Satria Nikolai Mahardika

*

*

Seorang pria tinggi 180cm berbadan tegap dengan penampilan ber jas rapi berdiri di dekat jendela kamar hotelnya. Pandangannya menerawang jauh ke depan. Menatap gedung-gedung yang terlihat kecil dibawah sana.

Sorot mata dengan iris hitam tajam bagai elang mengintai mangsa, dengan alis tebal yang mempertegas tatapannya. Hidungnya yang mancung menambah kesan eksotis dari darah campuran orangtuanya, Jawa-Rusia. Rambut agak cepak seperti prajurit militer yang sedang bertugas di kesatuan.

Di hotel bintang lima lantai 11 kamar nomor 11 menjadi tempat tinggalnya setiap kali berkunjung ke Bandung dalam kegiatan bisnisnya. Dialah Satria Nikolai Mahardika. Pengusaha blasteran Jawa-Rusia yang terkenal di kalangan pebisnis multinasional yang usahanya bergerak di segala bidang. Mencengkeram hampir sebagian besar perusahaan di Indonesia dalam kerajaan bisnisnya.

Pria yang telah genap berusia 40 tahun namun masih tampak gagah di usia matangnya.

Satria menggenggam ponsel pintar mahal di tangannya, melakukan panggilan telfon setiap sepuluh menit sekali. Ke nomor seorang perempuan yang telah dia ikat dalam kontrak beberapa Minggu yang lalu.

Satria kembali menempelkan ponsel di telinganya setelah sepuluh menit kemudian.

"Kamu sudah sampai mana?" tanyanya.

"Jalan Merdeka, pih. Sebentar lagi sampai." jawab perempuan di seberang sana.

"Oke. Nanti ada supir yang nunggu kamu di bawah. Ingat, jangan tanya ke sembarang orang, nanti supir saya yang mendatangi kamu. Kamu nggak usah capek-capek tanya ke lobby." katanya, mengulang perkataannya sepuluh menit yang lalu.

"Iya, pih." jawab dari sebrang lagi. Kemudian telfon ditutup.

Sejenak menatap foto seorang perempuan di layar ponselnya, "Maaf aku terlambat menemukanmu, Fia." gumamnya, dengan helaan napas yang dalam.

Satria bergegas keluar dari suitroom hotelnya menuju meeting room untuk melakukan pertemuan dengan beberapa perwakilan perusahaan bawahannya. Hari ini banyak dokumen yang harus dia tanda tangani untuk persetujuan tender beberapa proyek perkotaan. Yang akan bisa berjalan mulus hanya dengan tanda tangan khusus darinya.

Ya, Satria merupakan orang penting dalam setiap proyek pembangunan yang akan dilaksanakan hampir di seluruh negeri. Dia adalah ujung tombak penentu kemajuan baik pembangunan maupun ekonomi dalam negeri.

*

*

Sofia telah sampai di pintu masuk hotel ketika seorang pria paruh baya memanggil dan menghampirinya.

"Bu Sofia?" sapanya, sopan.

"Iya. Pak Amir?" jawab Sofia, tak kalah sopan.

"Iya, Bu. Mari saya antar, Bapak sudah menunggu." katanya lagi sambil menundukkan pandangannya, ingat pesan bos nya untuk tidak berlama-lama menatap perempuan yang tengah dijemputnya.

Sofia mengernyit, heran dengan sikap sopir di depannya.

Pak Amir segera mundur dua langkah ke samping, mempersilahkan Sofia berjalan di depan.

"Saya nggak tahu tempatnya, pak."

"Oh, ... baik Bu, mari ikuti saya." katanya, masih menunduk.

Sofia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan sopir tersebut. Namun pak Amir tampak risih. Berkali-kali pria paruh baya tersebut berhenti untuk membiarkan Sofia berjalan di depan, namun perempuan itu tak mengerti.

"Maaf, Bu. Ibu bisa jalan di depan kalau ibu mau." katanya, segan.

"Lho, emangnya kenapa kalau kita jalannya bareng begini pak?" Sofia terheran-heran.

"Maaf Bu, saya nggak berani." jawabnya.

"Lah, cuma jalan lho kita ini?!" Sofia dengan alis hampir bertautan.

"Saya takut dipecat bapak, Bu." jawab pria paruh baya itu, masih dengan kepala menunduk.

"Masa cuma jalan barengan begini bapak langsung pecat pak Amir?" Sofia tergelak mendengar jawaban sopir tersebut.

"Maaf Bu, sebaiknya ibu jaga jarak, takut katahuan bapak." katanya lagi, tanpa banyak bicara lagi, pria itu kemudian berbalik dan berjalan jauh didepan Sofia.

Sofia masih mengerutkan dahinya, Aturan yang aneh, Batinnya. Namun tak urung juga dia mengikuti pria tersebut dengan langkah tergesa.

Mereka telah sampai di depan pintu ruang meeting. Pak Amir segera membukakan pintu, mempersilahkan Sofia masuk.

Tanpa banyak bicara, perempuan itu memasuki ruangan meeting yang di dalamnya telah ada beberapa orang yang sedang melakukan pertemuan.

Sofia merasa canggung, hampir semua orang menoleh kearahnya. Beberapa orang yang dia lewati bahkan menganggukkan kepalanya dengan sopan yang kemudian dibalas anggukan pula oleh Sofia.

Seorang pria muda berjalan menghampiri setelah sebelumnya membisikkan sesuatu kepada Satria.

"Mari Bu, ikuti saya." katanya, merentangkan tangan kanannya mempersilahkan.

Mereka sampai di sofa tempat Satria duduk dengan serius membaca dokumen ditangannya.

"Silahkan Bu." pria tersebut menunjuk sisi sofa disamping Satria. Perempuan cantik itu segera menurut tanpa banyak bicara seperti perintah Satria sesaat sebelum dia sampai si lobby hotel tadi.

"Jangan banyak bicara, jangan banyak bertanya, jangan main ponsel, duduklah dengan tenang di samping saya." begitu katanya.

Sofia duduk memperhatikan gerak gerik pria di sisinya yang serius tak terganggu dengan kehadirannya.

Seorang perempuan dengan penampilan formal berdiri di depan meja Satria.

BRAKK!!

Sebuah dokumen yang tadi dipegang Satria melayang di udara, membuat semua orang terhenyak.

"Kamu lulusan mana?" suara Satria menggema di langit-langut ruangan.

"Sa-saya, ..."

"Saya tanya kamu lulusan mana?" Satria mengulangi pertanyaannya.

"Universitas XX, pak." jawabnya, tergagap.

"S2, tapi membuat proposal semacam ini saja kamu tidak becus!!" teriakan Satria kembali menggema. Tubuh perempuan itu bergetar.

"Maaf pak. Beri saya waktu, saya akan memperbaikinya sekarang juga." pinta perempuan itu.

"Beri kamu waktu? kamu pikir kamu siapa sampai saya harus memberi kamu waktu lagi?" Satria dengan sorot matanya yang menghujam.

"Saya mohon pak." perempuan itu mengiba.

Satria terdiam sebentar. "Satu jam." katanya kemudian. Lalu perempuan itu segera mundur dan masuk ke barisan di belakangnya. Sofia menangkap denga ekor matanya, ketika perempuan tersebut meradang kepada seseorang di belakang, mungkin bawahannya.

Tak berapa lama majulah seorang pria paruh baya dari samping, yang dengan tak kalah gugupnya menyerahkan map berwarna biru kepada Satria.

SREEETT!!

Tanpa basa-basi pria tegap itu langsung merobek dokumen di meja.

"Berapa lama kamu bekerja dengan saya? Apa kamu tidak tahu kalau menyerahkan map dari samping itu tidak sopan?" Satria kembali berteriak, membuat semua orang di ruangan itu kembali terhenyak, tak terkecuali Sofia.

"Ma-maaf, pak. Saya ..."

Satria melemparkan dokumen yang telah disobeknya tersebut ke lantai.

"Kenapa hari ini saya dikelilingi orang-orang bodoh macam kalian?" teriakan nya menggema lagi di langit-lagit ruangan.

"Kalian tahu, berapa miliar uang yang terbuang sia-sia karena kebodohan kalian?" semua orang tampak menahan napas.

Satria mengibaskan tangannya menyuruh pria itu pergi dari hadapannya. Menghela napasnya dalam, memijit kening nya, kemudian mengalihkan pandangannya kesamping, tepat dimana Sofia duduk dengan tenang. Pandangan mereka beradu.

Nyesss!!!

Seperti api yang tersiram air dingin, amarah dibenak Satria padam begitu saja.

"Kamu sana duluan naik, tunggu saya diatas." katanya tiba-tiba dengan suara lembut.

"Lantai 11 kamar nomer 11. Tidak perlu diantar pak Amir." lanjut Satria, setengah berbisik.

Sofia mengangguk, kemudian bangkit. Beberapa orang yang duduk di dekatnya ikut bangkit, kemudian menganggukkan kepala lagi, membuat Sofia kembali merasa canggung.

*

*

Perempuan itu berjalan menuju lift. Beberapa petugas hotel yang berpapasan dengannya juga menganggukkan kepala. Termasuk resepsionis yang dia lewati.

Sofia berdiri di depan lift, namun perempuan itu tak dapat segera naik kelantai atas, lift sepertinya berjalan lambat karena banyak pengunjung hotel yang naik turun. Karena memang dia berada di jam sibuk hotel tersebut.

Lima menit berdiri didepan lift, ponsel pun berdering.

"Kamu sudah sampai?" orang diseberang tanpa basa-basi.

"Belum, pih." jawab Sofia.

"Lho, kenapa?"

"Liftnya nggak berhenti, kayaknya penuh terus dari tadi." keluhnya, manja.

"Ck!! Tunggu sebentar." kemudian telfon ditutup.

Dua menit kemudian datang pak Amir, sang supir yang berlari ke arahnya. Setelah sampai di depan lift, sopir tersebut segera menelfon seseorang.

Tak lama setelah itu, pintu lift terbuka dengan keadaan yang kosong melompong. Sofia melongo.

"Tadi penuh terus pak Amir!!" katanya, geram.

Pria itu hanya tersenyum kemudian mempersilahkan Sofia untuk segera masuk kedalam lift.

Sofia berdiri di bagian belakang sementara pak Amir tepat di depan pintu lift.

"Pak Amir?" Sofia mulai pembicaraan.

"Iya Bu?" menjawab tanpa menoleh.

"Boleh tanya?" Sofia lagi.

"Silahkan Bu. Tanya apa."

"Udah lama ikut Bapak?"

"Lumayan Bu." jawabnya, pendek.

Sofia mengangguk-angguk.

"Bapak kerjaannya apa sih?" coba menyelidik.

"Bisnis, Bu." jawab pria itu, singkat.

Suasana kembali hening.

"Pak Amir,"

"Iya Bu?"

"Ish, ... jangan panggil ibu lah. Saya lebih muda dari pak Amir. Panggil nama aja." protes Sofia.

"Maaf Bu. Saya nggak berani." jawab pria itu, menundukkan kepalanya agar tak menatap pantulan Sofia di dinding lift.

"Saya nggak biasa dipanggil ibu, pak." Sofia protes lagi.

"Kalau begitu saya yang bingung Bu."

"Bingung kenapa?"

"Bapak nyuruh saya manggil ibu dengan sebutan itu. Tapi ibunya nggak mau." dia menjelaskan.

"Atau panggil yang lain aja. Asal jangan ibu." pinta Sofia.

"Apa dong ya?" pak Amir menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Nyonya?" katanya lagi.

"Ish ... apalagi itu, ogah saya!!" Sofia mencebik.

"Neng aja kalau gitu?" pak Amir kembali bicara.

Sofia berfikir sebentar. "Okelah.. itu agak mendingan daripada ibu atau nyonya." perempuan itu tergelak hingga kepalanya tertarik kebelakang.

Pak Amir tersenyum, sekilas dia memperhatikan perempuan dibelakangnya dari pantulan dinding bening lift.

"Pantes si bos keukeuh milih neng Sofi. Orangnya menyenangkan." katanya dalam hati.

"Eee ... tapi kalau di depan bapak saya tetep manggil ibu, ya."

"Kenapa?"

"Bapak pasti nggak suka kalau dengar saya manggil neng. Kedengaran nya lebih akrab gitu. Dan bapak nggak suka orang dekatnya akrab dengan pegawai." jelasnya.

"Oh iya?"

"iya Bu, eh neng." menundukkan kepalanya lagi.

"Ya udah. Terserah." kemudian diam lagi.

"Pak Amir?" Sofia tak tahan diam sebentar saja.

"Iya neng?"

"Bapak namanya siapa ya?" tiba-tiba jiwa keponya meronta.

"Hah? memangnya Bapak nggak bilang?" pria itu mendongak. Sofia menggelengkan kepalanya pelan.

"Wah, .. kalau bapak aja nggak bilang, apalagi saya. Nggak berani, neng." jawabnya sambil bergidik seakan itu adalah hal paling menakutkan dimuka bumi. Sofia mencebik kesal.

Ting!!

Lift berhenti di angka 11, pintu pun terbuka.. Pak Amir menggeser tubuhnya ke samping hingga menciptakan jalan bagi Sofia untuk keluar.

"Silahkan Bu, eh Neng." tangan sebelah kanannya direntangkan ke depan.

"Bapak nggak nganter saya sampai depan kamar, nih?" Sofia diam sebentar.

"Nggak berani Neng. Bapak nyuruhnya cuma nganter sampai lift aja." jawabnya, tetap menunduk.

"Ya udah kalau gitu." Sofia segera melangkahkan kaki keluar dari lift. Berjalan di koridor melewati pintu demi pintu yang tertera jelas nomor si bagian atas nya.

"9, 10, 11 ..." katanya. Perempuan itu tertegun. "Gimana ini masuknya?" dia lupa bertanya kepada sopir itu bagaimana cara memasuki kamar tersebut.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi.

"Sudah sampai?" Satria dari sebrang sana.

"Udah pih."

"Yasudah, ...

"Tapi itu, anu, eee..." Sofia bingung.

"Kenapa?"

"Ee... Fia lupa tanya pak Amir, gimana cara masuk ke kamarnya." dia terbata, perasaan takut dibentak seperti orang di bawah tadi tiba-tiba hadir di dadanya.

Namun yang dia dengar di ujung sana malah tawa keras yang terbahak-bahak. "Dasar bodoh!! Kamu masa tidak mengerti cara masuk ke kamar itu?" Satria sepertinya hampir berteriak.

"Sumpah, ..."

Kekehan masih terdengar dari seberang sana. "Tunggu sebentar." kemudian telfon ditutup.

Sofia menunggu hampir tiga menit berdiri di depan pintu kamar nomor 11 itu, hingga akhirnya ada roomboy yang datang mbawa keycard dan langsung menunjukkan cara menggunakannya agar pintu terbuka.

"Terimakasih," ucap perempuan itu setelah pintu kamar terbuka, dijawab anggukan dari roomboy tersebut. Sofia kemudian masuk kedalam ruangan mewah yang sudah pernah dia masuki beberapa Minggu yang lalu.

Suasana nya masih sama. Kamar bernuansa putih dipadukan dengan warna coklat keemasan dari tirai dan bedcovernya.

Sofia melepaskan sepatu high heels nya dan berjalan menuju tempat tidur, merebahkan tubuh lelahnya di ranjang besar tersebut.

Sekitar tiga puluh menit sepertinya dia tertidur. Rasanya nyaman, namun kemudian dia teringat sang papi yang mungkin akan segera datang menemuinya di kamar itu.

Sofia bangkit, memutuskan untuk membersihkan diri. Dia tak mau kesan pertama keintiman dengan papi barunya tercoreng karena bau keringat selepas bekerja seharian tadi.

Setelah lima belas menit di kamar mandi, perempuan itu keluar hanya meggunakan bathrobe dan rambut basahnya yang digulung handuk kecil. Tubuhnya kini lebih segar.

Dan betapa terkejutnya Sofia ketika mendapati pria gagah itu ternyata sudah berada di dalam kamar, duduk di tepi ranjang besarnya.

Satria menoleh, kemudian tersenyum. Lalu bangkit, berjalan pelan menghampiri Sofia yang berdiri mematung.

"Sudah beres, pih?" Sofia berbasa-basi. Entah kenapa jantungnya terasa berdenyut kencang.

Satria mengangguk, masih dengan senyuman di bibirnya.

Grep!!

Tangan besarnya mencengkeram pergelangan tangan Sofia. Menariknya hingga perempuan itu terhuyung kearahnya. Kemudian mengunci tubuh ramping Sofia dalam pelukannya.

Hening.

Hanya debaran dada dari keduanya yang terdengar begitu nyaring.

"Papih?" Sofia mencoba mencairkan suasana.

"Sssttt.. Diamlah, saya mau begini dulu." Satria berbisik. Kemudian menarik napas dalam-dalam. Menghirup aroma segar dari tubuh Sofia dengan seksama. Seperti paru-paru yang barusaja menemukan oksigen untuk dihirup.

Tubuh Sofia tiba-tiba kaku. Mengapa ini rasanya berbeda? Bukankah ini bukan yang pertama baginya? Melayani pria seperti orang yang tengah memeluknya ini? Tapi mengapa ada hal lain dalam hatinya yang tiba-tiba dia rasakan?

Seperti, ... hangat dan menyenangkan ...

*

*

*

Bersambung ...

Like

koment

vote

I love you full 😘

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

curiga pasti ada sesuatu di masal lalu nih yg berhubungan dgn sofia. atau jgn" sofia mirip Alm istri. heheh

2025-01-13

0

gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕

gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕

lah, ini mah bukan Sofia yg bodoh.. tapi emang gak dikasih keycard malah langsung disuruh ke lantai 11. lagian emang bener yg diajtakn Sofia bagaimana cara masuk kamarnya kalo keycardnya aja baru dikasih. mungkin maksud othornya kalo Sofia dah bawa kartunya trus gak tau cara makenya baru deh dibaling Bodoh atau Kampungan.

2024-01-08

1

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Satria siapa dan apanya Sofia🤔

2023-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kontrak
3 Perkenalan
4 Sofia Anna
5 Satria Nikolai Mahardika
6 Berbeda
7 Gadis Baik
8 Pertemuan Dan Perpisahan
9 First
10 Touch
11 Hadiah
12 Hadiah#2
13 Belahan Jiwa
14 Lara
15 Bertemu Dygta
16 Bertemu Dygta#2
17 Rindu
18 Feel
19 Aku Ingin Memilikimu Sendiri!!
20 Sebuah Nama
21 Kak Niko??
22 Please
23 Amarah
24 Amarah#2
25 Bercerita
26 Bersamamu
27 Rencana Lara
28 Pertama Kali?
29 Seperti Di Surga
30 Peresmian
31 Cemburu
32 Aku Ingin Secepatnya!!
33 Kamu Milikku
34 Sayang!!
35 Hadiah Pernikahan
36 Tidak Mungkin!!
37 Amarah Satria
38 I Need You!!
39 Aku Suamimu!!
40 Kamu Terlambat
41 Minta Maaflah Dengan Benar!!
42 Permohonan Lara
43 Sebuah Permintaan
44 Shower
45 Obrolan Suami Istri
46 Suamiku!!
47 Aku Mau Punya Anak!!
48 Panggil Aku Seperti Kemarin!
49 Jangan Merindukan Aku
50 Menunggu
51 Egois
52 Permintaan Lara
53 Bertemu Lara
54 Berbicara
55 Promise
56 Bersabar
57 Membujuk Dygta
58 Kita
59 Petualangan Dygta
60 Selama Apa?
61 Ayah
62 Taking Over
63 Papa Bear!!
64 Percakapan Ayah Dan Anak
65 Bertemu Ayah
66 Hurt
67 Arini?
68 Flash Back
69 I'm Sorry
70 Appologize
71 Arfan
72 Gara-gara Arfan
73 Dasar!!
74 Lupa
75 Hadiah ( Lagi? )
76 Asisten!!
77 Undangan
78 Pesta
79 Mistakes
80 Truth
81 Truth#2
82 Pergi
83 Rumah
84 Mencari
85 Ditemukan!!
86 Aku Datang!!
87 Kita Pulang?
88 Berpisah
89 Something
90 Yang Sebenarnya
91 What If ...
92 Pembuktian
93 Sebuah Bukti
94 Biarkan
95 Clarra
96 Papi!!
97 Teman
98 Drunk
99 Caught
100 Move, Darling!!
101 Ikatan
102 Lessons
103 Pillowtalk
104 Kenangan Yang Hilang
105 Insecure
106 Gara-gara Mitha
107 Hanya Rindu
108 Adik Untuk Dygta
109 Sesuatu Yang Lain
110 Bersama Arfan
111 You Are So Beautiful
112 Menjelaskan
113 Feeling
114 You Belong With Me
115 Hal Yang Aneh
116 Ngidam?
117 Something Sweet ( Ending )
118 Ekstra Part#1
119 Ekstra part #2
120 Ekstra Part #3
121 Ekstra Part #4
122 Ekstra Part #5
123 Ekstra Part #6
124 Ekstra Part #7
125 Ekstra Part #8
126 Ekstra Part #9
127 Ekstra Part #10 ( Ending )
128 Pengumuman Rilis Season 2
129 PENGUMUMAN RILIS VERSI CETAK
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Awal
2
Kontrak
3
Perkenalan
4
Sofia Anna
5
Satria Nikolai Mahardika
6
Berbeda
7
Gadis Baik
8
Pertemuan Dan Perpisahan
9
First
10
Touch
11
Hadiah
12
Hadiah#2
13
Belahan Jiwa
14
Lara
15
Bertemu Dygta
16
Bertemu Dygta#2
17
Rindu
18
Feel
19
Aku Ingin Memilikimu Sendiri!!
20
Sebuah Nama
21
Kak Niko??
22
Please
23
Amarah
24
Amarah#2
25
Bercerita
26
Bersamamu
27
Rencana Lara
28
Pertama Kali?
29
Seperti Di Surga
30
Peresmian
31
Cemburu
32
Aku Ingin Secepatnya!!
33
Kamu Milikku
34
Sayang!!
35
Hadiah Pernikahan
36
Tidak Mungkin!!
37
Amarah Satria
38
I Need You!!
39
Aku Suamimu!!
40
Kamu Terlambat
41
Minta Maaflah Dengan Benar!!
42
Permohonan Lara
43
Sebuah Permintaan
44
Shower
45
Obrolan Suami Istri
46
Suamiku!!
47
Aku Mau Punya Anak!!
48
Panggil Aku Seperti Kemarin!
49
Jangan Merindukan Aku
50
Menunggu
51
Egois
52
Permintaan Lara
53
Bertemu Lara
54
Berbicara
55
Promise
56
Bersabar
57
Membujuk Dygta
58
Kita
59
Petualangan Dygta
60
Selama Apa?
61
Ayah
62
Taking Over
63
Papa Bear!!
64
Percakapan Ayah Dan Anak
65
Bertemu Ayah
66
Hurt
67
Arini?
68
Flash Back
69
I'm Sorry
70
Appologize
71
Arfan
72
Gara-gara Arfan
73
Dasar!!
74
Lupa
75
Hadiah ( Lagi? )
76
Asisten!!
77
Undangan
78
Pesta
79
Mistakes
80
Truth
81
Truth#2
82
Pergi
83
Rumah
84
Mencari
85
Ditemukan!!
86
Aku Datang!!
87
Kita Pulang?
88
Berpisah
89
Something
90
Yang Sebenarnya
91
What If ...
92
Pembuktian
93
Sebuah Bukti
94
Biarkan
95
Clarra
96
Papi!!
97
Teman
98
Drunk
99
Caught
100
Move, Darling!!
101
Ikatan
102
Lessons
103
Pillowtalk
104
Kenangan Yang Hilang
105
Insecure
106
Gara-gara Mitha
107
Hanya Rindu
108
Adik Untuk Dygta
109
Sesuatu Yang Lain
110
Bersama Arfan
111
You Are So Beautiful
112
Menjelaskan
113
Feeling
114
You Belong With Me
115
Hal Yang Aneh
116
Ngidam?
117
Something Sweet ( Ending )
118
Ekstra Part#1
119
Ekstra part #2
120
Ekstra Part #3
121
Ekstra Part #4
122
Ekstra Part #5
123
Ekstra Part #6
124
Ekstra Part #7
125
Ekstra Part #8
126
Ekstra Part #9
127
Ekstra Part #10 ( Ending )
128
Pengumuman Rilis Season 2
129
PENGUMUMAN RILIS VERSI CETAK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!