Nawal
Sudah dua hari ini semenjak kedatangan Mila kerumah, Aku menjalani hari dengan membuat kesibukan lain. Aku mencoba mengalihkan kesedihanku dengan mencari aktifitas tambahan selain bekerja dan membersihkan rumah. Entah mengapa tiba-tiba aku mendapatkan ide untuk membuka usaha laundry dan membuka toko kue online. Mungkin akan sangat menyenangkan dan banyak aktifitas yang bisa kulakukan untuk mengalihkan pikirankan agar bisa berdamai dengan keadaan.
Aku bisa apa sekarang? Mau nekat cerai, bagaimana jika penyakit jantung ibu mertuaku kambuh? Selain itu aku juga memikirkan perasaan bapak dan ibuku di kampung. Mereka pasti kecewa nanti. Ya sudah lah, yang penting aku jalani saja dulu. Masalah di madu, aku jalani saja jika itu memang udah fix keputusan mas fandy.
Sudah dua hari pula aku berusaha menghindari mas Fandy. Tetap membuatkannya sarapan, tapi udah enggak nyiapin air panas untuknya mandi, juga pakaian gantinya. Aku masak pagi-pagi sekali kemudian berangkat ke kantor sebelum dia keluar kamar. Sepulang kerja pun aku memilih nongkrong ke kost an Nila dan pulang larut malam. Beruntung, nila nggak keberatan aku main ke sana sampe malam.
Pagi ini hari ketiga aku menghindari mas Fandy, seperti biasa, aku siapkan sarapan dimeja dan secangkir susu coklat panas. Belum selesai mencuci piring, kudengar suara pintu kamar mas Fandy terbuka, aku mendesah mendengarnya. Ku paksakan melanjutkan aktifitas mencuci piring.
"Nawal...." Entah mengapa, suaranya kali ini, terdengar lembut dan nggak ada nada dingin sama sekali. Apa mas Fandy salah makan? Atau kepalanya kepentok sesuatu? Aku hanya berdehem menjawabnya tanpa mau menoleh.
"Hemm", Ku dengar dia menarik kursi meja makan dan mendaratkan tubuhnya.
"Kenapa semenjak kedatangan Mila kamu menghindar dari aku?".
"Pikir aja sendiri", ucapku ringan, seringan kapas.
"Kamu keberatan aku menikahi Mila?"
"Enggak".
"Bukannya kemarin kamu nangis pas aku ngomong mau menikahi Mila. Terus kenapa sekarang bilang enggak?".
"Udah nggak guna". Ucapku. aku pun beranjak dari tempat cucian piring dan menuju meja makan dan duduk di kursi yang agak jauh dari mas Fandy. Ku biarkan piring dihadapannya kosong agar dia mengambil sendiri makanannya. Sengaja aku mengabaikannya dan nggak melayaninya makan kali ini. Aku masih sakit hati atas kelakuannya dua hari lalu.
"Lima hari lagi aku menikahi Mila. Tapi hanya menikah siri. Kamu, temenin aku nyari cincin buat Mila ya. Sekalian belanja seserahan buat Mila.
"Nggak bisa", jawabku tanpa menatapnya sambil memasukkan suapan pertama ke mulutku. Ada jeda sejenak, Aku nggak bisa menebak apa yang akan dikatakan selanjutnya.
"Ayah sama ibuku nggak merestui aku dan Mila. Karena Mila terlahir dari seorang mantan *******. Itulah sebabnya orang tuaku nggak menyetujui hubungan kami dari dulu". aku diam saja nggak menjawab. Mempercepat makan ku agar tak mendengar lagi curhatan suamiku tentang hubungannya dengan kekasihnya. Jangan tanya perasaanku. Aku sempat terkejut mendengar kalau si Mila itu anaknya wanita lacur. Tapi beruntung aku langsung bisa menguasai perasaanku agar tak terlihat terkejut.
"Nawal, tolong hargai perasaanku dan Mila. Kami saling mencintai. Tolong belajarlah menerimanya. Biar bagaimanapun dia akan tinggal disini bersama kita. Nawal aku mohon, Tolong mengertilah".
"Ya aku ngerti".
"Jadi kamu setuju kan kalau Mila ku nikahi?".
"Terserah". Tiba-tiba dia menggenggam tanganku tapi secepat kilat aku menepisnya dan melanjutkan makan.
"Na, please!".
"Lakukan sesukamu". Ku dengar dia mendesah berat. Aku berusaha menahan air mataku agar tak jatuh tapi tetap saja air mata sialan ini tetap jatuh. Aku menghentikan makanku karena sudah tak berselera lagi dan meneguk kasar air dalam gelas sambil mengeluarkan air mata seolah-olah aku tidak sedang sedih.
Aku beranjak dari kursi dan meletakkan piring ke westafel mencucinya kemudian berniat berjalan keluar dapur tapi mas Fandy menghadangku. Entah dapat kekuatan super dari mana, Aku mendorongnya hingga dia jatuh ke lantai dan aku nggak peduli. Aku masuk kamar mengambil tas serta kunci motor dan melesat berangkat ke rumah pak RT guna meminta tolong untuk mencarikan orang yang bisa membantuku mengurus laundry nantinya. Setelahnya aku berangkat ke kantor.
🌄🌄🌄
Sore hari sepulang aku kerja, Aku segera berbelanja kebutuhan usaha laundry ku di temani Nila, Berbekal hasil tabungan ku selama ini. Dari setrika, so Klin cair, pewangi, Mesin cuci, plastik kemasan untuk baju dan lain-lain. Selesai belanja kuajak nila makan malam di rumahku, agar saat ketemu mas fandy nanti, dia nggak ngebahas si Mila lagi.
"Na, Lu yakin ngajak gua kerumah kalian?".
"Yakin". ucapku sambil menarik tangannya untuk masuk kerumah. "Lu tenang aja, temenin gua masak di dapur yuk. Lo tunggu bentar gua ngaruh tas dulu".
Setelah melewati ruang tamu, aku dan nila masuk melewati ruang tengah, kudapati mas Fandy sedang tertawa sambil menonton televisi. Kemudian dia melirikku dan bertanya, "Kamu sama siapa na?".
"Temen". jawabku dingin.
"Kamu kenapa sih? Aku tanya bener-bener kamu jawabnya ketus gitu? Kamu sengaja ya mancing amarahku?" katanya sambil meninggikan suaranya.
"Kamu pikir aku kenapa mas? Kamu pikir aku baik-baik saja setelah suamiku meminta ijin menikahi wanita lain? Aku begini karna kamu mas! Kamu nggak menghargai perasaanku. Setelah menikahi Mila nanti, apa kamu bisa adil? Ayo kamu pikir sekarang, selama kita menikah apa kamu pernah bersikap baik ke aku? kamu nggak perhatian, kamu nggak menghargai ketulusanku melayani kamu, kamu nggak pernah berusaha menerimaku, apa lagi menyentuhku. Setelah kamu nikah nanti, apa kamu yakin kamu bisa bersikap adil pada istri-istrimu?" jawabku tak kalah sengit.
Kulihat wajah putihnya mulai memerah menahan emosi. Ada kilatan marah di matanya. Ia mengepalkan tangan dan masuk ke dalam kamar. Kemudian Ia keluar dengan menggunakan sweater dan pergi dengan mengendarai mobilnya.
Jangan tanyakan aku, tentu saja aku menangis. Untungnya ada nila yang menenangkan ku. Aku bersyukur masih ada orang yang peduli padaku di tengah penderitaan yang ku alami.
🤵👰
Lima hari berlalu, hari ini adalah hari pernikahan suamiku dengan maduku. Meskipun menikah secara siri, Tapi mas Fandy menikahi Mila atas dasar cinta. Aku bisa apa? Aku tetap kerja dong. karna hari ini hari sabtu, aku kerja setengah hari.
Pulang jam 12 siang dan mengurus usaha laundry ku. Aku juga mulai memasarkan beberapa kue dengan meng up load fotonya lewat media sosial. Meski belum ada pesanan banyak, tapi aku bersyukur karna masih ada pesanan sedikit-sedikit.
Pukul 12.26 aku sampek rumah. Kulihat mobil mas Fandy sudah terparkir di halaman. Aku harus sabar. Mulai sekarang, aku harus mulai menebalkan mukaku dihadapan suami laknat dan istri barunya itu.
Aku bergegas masuk rumah tanpa mengucapkan salam dan tanpa mengucap sepatah kata pun. Ku lihat, mas Fandy duduk berdua dengan mila di meja makan. Mereka sedang makan berdua. Mila menyadari kedatanganku dan beranjak menghampiriku.
"Mbak Nawal, mbak baru pulang kerja? Ayo makan siang bareng. Aku udah masak buat kita bertiga. Mbak belum makan siang kan?".
"Aku udah makan", Jawabku sambil membuka kulkas, kurasa aku butuh air es untuk mendinginkan hati dan fikiranku. Tanpa mau menoleh ataupun melirik mas Fandy aku berlalu meninggalkan dapur. Berniat makan di luar.
"Nawal, Mila udah berbaik hati nawarin kamu makan. Hargailah niatan baiknya untuk kamu", Aku menoleh kearahnya menghentikan langkahku dan berbalik menghadapnya.
"Aku udah berusaha berbaik hati menerima kamu dan belajar mencintai kamu sesuai permintaan orang tua kamu, Apa kamu menghargai niatan baikku? Enggak, kamu nggak menghargainya sama sekali, Jadi nggak usah ngajarin aku kalau kamu sendiri nggak baik", ucapku lembut. Aku berlalu begitu saja menuju rumah kontrakan sebelah rumahku, karna tempat itu ku sewa untuk tempat laundry ku dan tempat ku memasak kue pesanan. Disana ada Mbak Sri dan Mbak ayuk, pekerja yang di rekomendasikan Bu RT tempo hari.
Aku sempat berpikir alangkah lebih baik jika aku masak sendiri saja di tempat laundryku itu. Ya, itu akan lebih baik untuk menjaga perasaanku. Jadi aku harus belanja alat dapur tambahan untuk persediaan di sana nanti. Kemudian aku mencari warung makan terdekat, membeli makan dengan membungkusnya dan berniat memakannya di rumah sewaku saja.
Selesai makan, aku duduk sebentar. Mengamati Mbak Sri menyetrika baju-baju pelanggan dan mbak ayuk yang sedang me mixer adonan bolu pisang pesanan temen kerjaku.
"Mbak Sri, mbak ayuk, mas Fandy tadi pagi menikah lagi. Nama istrinya Mila. Embak jangan terkejut lagi ya kalau nanti tiba-tiba mereka mesraan?", Kataku sambil tersenyum simpul. Mereka tentu saja terkejut.
"Yang tadi pagi datang bareng mas Fandy?". Aku mngangguk.
"Udah, nggak usah banyak tanya lagi ya. Aku mumet banget soalnya" mereka mengangguk prihatin. "Nanti rumah laundry kalau tutup, mbak Sri telfon saya aja ya. Saya males ngapa-ngapain soalnya. Mau tiduran aja di kamar, nenangin pikiran."
"Iya mbak, sabar ya mbak Nawal". kata mbak Sri dan Mbak ayuk. Kemudian aku berlalu, pulang.
Aku pulang dengan perasaan kacau. Saat masuk rumah dan berada di depan kamar, Aku mendengar suara desahan bersahut-sahutan dari dalam kamar utama. Suara sepasang pengantin baru yang tengah memadu kasih dengan bahagia di atas penderitaan ku. Ya Tuhan, selama ini mas Fandy bahkan nggak sudi menyentuhku.
Aku masuk kamar dengan menangis sejadi-jadinya. Berusaha menumpahkan sesak lewat tangisan. Setelah puas aku menangis, Aku mandi dan tiduran setelahnya. Aku menelpon mbak Sri agar membawa kunci rumah laundry karna aku akan istirahat saja. Aku berusaha memejamkan mata, berharap esok aku masih baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
YK
entah kenapa, saya lebih suka pov author...
2022-11-08
0
Noni Kartika Wati
dasar suami laknat
2021-12-28
1
kinanti
aku suka nih cerita yg bikin greget gini
2021-06-20
1