Mau nikah lagi.

Nawalisya

Tiga bulan setelah pernikahan kami, aku dan mas Fandy. Selama Tiga bulan ini, aku selalu saja bersikap baik dan selalu mengalah menghadapi sikap dingin dan ucapan ketusnya. Aku membangun muka tebal dihadapan mas Fandy. Tidak perduli mas Fandy memaki, aku tetap bersikap layaknya istri penurut dan Sholehah.

Aku dan mas Fandy udah pisah dari keluarga kami. Mas Fandy bersikeras untuk tinggal berdua saja. Saat ini kami tinggal di daerah Banyuwangi kota. Tidak jauh dari letak universitas tempat mas Fandy kuliahdan tak jauh pula dari alun-alun kota Banyuwangi, Taman sritanjung.

Mungkin alasan mas Fandy adalah agar bisa bebas bersikap semena-mena terhadapku. Aku fikir ya sudahlah, ini tahap awal. Mungkin mas Fandy butuh waktu untuk bisa menerimaku sebagai istri. Mas Fandy sengaja memilih untuk tinggal di Banyuwangi karna jarak kampusnya yang dekat dengan tinggal kami. Dia juga punya usaha kecil-kecilan cafe & resto di dekat sini, Jadi dia bisa ngasih aku nafkah berupa materi.

Setiap pagi, aku rutin membuatkannya sarapan, susu coklat hangat kesukaannya, serta menyiapkan air panas untuk mandi lengkap dengan pakaiannya. Kami tinggal dirumah pemberian orang tua mas fandy. Rumah ini memiliki tiga kamar tidur. Dan benar saja, mas Fandy nggak mau tidur sekamar denganku, apa lagi seranjang. Jadi ya akhirnya aku tidur di sebelah kamar utama milik mas Fandy.

Selain rumah, orang tua mas Fandy juga mencarikan ku pekerjaan di Banyuwangi. Ayah mertua merekomendasikan ku bekerja sebagai staf notaris , milik temannya.

"Pagi mas", sapaku ketika dia sudah rapi hendak berangkat ke kampusnya, "Sarapan dulu, nih udah aku siapin. Kamu nanti pulang jam berapa? Aku pulang nanti siang. Kayaknya aku sedikit nggak enak badan jadi ijin kerja setengah hari aja".

"Aku pulang jam 10". Ucapnya sambil meraih cangkir susu dan meneguknya perlahan, kemudian ia meletakkan cangkirnya kembali dan menatapku, "Nawal, Aku mau menikah lagi".

Duuuaarrr....

Seperti tersambar petir saat itu juga. Kalimat keramat yang aku takutkan semenjak pernikahanku, karna saat itu, mas Fandy emang mewanti-wanti mau menikah lagi. Seketika aku menjatuhkan centong nasi yang tadinya ku genggam karna hendak menyendok kan nasi untuk suamiku yang keterlaluan ini.

"Menikah?" aku hanya membeo mengulang kalimatnya.

"Ya".

Sesaat hening beberapa detik. aku mencerna kembali apa yang baru saja diucapkan suami berondongku ini. Dan setelahnya....tentu saja aku histeris.

Aku menaikkan nada bicaraku disertai nafas yang memburu karna emosi, "Kamu gila mas Fandy, gimana bisa kamu mau menikah lagi. Usia pernikahan kita baru tiga bulan, dan kamu mau menikah lagi? Apa-apaan kamu. Kamu bahkan gak pernah menyentuhku. Aku udah sabar ngadepin sikap egois kamu selama tiga bulan ini, aku mohon mas, jangan menikah lagi, atau...." sengaja aku tak melanjutkan kalimatku, menunggu apa reaksi mas Fandy selanjutnya.

"Atau apa?", Ucapnya sambil memicingkan kedua matanya.

"Atau aku Adukan ke ayah dan ibumu", jawabku mantap.

"Kamu jangan macam-macam. Kamu kan tau ibuku sakit jantung. Kamu mau membunuhnya? Kalau sampai kamu ngadu, aku cerein kamu biar jadi janda. Bagus deh, bukannya di kampungmu sana janda itu adalah aib bagi keluarga ya", ucapnya dengan nada sinis dan melipatkan tangannya di dada.

Seketika aku terduduk lesu, aku menunduk dan menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Sangat sakit hati ini mendengar dia mau menikah lagi. Aku sudah belajar mencintainya, menyayanginya, membuka hatiku sepenuhnya untuk dia. Aku menangis sejadi-jadinya di hadapan mas Fandy.

Tapi lihatlah, dia hanya diam saja sambil memulai sarapannya tanpa merasa bersalah sama sekali. Kemudian aku bangkit berdiri dan berlari menuju kamarku. Ku sambar tas kerjaku, jaket, kunci motor, ponsel dan dompetku. Aku keluar rumah mengeluarkan motorku dan melaju ke arah kantor dengan kecepatan tinggi.

Ku usap air mataku ditengah jalan sambil melajukan motor. Sesampainya dikantor, Aku bertemu dengan si nila, teman baru ku di Banyuwangi. Dia orang baik dan selalu terbuka padaku. Aku bersyukur bisa dipertemukan dengan orang sebaik nila untuk kujadikan sahabat. Karna di Banyuwangi ini aku nggak punya saudara ataupun kerabat.

"Nawal, Lo kenapa? Kok mata Lo sembab sih? Laki Lo berulah lagi",

"Nanti aja gua ceritain ke elu, kita makan siang diluar yuk".

"Kemaren Lo biang kerja setengah hari?".

"Iya, ntar habis makan siang, gua pulang Lo bisa balik kantor lagi".

"Ya udah jangan sedih lagi, waktunya kerja kerja kerja. Ayo semangat". Sedikit meredam emosi ku pagi ini karna sikap nila yang begitu pengertian.

🌤️🌤️🌤️🌤️

Siang pun telah tiba, Aku nongkrong di salah satu tempat makan hits di Banyuwangi. Setelah saling memesan makanan dan makanan tiba di mejaku dan nila. Nila memulai percakapan di sela-sela makannya.

"Berondong Lo kenapa lagi?".aku mendesah lelah dan penuh kecewa.

"Dia mau menikahi kekasihnya, Mila". Nila seketika tersedak makanannya sendiri. segera ia meraih minumannya.

"Gila.... laki Lo nggak waras na, trus Lo gimana? Kasi dia ijin?".

"Tadinya sih gua tolak mentah-mentah. Tapi dia langsung bilang mau nyerein gua kalo sampe gua ngadu ke orang tuanya. Ya Akhirnya mau gimana lagi? Aku bisa apa?", Aku kembali nangis nyeritain kejadian tadi pagi.

"Uhh kalo gue mending cere deh daripada dimadu. bikin sakit nih dada tau nggak". aku kembali menghela nafas berat.

"Gua udah mulai menyayangi dan mencintainya Nil. Jadi sebisa gua untuk mempertahankan rumah tangga ini. Mungkin saat ini, dia sedang khilaf aja".

"Waaah parah Lo na. Seorang Nawal mau dimadu. Siap-Siap kurus Lo. Harusnya Lo bisa tegas sama dia. Meski dia suami Lo dan dia kepala keluarga. Tetep aja Lo harus tegas menghadapinya".

"Akan gua pikirin Nil, sementara ini, gua malas ribut sama dia. Jadi biar mengalir apa adanya dulu".

"Lo yang sabar ya na, jangan putus asa. Pasti ada jalan keluarnya. Pasti gua doain yang terbaik buat Lo. Lo juga jangan sungkan-sungkan, kalo butuh bantuan gua Lo hubungi gua. Anggep aja gua keluarga Lo disini".

"Makasih Nil. Lo emang sohib terbaik gua".

"Sama-sama".

Dan pada akhirnya, sesi makan dan curhat pun akhirnya berakhir. Nila kembali ke kantor sedang aku langsung pulang menuju rumah. Setibanya di rumah, mobil mas Fandy ada, motor nya juga ada. Oh bagus lah, dia udah di rumah rupanya.

Aku membuka pintu tanpa mengetuknya, alangkah terkejutnya aku menyaksikan suamiku tengah disuapi anggur merah oleh seorang gadis cantik berhijab. Spontan mereka terkejut dong dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Mas Fandy langsung berdiri menarik tangan gadis itu, memperkenalkan gadis itu padaku.

"Nawal, kenalin ini Mila, kekasihku. Calon madu kamu". Aku hanya diam meneliti penampilan wanita yang bernama Mila ini. Sekilas penampilannya tertutup dan cukup syar'i. Tapi entahlah, apakah dia wanita Sholehah? Tapi kalau ia, kenapa dia Mau dinikahi lelaki yang sudah beristri.

"Terus?", Tanyaku menatap datar mas Fandy. Mati-matian aku menyembunyikan tubuhku yang mulai gemetar menahan emosi dan sakit hati.

"Ya kamu kenalan dong. Nanti dia akan tinggal disini setelah aku nikahin dia. Jadi kalian harus rukun dan saling menerima satu sama lain". Jawabnya santai. Ya Tuhan... terbuat dari apa hati suamiku ini?

"Mila kamu bener mau dinikahi Fandy?" Aku udah nggak bisa lagi bersabar. Mas Fandy pun kayaknya kaget, mungkin karna aku nggak manggil dia dengan embel-embel mas lagi. Emosiku sepertinya akan meledak. "Kamu tau, Fandy udah beristri? Kamu fikir orang tua Fandy akan menerima dan merestui pernikahan kalian?, ja..." Kalimatku terputus karna mas Fandy memotongnya.

"Nawal, jaga sikap kamu. Aku nggak mau berdebat sama ka..."

"Kali ini biarin aku yang bicara mas. Tiga bulan mas, selama tiga bulan kamu mengabaikan pernikahan kita aku hanya bisa sabar dan diam. Jadi biarkan aku yang bicara kali ini". Aku menaikkan nada bicaraku. Tatapanku beralih pada gadis berhijab yang menunduk didepanku ini, "Kamu cantik, kamu berhijab, kamu masih muda, kamu bisa dapetin yang lebih baik dari Fandy. Fandy udah beristri jadi jangan mau menjadi orang ketiga dalam pernikahan kami. Aku mohon".

"Nawal cukup. Jangan jadi durhaka kamu sama suami. Yang jadi orang ke tiga itu kamu".

"Lakukan apapun yang kamu mau mas. Aku lelah". Jawabku sambil berlalu menuju kamar. Ku banting pintu kamarku dengan keras memberi tau suamiku, aku sangat marah saat ini.

Terpopuler

Comments

Aida Fitriah

Aida Fitriah

nyesek😥😥😥

2021-06-02

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Yahhh si Fandy tegaaa bngttt sehhh
kasihan orang tua mu khusus ibu nya Fandy

2021-05-25

1

Anonymous

Anonymous

maaf thor ini setting nya di bayuwangi tapi ko bahasa nya elu - gue? apa emang sjrg begiyu bahasa gaul anak daerah?

trus ko si milla ktnya berhijab tapi berdua duaan dengan suami orang di ruangan tertutup (rumah) sambil suap2an ke yg bukan mukhrimnya? aoalagi hijabnya diceritakan syar'i ga enak aja gitu bacanya.. takut kesan melecehkan hijab itu sendiri.. maaf🙏

2021-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!