Aku dan Rendi pergi ke resto favorit kami untuk makan malam. Sesampainya disana ternyata Rendi sudah membooking tempat itu hanya untuk kami berdua.
"Disini tidak ada orang, Ren?" Tanyaku melihat seisi restoran tanpa penghuni.
"Malam ini spesial hanya akan ada aku dan istriku tercinta." jawab Rendi memelukku dari belakang.
"Aku suka Ren, aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu di restoran ini." Ujarku teringat masalalu kami.
"Haha... iya waktu itu kamu jadi pelayan, kamu numpahin kopi kemejaku lalu aku marah sampai membuatmu dipecat." Ucap Rendi sambil tertawa geli mengingat kejadian itu.
"lalu kamu mengejarku buat minta maaf tapi kamu malah ditodong sama preman, siapa yang menolongmu waktu itu?" Ucap ku pura-pura lupa.
"Siapa lagi kalau bukan istriku ini, paling jago teriaknya sampai membuat orang sekampung berdatangan padahal premannya sudah kabur duluan saat mendengar teriakkannya." Ternyata Rendi pun masih mengingat semuanya.
Aku sangat bahagia, suamiku tidak sedikitpun berubah, meski sampai saat ini kami belum bisa mendapatkan momongan. Tapi ada satu masalah besar bagiku, desakkan mertuaku membuatku goyah untuk mempertahankan rumah tangga kami.
"Sayang, kamu masih memikirkan masalah tadi?" tanya Rendi menyadarkan lamunanku.
"Ah... Ti...dak, Ren." sahutku berbohong.
"Sayang, dengarkan aku, apapun yang terjadi kita akan selalu bersama, aku mencintaimu lebih dari diriku." ucap Rendi menggenggam tanganku sambil menatap mataku.
"Tidak hanya menerima kelebihanmu, aku juga menerima kekuranganmu. Menikah bukan hanya tentang cinta atau mengharapkan keturunan, menikah adalah bagaimana kita selalu bersama-sama mengarungi susah senangnya bahtera rumah tangga tanpa ada kata perpisahan. Aku tidak menuntut untuk bisa memiliki anak, semua itu kuasa Allah, sayang hanya Dia yang tau kapan waktu yang tepat untuk kita memilikinya." Jelas Rendi panjang lebar, aku terharu tapi aku tetap dengan pemikiranku yang ingin Rendi menikah lagi.
"Sebaiknya kamu menikah dengan wanita lain, Ren." ucapku membuat mata Rendi terbelalak kaget mendengarnya.
"Ibu benar, aku memang tidak pantas untuk kamu bahagiakan sedangkan aku tidak bisa membahagiakanmu. Rendi, menikahlah cari wanita lain yang bisa memberimu kebahagian sepenuhnya." lanjutku lagi, ku lihat Rendi menahan amarahnya saat mendengar apa yang ku ucapkan.
"Cukup, Clara. Harusnya malam ini menjadi malam spesial kita, aku pikir malam ini akan kita lewati dengan penuh suka cita, tapi kamu malah merusak suasana, aku tidak suka kamu bicara seperti itu. Ayo, kita pulang, sudah cukup dinnernya." Sahut Rendi beranjak dari tempat duduknya. Rendi sangat marah padaku terlihat dari raut wajah dan tatap matanya.
"Rendi, aku mengatakan itu semua karna aku sangat mencintaimu. Aku rela kamu mendapatkan kebahagianmu yang sesungguhnya tapi bukan denganku." Ucapku tanpa memperdulikan amarah Rendi yang sudah cukup lelah dia pendam.
"Kamu bilang cinta, apa kamu benar-benar rela melihatku bersama wanita lain, jawab Clara, aku yakin kamu tidak akan sanggup." ujar Rendi membuatku hanya bisa diam.
"Tak ada seorang istri manapun yang rela membagi suaminya dengan wanita lain, tapi apa dayaku Ren, aku tidak cukup kuat menghadapi ayah dan ibumu yang selalu menuntutku, aku sangat mencintaimu Ren, hal bodoh pun akan ku lakukan demi kebahagiaanmu." Batinku sambil menatap Rendi yang tertunduk lesu.
"Jawab Clara, apa kamu sanggup?" pinta Rendi lagi. Aku masih diam hanya bisa menangis dan langsung memeluk erat tubuhnya.
"Hiks...maafkan aku, Ren. Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa dengan perkataanku" ujarku.
"Iya sayang, aku sangat memahami perasaanmu tapi berjanjilah padaku jangan pernah memintaku untuk menikah dengan yang lain, kita hadapi semua bersama." Jawab Rendi sambil menghapus air mataku.
"Hmmm..." aku hanya bisa mengangguk.
"Aku sangat mencintaimu, Clara." Rendi merangkulku dalam pelukkannya.
"Aku juga sangat mencintamu." Ucapku kembali memeluk Rendi.
"Karna malam ini malam yang spesial, ayo kita memproduksi Rendi kecil, sudah lama kita tidak melakukannya sayang." Ucap Rendi tiba-tiba menggodaku.
"Apaan sih kamu Ren, padahal hampir tiap malam." gumamku sambil tertunduk malu.
"Ayo sayang, kita pulang aku sudah tidak tahan." Ucap Rendi dengan nada manja.
Rendi menarik tanganku tiba-tiba menggendongku sampai ke parkiran mobil.
Bersambung
Next gak nih?
Jan lupa vote, like dan komen ya guys😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Lidya yuu
sepertinya ceritanya menarik ,mulai sk nihhh ❤️sama ⭐ 5 dehh
2020-04-29
1
Dandeliond⭑ᵉᶥᶠ
semangat kak
2020-03-31
0
Queen_xoyou
uhu
2020-03-19
2