Bab 2

>Ocha<<

"Kenapa hari ini kok aku sial mulu yaa hemmhhh.. " ucapku dalam hati.

"Mulai dari bangun kesiangan, ada mata kuliah pagi, terlambat masuk kelas dosen killer, dicuekin pacar, eh ditambah permintaan mama yang menggelikan, yang bikin aku pengen ngerobek gaun jelek ini. Aaarrgghh makin kesel kan jadinya, kesel..! Kesel..! Keseeee...l!!!" Aku mengoceh sendiri di depan kaca riasku. Berusaha meluapkan rasa kesalku pada hari sabtu sialan ini.

Berkali-kali aku mengirim pesan melalui fitur wattsapp pada pacarku tapi tak ada balasan sama sekali. Hanya tanda centang satu yang tertera di layar pesanku. Entah kenapa aku merasa akhir-akhir ini Doni (pacarku) mengabaikan pesanku. Kalaupun pesanku dibalas hanya pesan yang amat singkat saja, tak pernah tanya balik. Seperti jalur jalan satu arah yang tak bisa berbalik.

Pesan tak dibalas, boro-boro dibalas, aktifpun gak. Telpon? Apalagi deh, yang ada aku diceramahin terus ama operator "Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Sibuk? Sibuk apaan sih, lama-lama tuh operator jadi berbusa juga ngomong berkali-kali sibuk. Entar malah yang ada si operator bilang "anda keras kepala sekali, silakan banting saja hape anda" aaaaaghh menjengkelkan!

Aku bersungut-sungut kesal.

Ditengah ocehanku yang tiada hentinya merutuki kesialanku hari ini, mama datang mengagetkanku. Persis seperti jelangkung "datang tak diundang pulang tak diantar".

"Astaga ini anak satu, bener-bener ya nguji kesabaran mama! Ditungguin daritadi malah asyik-asyikan bengong depan kaca, kesambet setan apa sih nih anak!" Mama ngomel-ngomel gak karuan dan langsung mendekatiku. Aku hanya diam saja menerima perlakuannya yang kemudian menyisir rambut ikalku yang panjang berwarna hitam legam. Aku pasrah aja, ketika mama mengeksekusi mukaku yang polos ini dengan berbagai polesan make up. Sampai aku sendiri terpesona menatap pantulan wajahku di depan cermin itu, meskipun riasan yang mama pakaikan ke mukaku riasan sederhana dan tidak terlalu menor.

"Nah kan anak mama jadi keliatan cantik dan anggun banget sekarang. Makanya ubah dong penampilanmu jangan pakai kaos, kemeja, jeans terus, kan cantik nih kalo pakai gaun begini". Ucap mama sambil menyentuh daguku. Aku tersipu, tapi segera ku sembunyikan rona malu di wajahku secepat kilat supaya mama tidak merasa menang atas perkataannya.

"Aku kan emang udah cantik dari sononya ma. Jadi diapain aja tetep cantik." Selorohku pada mama yang langsung ditimpali mama dengan sebuah cubitan kecil di pipiku.

"Siapa dulu dong mamanya. Udah ah ayo cepet ke bawah, udah jam berapa ini. Astaga..! Udah jam 7 tuh, kamu sih kebanyakan ngelamun."

Terdengar sayup-sayup suara orang berbincang di ruang tamu. Sepertinya papa sedang menyambut tamu yang datang.

"Tuh kan tamunya udah datang, mama ke depan dulu nemenin papa, kamu siap-siap ya, tuh bibir jangan manyun aja. Senyum..!" ucap mama sambil menggerakkan bibirku agar tersenyum dengan jarinya lantas berlalu pergi keluar kamarku.

.

.

.

Dan disinilah aku duduk di samping mama tertunduk malu tanpa suara. Aku hanya menjadi pendengar setia percakapan orang tuaku dengan calon mertua. Eh calon mertua? Belum tentu juga mereka jadi calon mertuaku. Aku masih berharap perjodohan ini batal.

"Oia jeng, kayanya daritadi saya ga liat anaknya jeng, kemana ya" tanya mama penasaran. Betul juga sih, aku baru sadar daritadi percakapan di dominasi oleh para orang tua, tanpa ada pergerakan suara dari si calon.

"Oh ya maaf ya jeng, anak saya agak terlambat datangnya, lagi ada keperluan dengan temannya sebentar, katanya nanti menyusul kesini, paling bentar lagi juga anak saya datang." ucap ibu-ibu depan mama itu.

Batinku "teman apa teman, jangan-jangan ngapel dulu tuh ke rumah pacarnya sebelum kesini. Huh.. Laki-laki buaya..!"

Selang beberapa menit terdengar suara motor berhenti di depan rumah.

"Nah tuh kayanya anak saya udah datang" ucap ibu-ibu depan mama yang bernama ibu Arni, setelah tau namanya sesaat sebelumnya mengenalkan diri padaku tadi.

Entah kenapa aku jadi grogi, degup jantungku berkejaran ga karuan, memompa adrenalinku naik sehingga menghasilkan keringat kecil-kecil yang hadir ditelapak tanganku.

"Assalamualaikum.. " terdengar suara barito dari depan pintu ruang tamu.

"Wa'alaikum salam" serentak jawaban kami yang ada di ruang tamu.

Terpopuler

Comments

¥¥ Devdan ¥¥

¥¥ Devdan ¥¥

Mampir lagi

2020-06-03

0

LHR {Lee Hara Rahmadani}

LHR {Lee Hara Rahmadani}

sudah mampir

2020-05-31

0

.

.

semangat Pak Rete, nexttt yaaaa ...👍🏻👍🏻👍🏻😊😊😊😁😁😁

2020-05-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!