Pagi menjelang siang, suasana kantor hening dan sepi. Semua para karyawan sedang berkutat dengan pekerjaannya masing- masing. Mereka seperti berpacu dengan waktu demi menyelesaikan semua tugas tepat pada waktunya. Lantai empat pun demikian, di sudut ruangan, tepatnya di ruangan paling besar dilantai itu, ruangan dimana Dicky sedang sibuk memeriksa dan menandatngani berkas-berkas yang tergeletak di meja kerja nya.
Suara ketukan pintu membuat mereka menoleh kearah pintu. Sekretaris yang berada di dekatnya bergegas membukakan pintu, setelah mendapat izin dari atasannya lalu ia mempersilakan seorang laki-laki asing masuk. Dicky bangun dari kursinya dan menyalami lelaki itu. Hanya dia dan lelaki itu yang ada di ruangan itu saat ini.
“Bagaimana? Apa ada kabar baik yang kau bawa untuk ku?” tanya Dicky pada lelaki itu.
“Ini, Pak," ucap laki-laki itu menyerahkan amplop coklat kepada Dicky.
Didalamnya terdapat beberapa lembar kertas berisi laporan dan beberapa lembar foto. Dicky sangat terkejut membaca isi laporan itu. Berkali-kali ia membacanya, takut salah baca pikirnya. Namun tulisannya tak juga berubah.
“Tasikmalaya?” tanya Dicky.
“Iya, Pak.”
“Apa kau dapat alamatnya?” tanya Dicky lagi. Raut wajah penasaran terpanjang nyata.
“Siap pak. Ini alamat yang dimaksud.”
“Kalau begitu aku minta kau pergi kesana untuk memastikan kebenarannya. Berikan aku bukti otentik. Foto atau video atau kalau perlu video call langsung. Apa kau sanggup?” Dengan tegas Dicky meminta kesanggupan dari detektif bayarannya itu. Rasa tak sabar mengebu di hatinya.
“Baik. Saya akan lakukan sesuai permintaan Pak Dicky. Tapi berhubung tempatnya agak jauh, nantinya ini akan memakan waktu agak lama lagi. Saya tidak mau gegabah, Pak."
“Lakukan secepat dan sebaik mungkin. Aku tak mau ada kata gagal,” tegas Dicky lagi. Lelaki itu menganggukan kepala lalu mohon pamit. Dicky kembali menekuni isi amplop yang diberikan tadi.
“Adellia. Ini tentunya bukan suatu kebetulan. Tapi selama aku belum menemukan buktinya, aku sulit mempercayai semua ini," batin Dicky.
******
Dicky melajukan mobilnya santai, dia tak ingin masalah ini mengganggu konsentrasinya mengemudi. Dan biar pikirannya rilexs dia menghidupkan musik lembut. Yah … paling tidak bisa bikin nyaman sementara.
Jalanan ibukota tidak terlalu macet malam ini, jadi dia bisa tiba di rumah lebih cepat dari biasanya. Begitu gerbang besar itu dibuka, Dicky langsung memarkirkan mobilnya di dalam bagasi rumah.
Pak Ujang sudah dengan sigap menutup kembali pintu gerbang rumah mewah itu. Rumah yang sangat besar dan indah, di depannya ada taman bunga yang tertata rapi dan bersih. Lalu disudut lain halamannya terdapat kolam ikan yang cukup besar dengan air mancur dan lampu-lampu taman yang cantik. Rumah bertingkat dua itu memiliki kolam renang yang besar dibelakang rumah, arsitektur nya terkesan shaby and klasik dengan cat rumah berwarna kream.
Dicky langsung menuju kamarnya dilantai atas, merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Kamar yang cukup luas dengan fasititas yang sangat lengkap. Untuk beberapa saat ia membenamkan dirinya dalam kantuknya, sampai ia terbangun karena suara ketukan pintu.
“Mas Dicky mau di buatin makan malam apa?” tanya Bik Iyas di depan pintu
“Tolong buatkan nasi goreng aja ya, Bik. Telornya di dadar.” Dicky memang menyukai nasi goreng dan telor dadar.
“Baik, Mas.”
“Tunggu, Bi," cegah Dicky. “Papa belum pulang ya, Bik?"
“Belum Mas.” Bibi pamit meninggalkan tuan mudanya. Setelah membersihkan diri dan ganti baju, Dicky turun dari kamarnya. Dimeja makan sudah tersedia nasi goring dengan telur dadar pesanannya tadi. Nasi goreng Bik Iyas memang enak, tapi ada yang kurang di makan malamnya ini. Dahulu, sewaktu Mama nya masih ada, mereka selalu makan malam bersama di meja makan. Ada tawa dan canda kala itu. Ada banyak cerita yang mereka bagi dimeja makan.
Namun sekarang dia terbiasa menikmati makan malam sendirian dirumah ataupun di restoran. Papa nya sibuk mengurus anak perusahaan keluarga yang lain, tak jarang mereka tak saling bertemu, bahkan sama-sama tidak berada dirumah. Urusan pekerjaan membuat hubungan mereka agak menjauh. Setelah Mama tak ada, Papa hanya memberikan kasih sayangnya berupa limpahan materi. Mereka mulai jarang mengobrol. Bahkan ketika kakek menginap di sini pun mereka jarang bersama.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
maksudnya garasi, ya tooorr 🤭
2022-11-04
0
Rahel Sumbawa
masi nyimak aku thour
2021-03-28
1
Maya Mawardi
lanjut Thor aku nyimak
2020-06-25
1