Cahaya keperakan membelah kehampaan, begitu terang hingga menyinari zona sampah asal. Tiga Penguasa Ketiadaan muncul serentak, melenturkan kekuatan mereka, menyulam sebuah penghalang raksasa yang berkilau seperti kristal hitam transparan.
Namun, tebasan Penguasa Aturan bukanlah sekadar tebasan. Itu adalah retakan baru dalam realita, konsep asing yang belum pernah diizinkan ada oleh semesta. Ia meluncur menembus kegelapan, seolah mencari celah yang tidak pernah dibuat.
Retakan muncul di penghalang. Kecil pada awalnya, namun seperti penyakit yang menyebar, garis itu membesar, bercabang, hingga penghalang berderak dan bergetar. Wajah tiga Penguasa Ketiadaan mengeras; untuk pertama kalinya, kepanikan menguasai mereka.
"Tidak mungkin…" ujar salah satu dari mereka. "Dia menyentuh sesuatu yang bahkan Kehendak Semesta tidak merestui."
Penguasa Tak Terbatas maju ke depan, menggertakkan giginya hingga darah mengalir dari bibirnya.
"Kalau begitu, biar aku yang menahannya! Jika kau ingin bertarung, aku akan senang hati melayanimu!"
Dengan seluruh tubuhnya bergetar, ia menarik semua jalur sebab-akibat yang ada. Benang merah menyala, menjerat Penguasa Aturan. Sebuah serangan yang tidak bisa dihindari, tidak bisa dilawan. Tubuh dan jiwa Penguasa Aturan meledak berantakan.
Namun, dalam sekejap, ia kembali utuh. Seolah apa yang hancur hanyalah fatamorgana.
Penguasa Tak Terbatas menyerang lagi, kali ini mengoyak masa depan, meremukkan masa lalu, dan mengiris masa kini. Waktu dan ruang terdistorsi, jiwa dan tubuh Penguasa Aturan dipisahkan, dicerai-beraikan. Tapi hasilnya sama: tiada luka sedikit pun.
Saat itu barulah kesadaran mengerikan menghantam Penguasa Tak Terbatas.
."Jangan-jangan… kau sudah melampaui batas!?"
Penguasa Aturan hanya tersenyum, mengangguk ringan.
"Giliran ku untuk menyerang."
Telapak tangannya terangkat. Sebuah bola aneh terbentuk, bukan dari ruang, bukan dari waktu, bukan dari elemen apa pun yang dikenal. Itu adalah intisari hukum yang sudah dibengkokkan. Di belakangnya, semesta bergetar; aturan yang mengikat segala sesuatu seolah menunggu perintah.
"Aturan semesta… sudah berubah."
Dalam sekejap, serangan yang menghujam dirinya berbalik arah. Puluhan serangan maha dahsyat itu menghantam para penguasa lain dengan kekuatan penuh.
"Musnah."
Kata itu bergema. Dua puluh penguasa hancur dalam satu napas. Jiwa, tubuh, konsep, lenyap total. Bukan hanya mati, melainkan dihapus, tidak memungkinkan lagi untuk dibangkitkan, bahkan oleh Kehendak Semesta sendiri.
Karma menimpa tubuh Penguasa Aturan, menjeratnya seperti sungai api neraka. Namun ia tetap tersenyum. Memang itulah yang diinginkannya.
"Aku butuh ini… untuk memanen yang lebih besar."
Tangannya menggenggam bola hukum itu. Dunia bergetar.
"Aturan… terbalik!"
Ruang menjadi waktu. Waktu menjadi ruang. Api berubah menjadi es, es berubah menjadi api. Segala hukum runtuh dan diputarbalikkan.
Lawannya menjerit, kekuatan mereka jatuh dari puncak tanpa pijakan. Konsep yang mereka kuasai berubah menjadi sesuatu yang asing, sesuatu yang tak mereka pahami. Tingkatan mereka runtuh, seolah jatuh ribuan meter ke jurang tanpa dasar.
Penghalang tiga Penguasa Ketiadaan pecah berderai. Energi perak menelan segalanya, menghapus makhluk-makhluk di belakangnya tanpa sisa. Wajah mereka membeku dalam ketidakpercayaan sebelum lenyap selamanya.
Sejak awal, mereka hanyalah pion dalam permainan Penguasa Aturan. Hanya dengan membalikkan hukum, ia mampu mencabut semua kekuatan yang tidak melampaui aturan.
Dia tersenyum, lalu menggeleng perlahan.
"Seharusnya aku membiarkan Penguasa Kekacauan ikut mengujinya… supaya aku tahu apakah konsep mereka cukup matang untuk dipanen. Tapi sudahlah… masa lalu tidak penting."
Ia meraih benang merah tipis yang bergetar samar di hadapannya, jalur sebab-akibat yang menuntunnya langsung ke markas para ekstrim.
"Sekarang giliran ekstrim mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments