4

Dihari yang sama Dinda terus melanjutkan tujuannya menuju alamat pak Johan yng telah menuntut dirinya tanpa ada pemberitahuan.

Dan hal yang menbuat ia terkaget adalah ia turun tepat di kantor pengacara Bastian. Ia benar-benar terkaget apa ini suatu kebetulan bahwa pak Johan ini bekerja dikantor ini??" pikirnya dalam hatinya.

Dengan langkah pasti ia masuk kedalam kantor itu yang terasa hawa dinginnya. Ia melihat meja resepsionis disana yang tengah melayani seorang pria paruh baya.

Setelah selesai pria paruh baya itu, Dinda memberanikan diri untuk menanya seseorang bernama Johan.

" Permisi mbak"

" Ya mbak, ada yang bisa saya bantu??," sahut mbak Resepsionis ramah.

" Saya mau bertemu dengan pak Johan"

Wanita Resepsionis sedikit terkejut dengan nama bosnya yang ingin wanita bisa ini temui.

" Apa mbak sudah ada janji??," tanya Resepsionis itu kembali.

Dinda reflek menggeleng.

" Ah, maaf mbak kalo tidak ada janji anda tak bisa bertemu dengan pak Johan."

" begitu yaa, " sabut Dinda kecewa. Namun sedetik kemudian ia berubah pikiran.

" Kalo begitu saya mau bertemu dengan pak Bastian!!," ujarnya cepat.

Seketika wanita resepsionis itu tertawa kecil, ia menertawakan Dinda yang menyebutkan nama orang yang sama namun dengan nama marganya. Dan ia berpikir ini cara Dinda untuk mengecoh demi untuk bisa bertemu atasannya.

" Maaf mbak tetap tidak bisa, mbak harus buat janji dulu dengan asistenya".

Dinda pun mengeyitkan dahinya. ' Sesulit itukah jika ingin bertemu pengacara kondang??,' rutunya membatin.

Dengan kecewanya Dinda hanya bisa tersenyum simpul dan berlahan ia meninggalkan meja resepsionis itu.

Namun ia tak sengaja berpas-pasan dengan Dodi asisten Johan yang baru saja keluar dari lift.

" Mbak dinda??" sapanya yang mengejutkan Dinda seketika.

" Maaf siapa yaa??" serunya seraya mengingat wajah pria dihadapannya yang ia rasa tak mengenalnya.

Dodi hanya tersenyum hangat.

" Tidakkah mbak meninggat saya?? saya pelanggan yang merepotkan mbak dengan hanya meninggalkan stelan jas untuk contoh ukuran dibutik setahun lalu," jelasnya mencoba memberi bayangan kepada Dinda.

" Ah, anda yang selalu memesan setelan jas lengkap itu, ya iya saya ingat sekarang, pak Dodi kan??"ujarnya senang karena ia tau betul jas yang dimaksud adalah jas yang ditinggal pak Dodi sebagai contoh ukuran ketika menjahit jas. Dan Dinda tau betul jas itu benar-benar istimewa untuknya hingga ia menyimpannya secara pribadi karena terkagum akan parfum yang menangkan jiwanya.

Dodi hanya mengangguk pelan.

" saya baru saja memesan stelan jas lagi ditempat mbak" jelasnya yang mendapat anggukan senang dari Dinda.

" tapi ada keperluan apa mbak datang kemari??"

Dinda tersadar.

"ah, itu saya mau bertemu pak Johan."

Dan mendapatkan respon terkejut dari Dodi. Namun tiba-tiba Dinda meralatnya.

" Ah, tidak-tidak saya mau bertemu pengacara Bastian, apa pak Dodi tau pengacara Bastian??"

Wajah Dodi terlihat bingung dengan pertanyaan Dinda yang menanyakan atasannya dengan menyebutkan nama berbeda tapi orang yang sama.

" Ya, dia atasan saya"

" Sungguh??," sambut Dinda senang.

" Bisakah saya bertemu dengan pak Bastian, saya ingin memakai jasanya"

Dodi terlihat bingung, atasannya bukanlah yang ramah untuk urusan yang terlihat sepele. Dengan ragunya ia mengangguk pelan.

" Tapi, ada hal apa mbak Dinda ingin bertemu dengan atasan saya??"

" Ah, itu saya, saya menabrak pemotor tempo hari, dan.. sipemotor itu tak ingin berdamai dengan saya" ucapnya

Sesaat Dodi terlihat menahan tawanya. " Ternyata mbak Dinda ini penabrak atasannya?? yang membuat atasannya kehilang klien penting dan memar dibahunya??sungguh dunia itu kecil" pikirnya dalam hati.

" Kenapa?? apa ada hal yang terlihat lucu??" tanya dinda yang sedikit penasaran dengan tawa tertahan Dodi yang mendengar kasusnya.

" Bukan-bukan" ujarnya menyela.

" Tapi apa mbak yakin ingin memakai jasa pengacara Bastian??"

" Kenapa?? apa itu tidak mungkin yaa?? ah.. ya memang pasti ini bukan kasus penting, ini memang hanya kasus remeh temeh yang tak begitu kursial" selanya lesu.

" Tapi karena saya terlanjur kesal dengan pak Johan itu yang sombongnya minta ampun" tukasnya kesal.

Dan lagi, Dodi tertawa kecil mendengar celetuk Dinda yang kesal akan sifat atasannya yang memang ia akui sangat menyebalkan.

" Jadi?? bagaimana apa saya urungkan saja yaa??"

" Ah jangan, biar saya bantu mbak Dinda untuk bertemu dengan atasan saya. Sepertinya dia tidak terlalu sibuk."

Dinda senang karena tertolong dengan Dodi. Lalu Dodi pun melangkah menuju lift dan di ikutin Dinda mengikuti Dodi.

🍃🍃🍃🍃🍃

Dan saat lift itu tiba dilantai yang dituju, Dodi turun diikuti oleh Dinda yang mengekornya dibelakang. Terlihat beberapa rekan kerjanya melihat dengan aneh kearah Dodi yang menbawa wanita biasa.

"siapa??" Karyawan 1 bertanya pada temannya.

"mana ku tau??," sahutnya sinis.

" Aneh?? jarang ada Wanita biasa masuk ke lantai atas ini, " gumam Karyawan 1 heran.

" Kau benar!!!, "balasnya lagi yang tau betul sistem kerja di kantor pengacara Bastian. Johan B. Bastian membuka 3 lantai dikantornya dan ditiap lantai ada bidang pengacara sesuai kasus dan levelnya. Dan jika telah masuk ke level 3, itu artinya kasus Lux bernilai fantastis yang ditangani langsung oleh atasan mereka Bastian..

Tiba-tiba Dodi berhenti di depan pintu ruangan Johan yang terlihat mewah dan elegan. Dan reflek Dinda juga ikut berhenti.

" Mbak Dinda tunggu disini dulu" ujarnya yang kemudian masuk kedalam ruangan yang terlihat hening.

Dinda menunggu dengan gelisah. Dan tak berselang lama Dodi pun keluar. Ia meminta Dinda untuk masuk.

Dinda masuk berlahan dan ia sedikit terpaku ketika melihat ruangan yang maskulin itu begitu kental dengan warna gelap kentara disana. Dan seorang pria yang duduk dikursi kerjanya tengah membaca laporan dihadapan wajahnya seolah menutupi wajahnya. Membuat Dinda mencuri-curi pandang untuk melihat seorang pengacara Bastian.

Tak berselang lama pria itu menurunkan kertas dan ia mencoret seketika kertas itu tanpa melihat ke tamunya. Dan seketika Dinda terperanjah yang mengenali wajah si pria yang ia tabrak tempo hari.

" Kau!!!, " seru Dinda yang jelas hingga Johan melihat pada dirinya.

Johan hanya melihat dengan datar.

Dinda menoleh pada Dodi yang masih berada disampingnya.

" Atasan saya, Pengacara Johan B. Bastian" jelasnya dengan senyum kepada Dinda yang benar-benar terkaget.

Bagai disambar petir, Dinda benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Jadi ia telah menabrak seorang pengacara hebat.

" Akhirnya!! apa kau sudah baca tuntutan ku??, " ucapnya sombong

Dinda hampir dibuat gila mendengar ucapan Johan.

" Maaf sepertinya aku salah datang ke kantor musuh ini!! permisi!!"ucapnya yang seketika keluar dengan meninggalkan Johan yang sedikit kesal.

Dodi terlihat panik ketika Dinda keluar dari ruangan itu dan mengikutinya dari belakang.

" Tunggu!!" ucapnya yang menghalangi langkah Dinda yang terlihat marah.

" Maaf sepertinya tidak ada hal yang ingin saya bahas sekarang!!"

" Maaf mbak Dinda, tapi.."

" Katakan pada atasan anda, saya akan cari pengacara lain untuk melawan pengacara sombong itu!!" ujarnya serius dan berlalu meninggalkan Dodi yang terpaku oleh Dinda.

" Tunggu!! dengar apa mbak gak salah bicara?? mbak bahkan menjahit baju untuk lawan anda sendiri mbak" ucapnya.

" Maksudnya pak Dodi apa??" ujarnya bingung.

" Baju yang saya pesan kepada mbak adalah jas atasan saya Pak Johan"

" APA???" sahut Dinda yang tak percaya.

Jadi selama ini aku mengagumi jas milik pria sombong itu???" gumamnya dalam hati.

Dinda tak berkata, ia pun berlalu meninggalkan asisten Johan begitu saja.

Terpopuler

Comments

Tiah Sutiah

Tiah Sutiah

🤣🤣🤣🤣

2022-01-09

0

Retno Pratiwi

Retno Pratiwi

wkwkwkwkwk dunia tu ternyata sempit

2022-01-07

0

Your Medicine

Your Medicine

kyaaa

2021-12-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!