Elin membuka pintu kamar Evan.
Sambil celingak celinguk Ia masuk kedalam kamar Evan.
Ia pun melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.
" Ko' sepi?... Mana si Evannya, ko' enggak ada?..." katan Elin.
Ia pun masuk kamar.
Elin mengamati isi kamar, tak menemukan sosok yang ia cari.
Terdengar suara di balkon kamar Evan. Terdengar Evan lagi asyik telponan sama seseorang.
" Nah...tuh dia orangnya. Lagi asyik nelpon siapa tuh anak?... Pasti sama gebetannya." gumam Elin sambil berjalan menuju kearah Evan.
"Iya sayang...by...by...sayang..." kata Evan sambil memberikan ciuman lewat video call.
Lalu mematikan panggilan lewat ponselnya.
" Dor !!!..." Elin mengagetkannya.
Elin menyenggol lengan Evan dan ikut berdiri disamping Evan.
" Lagi video call sama siapa sih?... Gue perhatikan pakek cium-cium segala " tanya Elin sambil ngejitak kepalanya Evan dengan pelan.
" Sama Susanti." jawab Evan santai.
Kontan saja kedua bola mata Elin langsung melotot dan sebuah tinju melayang ke bahu Evan.
"Sialan lo! " katanya sambil megangin lenganya sambil meringis kesakitan karena habis di tinju Elin." sakit tahu! " protesnya.
"Rasain!... Itu akibatnya, kalau jadi playboy. Dasar playboy cap cicak " kata Elin sambil tersenyum melihat Evan yang kesakitan."
Evan hanya diam saja.
" Sampai kapan sih elo kayak gini suka gonta-ganti cewek?..."
" Tau... Mungkin sampai gue bisa temuin cewek yang bener-bener suka dan cinta sama gue, dan nggak cuman suka bukan karena uang gue, " jawabnya sambil megangin dagunya sambil berpikir seperti para normal... hehehe...
"Dasar lo! " kata Elin sambil nyengir kayak kuda.
" Udah ah... Ayo tidur. Gue ngantuk." kata Evan lalu mengempit Elin dibawah ketiaknya dan mengajak masuk.
Elin hanya mengikuti Evan.
" Lo tidur di ranjang ya sama gue?" kata Evan.
" What's?! " kata Elin melotot." Enak aja lo bilang!...Nggak!" Tambahnya sambil mendorong tubuh Evan." lo tidur di sofa, gue yang di ranjang" kata Elin menegaskan.
" Enak aja... Lagian, nih kamar punya siapa?!... Ko' lo yang ngatur!."
" Ya udah. Kalau gitu, gue yang tidur di sofa" kata Elin sambil menuju sofanya Evan, yang begitu panjang dan lebar, yang bisa ditiduri muat dua orang.
"Nih bantal sama selimut kamu!" kata Evan yang melempar bantal sama selimut kearah Elin.
Elin lalu mengambilnya dan menggunakannya untuk tidur di sofa. Ia pun mencoba menutup matanya karena memang hari ini ia benar-benar capek. Soalnya, seharian tadi ia bantu nyokapnya di toko dan setelah itu langsung kerumahnya Evan.
Evan masih belum bisa tidur. Ia memikirkan rencana buat besok, untuk mengajak Susanti ke acara ultah pernikahan kedua orang tuanya.
" Lin..." panggil Evan pada Elin yang masih terjaga.
" Apaan?!..." kata Elin sambil menyipitkan matanya yang memang udah mengantuk.
" Besok lo bantu gue ya, untuk ngajak Susanti di ultah pernikahan kedua orang tua gue. Gue mau kenalin Susanti ke papi sama mami."
" Ogah!!" jawabnya cepat." Gue kesini, bukan mau bantuin lo sama cewek-cewek lo yang nggak jelas. Gue kesini mau ngebantu mami lo, bukannya bantuin lo." kata Elin sedikit ketus dan nggak suka kalau harus ngebantu Evan dengan cewek-ceweknya yang nggak jelas itu.
"Alasan... Bilang aja lo cemburu sama gue."
Langsung saja Elin terbangun. Elin melempar bantalan kursi tepat ke muka Evan." Enak aja kalau ngomong!!" ngedumelnya, walaupun sebenernya memang iya.
Evan beranjak dari tempat tidur dan mendekatinya.
" Apa benar lo nggak punya rasa ke gue?..." tanya Evan sambil memandang wajah Elin begitu dekat sehingga hampir membuat wajah manis Elin bersemu merah. Persis seperti kepiting rebus.
Elin pun segera mendorong Evan. Evan pun duduk di kursi.
"Rasa apaan?!... Enggak, gue nggak punya rasa apa-apa sama lo. Dasar Playboy cap cicak," kata Elin sambil mengacak-acak rambut Evan dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yakin?...Lo nggak punya rasa ama gue?... Lagian... Gue itu ganteng, tajir, dan apa sih yang kurang dari gue?. Sehingga lo nggak punya rasa cinta ke gue?..." katanya sambil membanggakan dirinya.
Elin terdiam. Ia nggak jawab pertanyaan Evan. Hanya kedua matanya yang bisa berkedip.
Evan berdiri membelakangi sambil melirik ke arah Elin." Gue tahu ko' Lin... Kalau lo, sebenernya suka sama gue... Dan gue juga udah lama suka sama lo, sejak masih kecil gue suka sama lo...Dan gue udah tahu kalau papi lo, sama papi gue udah lama ngejodohin kita. Tapi gue pura-pura nggak tahu" gumam Evan dalam hati." Gue memang suka membuat lo cemburu sama gue, dan gue suka dengan sikap cuek lo ke gue, jika gue barengan sama cewek lain... Gue ngelakuin ini, agar lo perhatian sama gue. " batin Evan lagi, sambil tersenyum sendiri melihat ekspresi Elin yang masih melongo ditempat tidur.
Elin masih diam dan nggak bisa berpikir.
" Apa lo jangan-jangan???...bukan cewek?..." ledek Evan.
Kontan saja sebuah jitakan melayang di kepalanya
" Brengsek lo! Enak aja lo bilang!!" teriak Elin dan kini Elin langsung menyerang Evan. Lalu mengunci tangan dan leher Evan, layaknya musuhnya dipertandingkan teekwondo yang mau dia habisi dan ia kalahkan di kejuaraan. "Sialan! Emang lo pikir gue cewek apaan?! Dasar, brengsek lo!!" katanya sambil marah dan masih mengunci Evan." Sekali lagi lo, gue habisin lo!!" tambahnya sambil melepaskan Eva.
Evan pun kesakitan sambil memegangi leher dan tanganya.
Dan tanpa berkata apa-apa lagi Evan langsung menggendong tubuh Elin dan membawanya ke tempat tidurnya.
Elin kaget dan terus mukul punggung Evan dengan keras. Tapi Evan enggak perduli. Ia pun menjatuhkan tubuh Elin di tempat tidur. Lalu mengunci kedua tangan Elin. Elin terus memberontak dan Evan nggak perduli. Evan lalu mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Elin yang hanya berjarak satu senti saja. Elin pun terdiam.
" Gue tahu lo sebenernya suka kan sama gue?. Apa lo masih menghindari perasaan lo sendiri, walaupun orang tua kita udah menjodohkan kita?..." kata Evan dan langsung saja sebuah ciuman mendarat dibibir Elin tanpa aba-aba, sebelum Elin menjawab pertanyaan Evan. Elin hanya diam masih nggak percaya dengan semua ini.
" Jadi... ternyata Evan???... ini semua tidak mungkin ?!" tepisnya. " Apaan sih lo!!" elak Elin sambil mendorong Evan. Saat Elin tahu kalau Evan melepaskan tanganya saat Evan mencium bibir Elin.
Evan pun terjatuh dari ranjangnya.
" Gue nggak suka sama lo !!" Elak Elin menghindarinya. Dan ini cuma akal Elin untuk menghindar dari Evan.
" Dasar, playboy cap cicak lo!!" umpatnya sambil menuju ke sofa. Elin lalu menutup seluruh wajah dan tubuhnya dengan selimut.
Evan pun berdiri dan membaringkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. " Udah dech Lin...sampai kapan Lo menghindar dari gue?" kata Evan yang nggak perduli dengan keadaan perasaan Elin.
Sementara Elin nggak perduli dengan apa yang Evan lakukan. Ia pura-pura nggak mendengar dan mencoba untuk menutup matanya, agar ia bisa tertidur dan mencoba menenangkan rasa gejolak yang begitu hebat didadanya.
Sementara itu Evan tersenyum menang karena bisa membuat sahabat sekaligus cinta pertamanya itu hampir saja mengakui cintanya ke dia." Kenapa gue bisa ngelakuin itu semua ke Elin ya?... Tapi gue merasakan jantung gue berdetak dengan kencang. Berbeda saat gue deket sama cewek-cewek, yang selama ini gue pacari yang ada diluar sana" gumamnya. Lalu ia pun tertidur, setelah memikirkan perasaannya yang nggak karuan.
Sementara Elin pun juga udah tertidur, karena rasa capek dan rasa kantuknya yang bisa mengalahkan dan melupakan kejadian barusan terjadi.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
like balik 3 ❤
2020-12-21
1
R_armylove ❤❤❤❤
like
2020-12-21
1
Nanadela Pratiwi
2 Yang Mulia Del BlushOn masih baca
2020-12-14
2