalui oleh Ananda. Dia hanya berdecak kesal, belum mengutarakan pendapatnya sudah diprotes.
"Sudah kubilang jangan mencoba menasehati ku lagi, ini sudah keputusan ku jika aku tak sadar dalam waktu panjang adopsi putri kesayanganku!"
FlashBack 💦
Kini keempat orang itu pun telah berada dalam satu ruangan, ketiga penghuni rumah itu tampak santai, namun berbeda dengan Galih perasaannya tengah gundah gulana, untuk mengutarakan permintaannya, ia takut permintaannya di tolak mentah-mentah.
Ketakutan seperti menonton flm horor atau bahkan ini menurutnya melebihi dari flm horor, ia sangat lelah saat ini, lelah berpacu dengan perasaan gugup, dirinya bagai terkurang dalam pembatas menjulang tinggi diantara ketiga orang dihadapannya, dirinya bagai narapidana yang telah berstatus terdakwa yang kini tengah akan diintrogasi.
Bisa dibilang ini perasaan berlebihan baginya, terlalu pesimis, belum mengutarakan sudah putus harapan.
Ketiga orang itu Imam Nugraha, sahabat dari Ananda Pratama, dan anak semata wayangnya Willy Nugraha Abraham dan keponakannya Antonio Nugraha.
"Kau tak usah gugup berlebihan, semua sudah berjalan sesuai pemikiranmu," ucap Imam memecah keheningan dan suasana canggung yang tercipta diruangan itu.
"Tu-tuan terimakasih," jawab Galih sendu.
"Lalu bagaimna dengan Nyonya dan Tuan besar?" tanya nya lagi.
"Tidak usah dipikirkan, rekayasa kecelakaan terjatuh kejurang sudah dilakukan sesuai dengan rencamu Galih, dan untuk keselamatan majikanmu sudah kubereskan, kau hanya perlu pergi mengasah kemampuanmu supaya kau hebat. Pantas berada disamping nonamu dan menjadi asisten Nona mudamu. Sekarang pergilah ke kamar mu untuk beristirahat!" perintahnya dengan datar.
"Tapi bagaimana denganku Paman aku harus menjadi Presdir di perusahaan itu, sungguh aku merasa tak pantas. Kemampuanku hanya seujung kuku dibandingkan dirimu," ujar Antonio dengan merendah.
"Kau akan mampu, aku percaya itu." Imam beranjak pergi dari ruangan menuju kamarnya.
Didalam pembahasan itu Willy hanya menyimak, tak mampu berkata, bibir nya terasa kaku untuk berkata dengan penuturan ayahnya.
Seketika Galih pun beranjak dari duduknya, berjalan setengah berlari menghampiri tuan pemilik rumah.
"Tuan, mohon tunggu sebentar." Galih berbicara dengan setengah berteriak supaya terdengar oleh orang yang tengah dikejarnya.
Mendekat lalu bersimpuh dikaki tuan pemilik rumah, dirinya merasa lega haru bercampur sedih isakan tangis bahagia terdengar dari bibirnya. Dan ia bisa dengan tenang menimba ilmu untuk mengasah kemampuannya. Imam hanya dapat menarik bibirnya dengan senyuman tipis, bangga akan kesetian asisten dari sahabatnya.
"Te-terima-Kasih tuan," perkataan itu terlontar dengan nyaring bercampur isakan tangis.
"Jangan menangis, hatimu harus kuat sekuat baja, ini belum seberapa. Masalah besar akan terjadi ketika Nona mu beranjak dewasa."
Kedua orang yang tengah berada diruang kerja pun keluar, dengan tertegun menatap orang yang tengah bersimpuh di kaki ayahnya, pemandangan yang sangat luar biasa membuat keduanya terperanjat kaget.
"Ayo, bangun. Kau boleh memelukku untuk mengurangi kesedihanmu." Imam merentangkan kedua tangannya untuk bersiap dipeluknya.
Tampak binar matanya berkaca-kaca
"Tuan," tangisannya pecah dipelukan sang tuan rumah.
Disela-sela isakan tangisannya, ia pun berkata, "Bagaimana dengan tuan Antonio tuan. Walau pun kedua majikan saya sudah aman, tapi perusahaannya?" tanyanya lagi dengan masih sesenggukan.
"Tidak perlu memikirkan itu semua, tanpa majikanmu pun perusahaan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan soal keponakanku dia tidak akan menolak keputusanku, sekarang pergilah ke kamar mu untuk beristirahat." Imam melepaskan pelukannya.
"Iya, baik tuan saya pamit." Galih menuruti nasehat sang tuan rumah.
Ketika hendak membalikan badannya dia terperanjat kaget, dimana dirinya tengah ditonton oleh dua orang penghuni rumah, dengan berkacak pinggang dan mimik wajah yang tanpa ekspresi.
Dia melewati begitu saja dua orang itu dengan masa bodo, perasaan malunya seketika menghilang, diganti dengan kelegaan hatinya, majikannya aman, perusahaannya pun berjalan dengan semestinya, dia juga tidak perlu mengkhawatirkan Nona mudanya.
Setelah beberapa menit menuruni anak tangga, dia pun memasuki kamar tamu dimana, didalam terdapat orang yang paling berharga untuknya. Seorang gadis kecil cantik tengah berbaring diranjang dengan cantiknya.
Siapakah gerangan gadis cantik itu? dia adalah El-Suci Nanda Maharani, pewaris tunggal keluarga Ananda Pratama, keluarga yang telah membiayai pendidikannya ke perguruan tinggi dengan mengambil jurusan di bidang bisnis.
bukan tanpa alasan keluarga ini membiayai asisten anak semata wayangnya, karena kesetian dan pengabdian yang tulus untuk nona muda keluarga Ananda Pratama.
Duduk disamping gadis kecil itu dengan raut wajah sendu, membelai rambutnya yang tergerai, masih saja menyisakan pilu direlung hatinya. Dia harus pergi dalam waktu beberapa tahun meninggalkan kota ini.
Dia juga harus meninggalkan nona mudanya jauh dari pantauannya, meskipun bisa mengetahui gerak-geriknya.
'Tolong jangan bersedih nona, ketika aku tak berada disisimu, kau bagai adik kandungku yang harus kujaga dengan seluruh kehidupanku, jadi tetaplah sehat, bahagia,' Batinnya berbicara dengan lirih.
Dia pun berdiri dan berjalan menuju lemari, untuk mengambil bantal serta selimut untuk menyelimuti tubuhnya, dia merebahkan badannya disofa untuk tertidur.
***
Hari sudah semakin larut, para penghuni rumah pun pasti telah tertidur. Tetapi tidak dengan kedua pria itu, ya dia Willy dan Antonio, sepasang saudara paman dan keponakan itu masih mengintrogasi Imam, memintai penjelasan akan masaah ini.
Bagaimna tidak berpikir hal aneh, semua nya telah disusun rapi oleh Imam, dari pengobatan keluar negeri, identitas kedua orang itu pun dipalsukan dengan alasan keselamatan, dan yang terakhir tentang kecelakaan mobil itu, direkayasa dengan jatuh kedasar jurang yang curam.
Dan juga kasus ini ditutup rapat-rapat. Supaya media tidak dapat meliput berita duka ini. Imam juga tidak ingin diusut kasus ini, supaya musuh dan pengkhianat keluarga Ananda Pratama tidak mengetahui keberadaan keluarga sahabatnya.
"Kalian berdua tidak kasihan terhadapku?" Imam berdecak. "ini bagai narapidana diintrogasi," berbicara berpura-pura marah.
"Tidak, bukan begitu paman," jawab Antonio.
"Iya, Pah bukan begitu," tungkas Willy merasa bersalah.
"Apakah gadis kecil itu akan diadopsi juga oleh mu Pah? kami hanya ingin tidak terlalu kaget untuk hari esok, kami hanya akan mendengarkan," penuturan Willy
"Kalian tidak keberatan bukan mendapat penghuni baru gadis cantik?" tanya papah Imam.
"Sayangi dia seperti saudara kalian, lindungi dia sebelum asisten pribadinya kembali setelah pergi menjalani pendidikannya, apakah kalian mengerti?" pertanyaan diajukan untuk dua orang sepasang saudara itu.
Keduanya hanya saling menatap beradu pandang, dan diberi anggukan oleh Antonio isyarat bahwa dia menyetujuinya, keduanya pun sepakat untuk menerima penghuni baru gadis kecil cantik itu.
"Ok, introgasi selesai, pergi kalian aku ingin istirahat!"
"Baik pah, selamat istirahat,"
"Iya paman selamat istirahat maaf mengganggu waktumu."
Setelah kedua orang itu pergi, dia meraih ponselnya di nakas, menelfon pengacara keluarga Ananda Pratama untuk sementara diasuh oleh keluarga Imam Nugraha.
Agar pembahasan esok hari tidak menguras waktu, hanya untuk masalah ini. Supaya El-Suci anak semata wayang Ananda Pratama dapat dengan cepat beradaptasi dengan keluarga ini, ketika Galih pergi untuk menimba ilmu.
***
Malam berganti menjadi pagi hari, kicauan burung mulai bernyanyi riang menyambut pagi hari dengan indah, Galih terbangun dahulu dan akan beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, melirik sekilas keranjang dimana gadis berparas cantik itu masih terlelap didalam mimpinya.
Ketika cahaya mulai masuk dari kaca menembus kamar dan membangunkan gadis berparas cantik itu dengan mata sembabnya. Ironis sungguh gadis belia harus berpisah dengan kedua orang tuanya.
Dia terbangun dan menyandarkan punggungnya, matanya mulai melirik kesana kemari, kekiri dan kekanan menyapu seluruh ruangan yang mana dirinya merasa asing ditempat ini.
Ceklek...
Pintu kamar mandi pun terbuka dengan menampakan sosok pria yang selalu berada disamping El-Suci. El-Suci langsung melirik sosok itu dengan tatapan sendu, kristal bening itu mulai mengalir deras di pelupuk mata indahnya.
Mungkin dirinya terpukul, trauma, apakah bisa gadis berparas cantik itu bisa menjalani hari-harinya?
Dengan refleks galih langsung berlari merengkuh gadis kecil itu.
"Masss," ucap El-Suci dengan isakan tangis.
***
-BERSAMBUNG-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Hasni Usman
semangat dek
2021-04-05
0
.
sedyihhh
2021-02-25
0
BELVA
slm kenal ya
2021-02-03
0