Besoknya di sekolah, Dicky yang biasanya ke sekolah dengan diantarkan Bisma, kini diantar oleh supir pribadi, namanya Pak Andi, yang mengendarai mobil milik Dicky sendiri. Mobil itu adalah pemberian alm.ayahnya saat Dicky berulang tahun waktu masih duduk di bangku kelas X. Dan Dicky rencananya akan memakai mobil itu saat kuliah nanti. Pak Andi bisa tahu sekolah Dicky dengan menggunakan Google Map.
Sesampainya di sekolah, Dicky segera mencari-cari Reza. Reza ternyata sedang menyapu di kelas bersama dua temannya, Irwan dan Aryo. Ini adalah hari Reza piket. Reza begitu kaget melihat ada Dicky yang berlari panik ke arahnya seperti orang yang panik melihat hantu.
"Loe kenapa sih, Dik? Kayak abis lihat pocong ngesot sama sundel bolong aja!" tanya Reza setelah menjatuhkan sapunya karena kaget.
"Gue mau tahu, kabar Via gimana!", jawab Dicky dengan tak sabar.
"Yaelah! Nanti aja waktu istirahat, deh!"
"Ya udah!"
Setelah berkata singkat begitu, Dicky duduk kecewa di bangkunya. Melihat Dicky beraut wajah cemberut seperti cowok yang ditolak tembakan cintanya, Irwan langsung memberikan buku matematikanya.
"Nih, katanya loe mau lihat jawaban nomor 6!" katanya sambil meletakan buku itu di mejanya Dicky.
Dicky ingat hal itu. Ia pun segera mengambil buku matematika dari dalam tas punggungnya dan segera menyalin soal yang katanya sulit itu.
Selesai menyalin PR, Dicky mengembalikan buku itu pada Irwan. Dan ia melihat ada Via masuk kelas bersama Salsa sambil bercanda tawa. Dicky langsung membuka mulutnya pada Reza yang baru duduk di bangkunya karena sudah selesai piket.
"Eza! Via kelihatannya nggak kenapa-napa, tuh!"
"Maksud kabar Via yang gue bilang itu, bukan Via-nya celaka atau gimana-gimana. Tapi, dia itu jalan sama cowok lain."
"HAH?! YANG BENER LOE?!"
"Itu juga menurut Fifiey. Gue dengarnya dari dia."
"Gue mesti tanya sama dia."
Dengan tegas Dicky bangkit dari bangkunya dan mendekati Fifiey, cewek yang duduk di belakang Salsa. Fifiey sama seperti Meila, bukan korbannya Dicky.
"Fiey! Loe lihat Via jalan sama cowok lain kapan?" tanya Dicky tergesa-gesa.
"Kemarin malam. Gue lihat dia sama cowok lain masuk ke minimarket. Terus keluar sambil bawa belanjaan," jawab Fifiey sambil memainkan ponselnya. "Emang kenapa?"
"Ah, nggak. Nggak apa-apa. Makasih."
"Iya."
Dicky kembali ke bangkunya. Ia pun ditanya oleh Reza.
"Gimana, Dik? Apa cowok itu pacarnya?"
"Mana gue tahu. Nanti gue tanyain ke Via sendiri."
...***...
Waktu istirahat telah tiba. Dan sekarang akan berlanjut ke pelajaran olahraga nanti. Dicky ikut dengan Reza dan teman-temannya yang lain dalam ekskul futsal. Namun, tidak biasanya Dicky tidak mood seperti ini. Biasanya kalau mulai bermain futsal, Dicky selalu bersemangat penuh. Sama seperti Bisma, ia sangat jago bermain futsal. Sehingga ia dijuluki "Si Raja Rimba Futsal". Tapi bedanya, Bisma juga bisa basket, sedangkan Dicky tidak terlalu bisa basket. Setelah mengganti seragamnya dengan baju olahraga, Dicky malah berpisah dengan teman-temannya.
Cowok berbehel itu mengambil satu bola futsal, dan terus memantulkannya ke tanah. Ia memantulkan bola hitam-putih besar itu sambil melihat Via yang tengah asyik mengobrol sambil bercanda tawa dengan teman-teman barunya.
Dicky ingin tahu siapakah cowok yang jalan dengan Via kemarin, seperti yang Reza dan Fifiey katakan barusan. Dengan keberanian yang dimiliki, Dicky mendekati Via.
"Via. Aku mau ngomong sebentar boleh?" tanya Dicky sedikit gugup.
Via mengerutkan kening. Namun, akhirnya ia menjawab dengan mengangguk perlahan.
"Tapi jangan disini! Disana aja, biar nggak ada orang yang dengar."
"Iya, deh."
Via berdiri dari tempat duduknya, dan langsung saja tangannya ditarik Dicky untuk dibawa pergi menjauh dari kawanan teman-temannya.
"Tuh 'Si Pangeran Playboy' mau bawa Via kemana? Buru-buru amat," tanya Verari.
"Nggak tahu tuh. Begitu nongol, ngomong, malah langsung narik Via kayak sapi," jawab Meila.
Di tempat yang sudah jauh, Dicky dan Via mengobrol sejenak berduaan. Tidak jauh, Dicky hanya membawa Via ke kantin. Di kantin hanya ada beberapa senior anak kelas XII dan junior kelas X yang sedang makan.
"Mau makan apa? Aku traktir!" tanya Dicky saat keduanya sudah menemukan kursi untuk tempat duduknya bersama Via.
"Nggak usah. Nanti kamunya kerepotan atau kehabisan uang," tolak Via halus.
"Nggak apa-apa. Mending uangnya kamu tabung. Aku ikhlas. Mau, ya?"
"Ya udah, deh. Aku mau mie goreng aja."
"Oke! Tunggu sebentar, ya!"
Dicky pergi sejenak. Ia memesan makanan untuk Via dan untuknya sendiri.
Ketika Dicky pergi, Via melihat cowok itu sejenak dan bergumam dalam hati, 'Hatinya memang baik. Perhatian penuh juga pada perempuan. Tapi, kenapa semua orang menganggap dia playboy, ya? Apakah dia bermuka dua, atau sekedar gossip?'
Via memang sudah tahu mengenai sifat Dicky. Namun, kelihatannya Via tidak begitu percaya kalau Dicky itu playboy. Buktinya, Dicky sangat perhatian dan mudah berbagi dengan siapa saja. Dia kelihatannya juga baik pada cewek.
Dicky pun datang sambil membawa nampan yang membawa dua mangkok mie goreng dan dua gelas es teh manis. Via kaget melihat apa yang dibawanya. Ia tertawa kecil.
"Kamu tahu darimana aku sukanya es teh manis?" tanyanya di sela-sela tawa kecil manisnya.
"Inisiatif," jawab Dicky pendek sambil tersenyum.
Dicky memberikan semangkok mie goreng dan es teh manis bagian Via dan meletakan, semangkuknya lagi untuk dirinya sendiri di meja bersama segelas es teh manis.
"Aku balikin nampannya dulu, ya! Jangan dulu makan sama diminum es teh-nya!" perintah Dicky cukup tegas.
"Iya, deh," Via menuruti saja perintah Dicky tadi. Ia pun menunggu.
Saat Dicky kembali, Via melihat cowok itu duduk di seberangnya dan ingin menanyakan apa yang ingin Dicky bicarakan dengannya. Sampai-sampai ia dibawa ke kantin. Bahkan bola futsal yang dipakai Dicky tadi juga ikut dibawa ke kantin.
"Ng...Dik! Kamu mau ngomong apa sama aku? Katanya ada yang mau kamu omongin," tanya Via tanpa berlama-lama lagi.
Dicky yang sedang mengunyah mie gorengnya langsung teringat. Ia balik bertanya, "Aku dengar dari Fifiey, kamu jalan sama cowok lain kemarin. Aku mau tahu, siapa cowok itu sebenarnya?"
"Oh...dia kakak aku. Namanya Kak Rafael Tanubrata."
'Rafael Tanubrata? Kayaknya pernah dengar,' gumam Dicky dalam hati.
Dicky terdiam sejenak. Ia pun berhenti mengunyah mie gorengnya. Via yang melihat Dicky langsung membatu, kembali bertanya,
"Emang kenapa?"
Dicky sedikit kaget. Ia hanya tertawa kecil dan menjawab, "Nggak. Aku cuman pernah dengar nama itu."
"Oh ya?! Dimana?"
"Di pabrik tekstil punya keluargaku. Ada yang namanya sama kayak nama kakakmu. Namanya Rafael Landry Tanubrata."
"Kakakku memang kerjanya di pabrik tekstil."
"Wah, nggak disangka kita serumpunan. Kakakku yang jadi atasan disana. Namanya Muhammad Bisma Karisma."
"Aku juga pernah dengar nama itu dari Kak Rafa."
Via memang memanggil Rafael dengan sebutan 'Kak Rafa'. Dicky dan Via semakin akrab. Apalagi Dicky jadi lega mendengar kejujuran Via tentang hal laki-laki yang ternyata seorang bendahara sekaligus sahabat kakaknya di pabrik keluarganya.
Tanpa disadari, ternyata ada Reza, Ilham, Salsa, Verari, dan Meila yang merekam aksi romantis Dicky dan Via itu. 5 remaja itu merasa sangat gemas melihat Dicky yang bisa sangat meleleh dengan Via.
"Ya Allah! Romantis bingits!" seru Salsa terkagum-kagum.
"Iya, Sal! Beda waktu Dicky masih jadian sama kita dulu, ya!" tambah Verari.
"Nggak nyangka. Cowok playboy kayak dia, romantisnya bisa betulin sifat playboy-nya nanti," tambah Meila.
"Bagus, dong! Kak, rekam lagi sampai beres! Mumpung belum masuk," pinta Ilham.
"Pastilah!" balas Reza PD. Ia menambahkan rekaman video Dicky dengan Via di kamera ponselnya.
"Nanti kirimin ke kita bertiga ya, Za!" pinta Salsa.
"Beres!" balas Reza sambil mengacungkan jempolnya.
...^^^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments