Didalam taksi Dinda hanya bisa terdiam. Pikiran terus berputar akan hal yang aneh. Bagaimana bisa pria pemotor itu adalah pengacara Johan B. Bastian??
"apa aku yang terlalu bodoh??" gumamnya dalam hati. Dan seketika ia memutuskan untuk mencari info tentang pengacara Johan B. Bastian lewat google. Dan betapa syoknya ia ketika melihat profil foto seorang Johan B. Bastian yang tak lain adalah pemotor yang ia tabrak.
Seketika ia menutup matanya yang benar-benar syok.
Dengan beratnya ia menghela nafas panjangnya. Hingga taksi itu pun berhenti di toko butiknya, Dinda pun turun dengan gontai.
" Kamu dari mana?", tanya Feli dengan melihat pada Dinda.
Dinda tak menjawab. Ia berlalu terus lurus menuju lantai atas untuk naik kekamarnya dilantai 3.
Nopa dan feli pun saling pandang atas sikap Dinda yang seperti zombi.
Setiba dilantai 3 kamarnya. Dinda membuka lemari pakaiannya. Dan ia mengeluarkan sebuah stelan jas yang berwarna navy.
"Aku tidak menyangka bahwa kau pemilik dari seorang pria sombong, maaf kau harus turun!!" ucapnya pada jas yang ia pegang. Lalu ia keluar kembali dari kamarnya dan bersegera turun kebawah butiknya.
Lagi Nopa dan Feli terkaget melihat Dinda yang turun dengan memegang sebuah stelan jas dan ia bersegera memasukkannya kedalam cover jas.
"Mbak Feli, tolong kirim stelan jas ini ke alamat kantor Pengacara Bastian sekarang!!" perintahnya dengan menulis alamat disebuah kertas.
" Tapi Dinda, tadi pak Dodi pemilik jas itu memesan kembali stelan jas untuk tanggal 20 Februari ini" jelas Feli dengan wajah kaget.
" Tidak!! kita tidak akan pernah terima orderan lagi dari pak Dodi atau siapa laah dari kantor Bastian itu. Oke!!, " tegasnya lagi seraya memberikan kertas alamat pada mbak Feli.
Feli hanya terbengong mengambil kertas itu. Lalu Dinda pun berlalu kembali ke lantai atas meninggalkan segudang tanya pada Feli dan Nopa.
" Dia kenapa??" tanya Feli pada mbak Nopa
" Mana ku tau??" sahutnya bingung.
🍃🍃🍃🍃
Sore harinya, dengan kaget Asisten Dodi menerima stelan jas milik bosnya, yang kini berada dimeja kerjanya yang diantar oleh Resepsionis.
" Bagaimana ini bisa disini??" tanya Dodi kepada wanita Resepsionis.
" Saya gak tau pak, tadi ada seorang Grab yang mengantarkan ini katanya dari butik house of Dinda. Hanya itu saja pak" ucap Wanita Resepsionis.
Seketika kepala Dodi pusing. Sepetinya ia telah melakukan hal kecil tapi fatal. Salahnya tadi membawa mbak Dinda bertemu dengan bosnya.
Dodi pun melonggarkan dasinya.
" Baiklah, terima kasih, kamu sudah bisa kembali"
Tiba-tiba pintu ruangan Johan terbuka, dan Johan pun keluar dengan santainya. Asistennya refleks bangun menyambut bosnya itu.
" Anda mau kemana pak??"
" Temani saya ke cafe Sepetak," dan tak sengaja ia melihat jas milik dirinya berada diatas meja Dodi.
"itu??" serunya bertanya pada Dodi.
" Ah, ini jas milik Anda pak, telah dikembalikan oleh penjahitnya"
Johan pun hanya mendengar tanpa peduli, dan ia pun berjalan menuju lift.
Dodi pun terburu-buru mengikuti atasannya.
🍃🍃🍃🍃
Didalam perjalanan menuju cafe Sepetak, terlihat Johan terus melihat kelayar handphonenya dengan serius. Dodi memperhatikan atasannya itu dari balik kaca spion mobil tengah.
" Pak!! boleh saya bicara??"
"hhhmm, " sahut Johan tanpa bergeming dari tatapannya dari layar handphone.
"saya mau cuti" ujar Dodi ragu.
"apa??"
Jantung Dodi jadi ciut seketika mendengar respon atasannya yang agak kaget. Dengan menelan salivanya ia berusaha menenangkan gugupnya.
" Saya.. saya akan menikah Pak bulan depan, dan saya akan cuti mulai minggu depan karena akan pulang ke daerah" jelasnya.
Seketika Johan menangkap basah asistenya menatap kearahnya. Dodi jadi kelabakan karena tatapan tajam Johan.
" Oke!!, " sahut Johan santai.
" Tapi Pak.. saya akan cuti 2 bulan!!"
"APA??" suara kaget itu cukup mendominasi.
Dodi tiba-tiba ciut.
" Gak jadi deh Pak, 1 bulan aja, " ralatnya seketika dengan mencoba melonggarkan dasinya dan kembali fokus pada jalan raya ibu kota.
Johan pun jadi ikut menghela nafas panjang, bagaimana hari-harinya jika Dodi cuti?? ia harus naik motor lagi. Dan kemudian ia teringat bahwa motornya masih ditahan dikantor polisi.
" Besok urus motor ku keluar dari kantor polisi"
" Ah, baik pak. Tapi Pak bahu anda masih belom bisa.." yang kalimat itu tak jadi dilanjutkan oleh Dodi karena Johan menatapnya tajam.
Dan Johan kembali menatap layar handphonenya hingga mobil sedannya itu sampai pada cafe Sepetak tujuannya.
🍃🍃🍃🍃
Satu minggu kemudian, Dinda kembali fokus pada pekerjaan mengunting pola-pola baju pengantin yang telah bertumpuk menunggu dikerjakan.
Ia tak peduli lagi dengan nasib mobilnya yang masih dikantor polisi. Bahkan ia tak mau lagi menbahas tentang pengacara atau apa laah sejenisnya. Ia memilih menutup buku kejadian itu, dan berusaha menyibukkan diri dengan menjahit baju-baju pesanan pelanggannya.
Namun surat panggilan kepolisian itu pun sampai dibutik Dinda. Dan dinda menerima dengan syok.
Dia benar-benar tercengang dengan isi tuntutan dari pihak Johan yang tak main-main ingin memenjarakan dirinya selama 2 tahun.
Dengan kesalnya Dinda meraih tasnya dan menupang taksi untuk segera bergegas kekantor pengacara sombong itu.
Dan ketika taksi itu sampai pada kantor pengacara Bastian. Dinda turun dengan cepat. Langkahnya pasti menuju lantai atas ruangan pengacara itu tanpa menuggu perantara resepsionis.
Dan Dinda disambut tatapan sinis dari beberapa karyawan wanita disana yang melihat dengan kaget seorang wanita biasa masuk kelantai atas.
Dinda berhenti tepat dipintu ruangan Johan, dan disaat yang sama Johan pun keluar dari ruangnya dengan wajah tak bersahabat.
" Kau??"
" Ya saya datang karena ini!!" sahut Dinda kesal seraya memperlihatkan kertas surat kepolisian dihadapan Johan.
Johan hanya tersenyum mengejek.
Dan itu cukup membuat dinda marah.
" Anda pikir ini lucu?? bagaimana anda bisa menuntut saya 2 tahun penjara?? bahkan tak ada luka ditubuh anda pak Johan" ujarnya lantang.
" Simpan marahmu nanti!!" ucapnya menatap tajam wajah Dinda.
" Kau masih ada sim??"
Dinda yang bingung dengan respon Johan hanya mengangguk pelan.
" Bagus!!" jawabnya cepat dan ia meraih sesuatu dari balik saku celananya dan mencampakkannya kepada Dinda dan reflek Dinda menangkapnya.
"???"
" Kalau mau tuntutan itu hilang maka jadilah supir untuk 1 bulan," ucanya cepat..
" Apa??" Dinda kaget tak percaya.
" Apa mau ku lanjutkan tuntutan 2 tahun penjara itu??" ancam Johan lagi.
Dinda mengeram dengan merapatkan rahangnya. Dia hampir dibuat gila dengan permintaan pria sombong ini. Namun ia dengan cepat berpikir, jadi supir 1 bulan?? untuk pria sombong ini??..
" Oke, tapi.."
" Simpan tapimu itu!! aku sedang terburu-buru, dan kau aktif mulai detik ini," sela Johan dengan berlalu menuju lift.
Dinda terpelogo mendengarkan perintah pria angkuh ini yang kini telah berada didalam lift.
" Apa kau masih mau dipenjara??," celetuknya yang menbuat Dinda reflek berlari kecil masuk ke dalam lift dengan Johan.
Hati Dinda kesal sekesal-kesalnya. Namun ia berusaha berpikir logis. Hanya 1 bulan jadi supir tapi itu lebih bagus dari pada tuntutan 2 tahun penjara.
Keduanya pun sampai pada parkiran bawah gedung itu. Dan Johan berhenti di depan mobil sedan mewah dengan plat bernomor tunggal.
" Cepat nyalakan mobil, kita akan ke Sangrila Hotel" perintahnya yang membuat Dinda lagi-lagi reflek jadi ikut patuh pada perintah Johan yang tegas.
" Ikh, mimpi apa sampai bisa-bisanya jadi supir pria sombong ini!!," gumannya berbisik dan kini ia berada di dalam mobil mewah itu. Perlahan mobil sedan mewah itu pun keluar dari dalam area parkiran, berjalan menyusuri jalan ibu kota.
Sesampai di Sangrila Hotel Johan turun dengan segera dan meniggalkan Dinda sendiri dengan mobilnya. Alhasil Dinda harus memarkirkan mobil dibasement hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-27
0
Tiah Sutiah
awas johan nanti kau jatuh cinta
2022-01-09
0
maura shi
cowok yg kesannya cuek itu emg misterius&bikin penasaran
2021-12-08
1