Ruang kelas XI 1 sangat sepi pada saat jam istirahat ke dua. Xena menghampiri Adel yang sedang duduk di bangku nya.
"Adel!" teriak Xena ya g berlari mengejar sahabatnya. "Nanti pulang sekolah temenin aku yuk. Aku ada janji dengan kakak ku untuk mengantarkan titipan ibu."
"Kemana?" tanya Adellia.
"Kantor Mas Haris."
"Nganter apaan sih, Xen?"
"Ini loh, dokumen buat mengurus pernikahan Mas Haris. Kalo tidak ada halangan, dua bulan lagi dia akan menikah di Bandung." Xena menjelaskan sambil tetap mengunyah permen karet kesukaannya.
"Hmm," jawab Adel sambil menganggukkan kepala.
******
Pukul dua siang-siang pjb, seusai jam pelajaran terakhir Adel menemani Xena ke kantor Mas Haris. Mereka memesan taxi online. Males bener turun naek kendaraan umum. Taxi online nyaman dan ber AC.
"Prajamitra Corp," gumam Adel terkejut begitu taxi online menghentikan lajunya di depan sebuah kantor. Gedung kantor yang menjulang tinggi dan dan terlihat rapi.
"Inikan kantornya Kak Dicky," batin Adel.
Xena menarik tangan Adel, mereka menuju meja resepsionis. Menanyakan ruang kerja Mas Haris. Rupa nya Mas Haris sedang ada rapat divisi di lantai empat. Terpaksa mereka menunggu di lobi kantor.
"Del, aku ke toilet sebentar ya." Xena bergegas menuju toilet umum di ujung lobi kantor. Adel hanya menganggukkan kepalanya. Lalu kembali fokus ke layar handphone nya.
Triiiing .... Pintu otomatis lobi terbuka. Semua karyawan yang ada disitu berdiri memberi hormat kepada lelaki yang baru datang itu. Adel menoleh.
"Kak Dicky." Adell berucap pelan. Dicky juga sepertinya menyadari keberadaan Adel di ruangan itu. Dia langsung mendekati gadis berseragam SMA itu.
"Kamu sedang apa disini, Del?"
"Aku mengantarkan teman, Kak. Dia
menemui kakak nya yang bekerja disini. Tapi katanya Mas Haris sedang rapat divisi. Jadi kami menunggu disini." Adellia tersenyum. Dia senang bisa bertemu lagi dengan pengusaha muda nan tampan itu.
"Lalu mana temanmu itu?" tanya Dicky
"Sedang ke toilet, Kak."
"Yuk ... Ikut." Dicky menarik tangan Adel. Mengajaknya menuju lift khusus yang membawa mereka ke lantai atas, ruang CEO. Sepanjang perjalanan, karyawan yang berpapasan dengan mereka memberi hormat pada Pak Dicky. CEO Pramitra Corp.
******
Ruang kerja yang sangat luas, pikir Adel
Disana tersusun satu set sofa empuk di depan meja kerja CEO. Lalu di sudut ruangan ada jejeran lemari yang berisi buku-buku. AC di ruangan itu sangat dingin.
Dicky mempersilakan Adellia duduk disofa empuk itu.
"Kamu tidak d marah orang tua mu, main sejauh ini, Del?"
Adel hanya tersenyum kecil. "Mama tinggal di Tasikmalaya. Kakakku ada di Tokyo." Perempuan muda itu duduk manis di sofa empuk ruang kerja Dicky.
"Eeh? Jadi kamu tinggal dengan siapa?" Dicky sedikit terkejut. Dia mengerutkan kedua alisnya.
"Aku tinggal di asrama sekolah, Kak. Sejak masuk SMA aku membiasakan diri untuk hidup terpisah sementara dari Mama. Aku memilih sekolah berasrama. Hitung-hitung belajar mandiri."
"Hmm .... "
"Lalu papamu kemana, Del?" tanya Dicky lagi.
Adel tak langsung menjawab. Helaan nafas lembut nya sangat menarik perhatian Dicky yang duduk di hadapannya.
"Sejak lahir aku gak pernah ketemu papa, entah dia masih hidup atau berada dimana aku tidak tahu. Mama sendiri jarang membicarakannya. Walaupun aku tahu terkadang dia menangis sendiri di kamar. Kakak juga begitu. Tidak pernah menceritakan secara detail padaku. Tapi yang aku tahu mereka terpisah waktu kakak berusia 10 tahun, saat itu mama sedang manggandung ku. Aku tak punya poton papa, mama dan Kak Yudha pun tak memilikinya." Gadis muda itu bercerita, ada sedikit genangan air di ujung matanya.
"Maaf, aku membuatmu tidak nyaman dengan menanyakan itu." Dicky merasa bersalah atas pertanyaan nya tadi yang membuat Adel terdiam sedih. Walaupun di bibirnya masih menyunggingkan senyum manisnya. Dering ponsel Adel berteriak nyaring Sebuah pesan WhatsApp masuk di handphone Adel.
"Adel! Kamu dimana sih? Ditinggal ke toilet sebentar malah hilang." Adel nyengir membacanya.
"Maaf Xen. Aku lupa. Aku lagi di ruangan Kak Dicky. Temanku. Tunggu ya, aku segera turun. Sudah mau pulang ya? Sudah ketemu Mas Haris?" balas Adel.
"Ya," balas Xena singkat padat jelas. Membuat Adel bergegas pamit hendak pulang. Namun Dicky segera meraih tangannya. Adel menoleh.
"Tunggu sebentar. Aku antar pulang. Ini sudah hampir malam. Bahaya anak perempuan pulang sendirian."
"Eeh?" belum sempat Adel menjawab nya Dicky sudah menyambar kunci mobil di atas meja kerja nya. Lalu mengandeng tangan Adel menuju lobi bawah.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ningsih Hassanandani
makin penasaran thor,, sukses trus thor like and ❤️❤️ mendarat
2021-06-30
1
Yanti Santika
adik kakak kyanya
2020-08-04
2
celli
masih nyimak thor 😘😘
2020-07-25
1