Wanita Idaman Lain

Wanita Idaman Lain

Dijodohkan

"Nawal..." Seorang wanita paruh baya berseru memanggil putrinya dari bawah tangga agar putrinya segera turun dan sarapan. Dia adalah Bu Zainab. Disampingnya, seorang pria paruh baya tengah asik menyeruput kopi hangat, dan tak lupa juga sepiring pisang goreng di sampingnya. Beliau adalah pak syamsuri suami Bu Zainab.

"Injeh buk, sebentar lagi", Nawal menyahuti ibunya dari kamarnya.

Begitulah keluarga pak syamsuri, meski mereka tergolong keluarga yang sederhana, Namun keharmonisan dan keakraban mereka tak diragukan lagi. Mereka hidup dengan menjunjung tinggi prinsip kolot dan kuno, sehingga usia Nawal yang menginjak 28 tahun, mereka merasa was-was karna sang putri tak kunjung menikah. Mereka hanya takut saja jika Nawal menyandang status prawan tua.

Setelah Nawal turun dan duduk di kursinya, Bu Zainab melirik sekilas kearah suaminya sambil ngedipkan mata, memberi kode yang entah apa itu, Nawal tidak mengetahuinya.

"Ibu kenapa sih kok aneh, ada apa sih?" Nawal mengawali pembicaraan kali ini.

Bapak hanya berdehem pelan menetralkan kecanggungan.

"Nduk... kalau misal bapak sama ibuk mau jodohkan kamu, apa kamu bersedia?". Nawal seketika melotot mendengar pertanyaan bapak.

Nawal tersedak makanan yang baru di telannya, Nawal nggak nyangka pagi-pagi buta yg gini udah disuguhi topik tentang perjodohan. Nawal emang tergolong anak penurut. Namun, untuk perjodohan ini entahlah. "Terserah bapak sama ibuk aja. Nawal pasrah asal calonnya baik. Bapak ibu gak mungkin milihin calon yang gak baik kan buat Nawal?". Nah, loh.... penurut banget emang.

"Terima kasih nduuk, ibuk yakin, calonmu bisa menjadi imam yang baik buatmu. Mengingat dia anak teman bapakmu yang orang baik, anaknya pasti juga baik. Bukan begitu pak?", ibu melirik bapak yang menganggukkan kepalanya. Nawal tersenyum menanggapinya.

Oh tuhaaan, akan seperti apa rumah tangganya nanti saat berjalan tanpa cinta? Nawal jadi begidik ngeri membayangkannya.

"Nanti malam calonmu akan datang, kamu pulang kerja jangan mampir-mampir, ingat. Jangan sampai kamu telat nduk. Harus jaga sikap didepan mereka nanti. Jangan kayak anak kecilnya terus" Nawal menganggu sambil tersenyum, kemudian melanjutkan sarapan.

"Pak, buk Nawal berangkat ya...assalamualaikum"

"Waalaikum salam".

🍃🍃🍃

Disebuah ruang tamu, di kediaman pak syamsuri. Pertemuan dua keluarga antara keluarga pak syamsuri dan pak jatmiko, diwarnai dengan kebahagiaan. Keluarga jatmiko bahkan tak mempermasalahkan usia Nawal yang yg tujuh tahun lebih tua dibanding Fandy.

Nawal memandang seorang pria muda yang duduk di sebelah wanita paruh baya, istri pak Jatmiko. pria itu masih sangat muda, tapi akan segera menjadi suami Nawal. di tatapnya lekat untuk menelisik wajah calon suaminya itu.

Dia memiliki kulit putih, matanya kecoklatan tak terlalu sipit, namun juga tak terlalu lebar, rambutnya hitam legam, hidungnya menjulang tinggi, Alisnya tebal dan seperti hampir menyatu, rahangnya tegas, bibirnya kemerahan, Bagus! Itu artinya pria ini bukan perokok.

Semua orang nampak bahagia dan saling menebar senyum. terkecuali Nawal yang selalu menunduk dan merasa gugup. Sedang Fandy terlihat diam dan memilih tak begitu menghiraukan perlakuan orang-orang disekitarnya. Fandy hanya melihat sekilas kearah Nawal tanpa berniat menilai penampilan calon istrinya itu. Fandy merasa muak dengan perjodohan gila seperti ini.

"Nduk... Nawal jangan hanya diam dan menyembunyikan diri begitu, Ayo kenalan dulu sama calon suamimu, Mas Fandy." Ibu Fandy memecah kecanggungan diantara mereka. Kemudian beralih tatap pada putranya, "Mas Fandy, ayo diajak kenalan calon istrimu. Namanya Nawal, cantik seperti namanya bukan?".

"Nawal".

"Fandy".

Hening....

Keduanya memilih bungkam, hingga beberapa saat kemudian, pernyataan Fandy mengagetkan semua orang yang ada disana.

"Buk, pokoknya Fandy nggak mau menikah sama dia buk. Usia Fandy masih dua puluh satu. Sedangkan dia udah tua buk, Dua puluh delapan tahun. Ini nggak pantes buat dia dan juga Fandy buk".

Semua orang terdiam dan menoleh kearah Fandy dengan raut wajah terkejut. Hanya Nawal yang diam dan tak terkejut. Kemudian ibu dan bapak Nawal menundukkan kepalanya, merasa kalah oleh keadaan.

"Apa-apaan kamu Fandy? Kamu mulai membangkang dan memberontak orang tuamu? Kamu.... ka_ Kam....kamuuu...??" Bu Jatmiko, ibu Fandy tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Ia menelototkan matanya sembari tangan kanannya meremas kencang dadanya. Seketika itu semua orang panik dan menghampiri Bu Jatmiko. saat itulah, Bu Jatmiko hilang kesadaran dan semua orang berteriak histeris termasuk Fandy.

Pada akhirnya, mereka bergegas menuju rumah sakit. Nawal masih bisa bersikap acuh dan santai, entah terbuat dari apa hati Nawal, semua orang tidak tau saja bahwa sebenarnya Nawal juga tak kalah gelisah, hanya saja ia mampu menyembunyikan kepanikannya. Hal itu membuat Fandy semakin geram dan semakin tak suka pada Nawal.

Setelah tiba di rumah sakit, semua orang hanya terdiam, kecuali Fandy. Fandy hanya mondar mandir menunggu konfirmasi dokter tentang keadaan ibunya."Diamlah Fandy? Apa kamu nggak bisa duduk?", Kali ini ayah Fandy bersuara.

"Tapi yah?" ucap Fandy dengan suara lirih.

"Kamu fikir dengan kamu begitu bisa membuat ibumu sadar? Kamu sendirilah penyebab ibumu sakit. Kalau saja kamu nggak ngomong begitu, pasti ibumu masih baik-baik saja."

"Sudahlah Jat, mereka masih anak-anak". pak Syam meyakinkan Jatmiko.

Nawal merasa geli sendiri dengan sikap Fandy yang seperti ini. Wajahnya terlihat tegas namun sikapnya, tetaplah Fandy sang anak mama. Nawal bisa menebak, Fandy ini pastilah sangat manja dan tidak bisa membantah ibunya. Huhh! ini sangat lucu. Membayangkannya saja Nawal merasa geli. Bagaimana bisa Nawal terjebak pernikahan dengan seorang Fandy yang berusia dua puluh satu tahun, anak mama yang super super manja puoll?

Selama tiga puluh tujuh menit dokter menangani ibunya Fandy. Dokter keluar ruangan sembari melepas masker dan memanggil keluarga Jatmiko. Semua menghampiri dokter dan berusaha mencari tau keadaan Bu Jatmiko.

"Bagaimana keadaan ibu saya dok?", Semua melirik kearah Fandy yang mulai bersuara.

"Kondisinya sudah mulai stabil. Hanya saja, jantung pasien masih lemah. Minta tolong nanti keluarga jangan membuat pasien terlalu berpikir keras dan jangan memberikan berita yang mengejutkan untuk sementara waktu, karna itu bisa membuat keadaan pasien terlalu drop".

''Terima kasih dokter. Apa istri saya sudah bisa dijenguk?" Ayah Fandy bertanya.

"Boleh, asal jangan membuat stress pasien. Kalau begitu, saya permisi", Dokter berlalu meninggalkan dua keluarga itu. Fandylah orang pertama yang memasuki ruangan. keluarga pak Syam pun ikut menyusul.

Saat itu sempat terbesit dalam hati Nawal, Fandy ini terlihat seperti remaja pada umumnya. Cenderung manja namun juga cukup perhatian pada ibunya.

Nawal membayangkan, bagaimana jika perjodohan ini benar-benar terjadi? Nawal harus hidup dengan remaja labil. Tinggal serumah dan menghadapi tingkahnya yang kekanakan. Membayangkannya membuat Nawal bergidik pelan sambil bersedia. Ibu yang melihat tingkah Nawal pun akhirnya bertanya dengan nada berbisik. "Kamu kenapa nduk?".

"Emhh ini buk...anu.. Fandy... eee". Nawal tak melanjutkan kalimatnya karna bingung harus menjelaskan apa. Tiba-tiba saja, ibu Zainab menyela ucapan Nawal.

"Fandy tampan kan?" Nahh lohh kan udah deh... udah pasti ibu ujung-ujung nya godain Nawal. Nawal melotot sambil mengibaskan kedua tangannya.

"Engg.. enggak kok... bukan itu. Nanti aja Nawal ceritain dirumah. Jangan disini, ntar yang di ghibahin dengerin kan gaenak?", ibu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Disisi lain, di atas brankar rumah sakit, Bu Jatmiko terbaring lemah. Beliau sudah sadar namun wajahnya pusat pasi dan keadaannya masih sangat lemah. Ia memandang Fandy dengan wajah lesu.

"Buk, gimana perasaan ibuk sekarang?" Fandy bertanya sambil menggenggam tangan sang ibu. Bu Jatmiko membiarkan putranya menggenggam tangannya.

"Keadaan ibu tidak lebih baik karna putra semata wayang ibuk tidak sayang dan tidak mau nurut sama ibuk", jawabnya tanpa menoleh ke arah sang putra. Fandy menghembuskan nafas kasar.

"Dari kecil Fandy selalu nurut sama ibuk. Fandy pikir untuk masalah pendamping hidup, Fandy bisa memilih dan memutuskannya sendiri. Tapi ternyata Fandy salah besar. Kalau ibuk pengen perjodohan ini berlanjut, Yaudahlah. Terserah ibuk aja. Fandy pasrah." Setelah menyampaikan pernyataan itu, Fandy melepas genggamannya kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka semua yang mematung tak percaya. Pikirannya kacau saat ini.

Yang ada di fikirannya saat itu adalah Mila. Sebuah nama yang dimiliki oleh tambatan hatinya. Berat rasanya jika ia harus meninggalkan kekasihnya itu. Namun mau bagaimana lagi? Ini sudah mutlak menjadi keputusan sang ibu, dan ia tak bisa membantah ibunya.

Malam itu, Fandy bergegas ke parkiran dan mengambil motor matic kesayangannya, namanya Blacky. Pikiran Fandy kacau saat ini. Apa yang akan ia katakan pada Mila tentang perjodohannya kali ini. Sempat Fandy berfikir, mungkinkah perjodohan gila ini diadakan karna orang tua Fandy tidak merestui hubungannya dengan Mila? Entahlah, Fandy bingung memikirkan hal ini.

Terpopuler

Comments

Amah Azka Alif Amanda

Amah Azka Alif Amanda

mmpir

2021-07-11

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Hadirrr thorrr , nyimak dulu

2021-05-25

1

Nisa Kayla

Nisa Kayla

nextt

2021-05-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!