Di pabrik, Bisma sedang melihat data-data untuk hasil tekstilnya. Ternyata, banyak klien yang memesan, seperti butik atau toko kain. Bisma pun menghela napas.
"Haduh! Lembur lagi, deh!" serunya mengeluh.
Bisma pun memanggil Rafael. Cowok Garut berwajah China itupun datang. Rafael menanyakan maksud dirinya dipanggil.
"Ini banyak banget yang mesan. Loe sama Rangga kerjain semua data ini! Dan bilang ke Rangga, pengirimannya harus secepatnya, terutama ke Malaysia, udah satu hari lagi harus selesai!"
"Siap, Bis!" balas Rafael sabar.
"Ya udah! Ambil datanya, dan silahkan kerja kembali!"
"Oke, Bis! Permisi!"
Tepat baru saja Rafael pergi dari ruangannya Bisma, Morgan masuk dengan sedikit terburu-buru.
"Kenapa, Gan?" tanya Bisma sedikit heran.
"Bisma!" Morgan malah jadi sedikit panik.
"Kenapa, sih? Ada maling?"
"Bukan."
"Terus kenapa?"
"Loe ikut gue dulu sebentar."
Bisma mengerutkan kening. Namun, ia pun mengikuti apa kata Morgan. Begitu sampai di pintu masuk pabriknya ...
"Bisma sayaaang!!!" seru seorang gadis dengan rok mini, bercelana strit panjang, memakai high heels mewah, dan kalung serta cincin berlian yang mahal. Juga memakai tas mewah dan rambutnya dikuncir ikat ekor kuda. Gadis ini memeluk mesra Bisma.
"Sel...Selvya! Sejak kapan kamu pulang dari Amerika?" Bisma terkejut dengan kedatangannya Selvya.
Selvya ini adalah gadis yang jadi tunangannya Bisma. Ia adalah gadis yang satu kampus dengan Bisma, Rafael, Morgan, dan Rangga. Bisma pacaran dengan Selvya selama seminggu. Hingga akhirnya mereka bertunangan ketika Bisma dan Dicky sudah tidak punya ibu. Sampai tak lama kemudian, Bisma difitnah bahwa cowok Sunda itu selingkuh. Ini dikarenakan Selvya bosan dengan Bisma yang lebih mementingkan kerjanya di pabrik dan teman-teman gengnya dulu, bersama Rafael, Rangga, dan Morgan, dibandingkan dengan Selvya sendiri. Ternyata, itu semua adalah isu adu domba Selvya yang merasa bosan itu. Selvya-lah justru yang selingkuh. Ayahnya Bisma yang malah lebih mempercayai pengaduan Selvya daripada putranya sendiri, akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia. Sejak itulah, kenapa Bisma jadi cowok yang cukup dingin. Dan setelah diketahui Bisma kalau Selvya curang, cewek itu kabur ke Amerika ikut ayahnya.
(Back to story)
"Selvya! Kamu ngapain disini?" tanya Bisma.
"Ketemu kamu, dong! Aku kangen sama kamu! Aku masih cinta sama kamu!" jawab Selvya manja.
"Kamu udah curang sama aku. Ngapain kamu deketin aku lagi. Udah jadi pengkhianat."
"Jangan gitu, dong! Aku 'kan udah inshaf!"
"Bodo amat! Udah, sana pergi! Aku putusin kamunya juga udah dari zaman Fir'aun."
Selvya kesal melihat Bisma acuh dan dingin padanya. Bisma kembali ke ruangan khusus di pabriknya. Dengan kesal, Selvya menjerit gerutu.
"KAMU JAHAT, BISMA! JAHAT!!!"
"Morgan! Tolong usir gadis setan itu! Panas mata gue lihat wajah khianatnya," balas Bisma ikut kesal.
Morgan menurut. Ia mengajak Selvya dengan baik-baik agar segera keluar dari pabriknya.
"Sel! Ayo pergi! Lagian kamunya udah diputusin Bisma," kata Morgan halus.
"Bodo amat! Aku tetap mau ketemu Bisma. Aku nggak mau pergi sebelum ketemu Bisma! Titik!"
"Udah sana, Sel! Ngamuknya di rumah loe aja!" seru Rafael ikut kesal.
"Iya, Sel! Bisa-bisa pabrik ini ancur karena suara amukan loe!" tambah Rangga dengan tawa kecilnya.
"Hei! Loe berdua jangan ikut campur, ya! Udahlah, mending gue pergi sendiri!"
Akhirnya Selvya pergi sendiri. Ia kembali ke mobilnya. Lalu menyuruh supir pribadinya untuk membawanya pulang. Dalam perjalanan, Selvya menghela napas kesal dan bergumam dalam hati.
'Awas ya kamu, Bisma! Kamu akan aku rebut lagi untuk jadi suamiku!'
...***...
Di sekolahnya Dicky. Dicky sedang berjalan untuk menyusul Reza, Ilham, dan Irwan ke kantin. Akan tetapi, ia bertabrakan dengan seseorang. Karena Dicky berjalan sambil memainkan ponselnya setelah menuruni tangga.
"Maaf! Aku nggak lihat-lihat tadi!" seru Dicky meminta maaf.
"Nggak apa-apa. Lain kali kalau jalan, lihat ke jalan. Bukan ke HP, paham?" balas suara cewek yang ditabrak itu.
"Iya. Sekali lagi, sorry ya! Buku-bukunya jadi jatuh semua."
"Iya, nggak apa-apa."
Ketika dilihat oleh Dicky, ternyata orang yang ditabraknya adalah Via.
"Via!", serunya memanggil nama itu.
"Iya, Dik. Ini aku!" balas Via dengan senyuman, sambil mengumpulkan beberapa buku yang berjatuhan di tanah.
"Aku bantu!" kata Dicky sambil merendahkan badannya ke tanah, lalu membantu Via mengambil buku-buku yang berserakan.
"Kamu kok sendiri? Salsa, Verari, sama Meila kemana?" tanya Dicky sambil menyerahkan buku yang ia selamatkan.
"Mereka ke kantin," jawab Via singkat, sambil mengambil sisa buku yang sudah diambil Dicky.
"Kamu nggak kesana?"
"Aku ke perpustakaan dulu tadi, terus ke kelas untuk masukin buku yang ku pinjam ini. Baru aku susul mereka ke kantin."
"Aku juga mau nyusul Reza sama adiknya di kantin. Bareng, yuk!"
"Boleh. Aku simpan buku ini dulu, ya! Kamu tunggu disini!"
"Siap, manis!"
Via hanya tertawa kecil mendengar kata itu. Via pun ke lantai atas lewat tangga menuju kelasnya. Dicky hanya bisa melihat dari bawah.
Tak lama kemudian, Via keluar dari kelas dan turun menemui Dicky. Keduanya pun segera menuju kantin.
Dicky tidak tahu, bahwa ia di mata-matai oleh cewek dari kelas XI IPA bernama Miani. Dia adalah salah satu korbannya Dicky. Tidak seperti Salsa, Verari, atau cewek mantan Dicky lainnya, Miani itu memiliki sifat pendendam. Ia ingin balas dendam pada Dicky. Ia harus mendapatkan Dicky lagi.
'Pertama-tama, gue singkirin dulu cewek itu dari Dicky. Dengan begitu, loe bisa ngerasain gimana rasanya loe sakit hati. Dan gue bisa dapatin loe lagi saat loe sudah mulai sendiri,' gumam Miani dalam hatinya. Kemudian disusul dengan tawa jahatnya.
...***...
Pulang sekolah, Dicky mengucapkan salam ke seluruh pelayan rumah mewahnya. Semua pelayan menjawab. Cowok yang lahir di Bandung seperti kakaknya itu menghela napasnya dan berjalan ke lantai atas rumah sambil menyeret tas punggungnya. Begitu sampai kamar, Dicky memasuki kamarnya dan menutup pintunya dengan halus lalu mengunci dari dalam.
Di dalam kamar, Dicky meletakkan tas punggungnya di meja belajar lalu berganti baju. Kemudian mengerjakan PR untuk besok. Besok ada PR Bahasa Inggris. Jadi Dicky harus ekstrakan tenaga otaknya untuk berpikir cara mengerjakannya agar jawabannya tepat dan benar.
"Huuummm!!! Besok pelajaran Bu Uti, pelajaran Bahasa Inggris. Ekstrakan otak, Dik! Ekstrakan otak!" gumamnya mencoba berpikir keras.
Dicky memilih dulu buku pelajaran yang akan dibawa besok sesuai jadwal. Dan merapikan kembali buku yang tak akan dibawa besok. Setelah memilih buku, barulah ia mengerjakan PR.
Waktu asar sudah tiba dengan terdengarnya adzan berkumandang. Dicky harus segera mengambil air wudhu. Untung di kamarnya ada toilet. Dan karena sedang banyak tugas untuk pelajaran besok, Dicky melaksanakan sholat di kamarnya. Bukan di masjid maupun di musholla rumahnya.
Hingga setelah salam ke kiri, Dicky mendengar pintu kamarnya di ketuk tiga kali. Terdengar juga suara pelayan wanita memanggil namanya.
"Permisi, Tuan Dicky!"
Dicky segera merapikan sejadahnya. Ia juga membuka peci dan sarungnya. Kemudian membuka kunci pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanya Dicky dengan suara sedikit lemas.
"Ada wanita bertamu ke rumah kita. Dia sudah ada di ruang tamu," jawabnya sopan.
"Ya udah. Bilangin, saya segera turun!"
"Baik, Tuan Dicky! Saya permisi dulu!"
"Silahkan!"
Setelah pelayan itu pergi, Dicky bingung mau lakukan apa. Apakah kerjakan PR dulu atau menjamu tamu.
"Lagian, siapa sih yang dimaksud. Paling nggak mungkin Via. Dia 'kan belum tahu rumahku," gumam Dicky.
Sudah penasaran tingkat dewa, akhirnya Dicky memilih bertemu dengan tamu dulu. Alangkah terkejutnya Dicky, ketika sampai di lantai dasar dan saat melihat tamu itu ...
"Kak...Selvya?" Dicky bertanya-tanya.
"Halo, adik ipar ganteng!" seru Selvya, sambil beranjak dari tempat duduknya.
Dicky merasa jijik mendengar kata itu. 'Adik ipar ganteng? Loe udah khianatin kakak gue, masih juga bilang gitu,' keluh Dicky dalam hati dengan kesal.
"Oh ya? Kakak kamu mana?" tanya Selvya dengan senyum manisnya.
"Masih di pabrik," jawab Dicky ketus.
"Yang ada aku di pabrik itu di lempar, diusir. Panggilin, dong! Suruh pulang kesini!"
"Ogah! Panggil aja sendiri!"
Selvya kesal dengan Dicky. Apalagi melihat Dicky yang dengan seenaknya beranjak dari tempat duduknya di sofa ruang tamu dan pergi ke lantai atas, kembali ke kamarnya.
"Hei, tunggu bocah SMA ingusan!" seru Selvya naik darah.
Mendengar kata itu, Dicky jadi kesal. Ia naik darah juga. Cowok itu segera turun dengan berlari dan mendekati Selvya.
Dengan kesal cowok itu berkata, "Mending pergi dari sini buru-buru, Pengkhianat! Atau gue panggil satpam gue untuk nyeret loe keluar dari sini!"
"Lidah loe enak banget bilang gue gitu! Bilang ke kakak loe, gue nggak akan nyerah untuk dapatin dia lagi!, Ngerti?" balas Selvya, kemudian pergi keluar rumah Dicky.
Dicky yang masih naik darah, hanya bisa mengelus dadanya sambil mengucapkan kalimat istighfar dan menggelengkan kepala.
...^^^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments