*
*
Sofia menatap kagum sekeliling suit room hotel bintang lima yang dia masuki. Betapa menakjubkannya kemewahan yang tersaji di depan matanya. Sungguh diluar bayangannya selama ini. Mimpi pun dia tak berani.
Kamar hotel luas dengan gaya mewah, perabotan mahal dan antik di setiap sudut ruangan. Oh iya, jangan lupakan pula ranjang besar di sudut ruangan, membuatnya tak terlihat sebagai kamar hotel. Namun sebuah istana megah.
Dua tahun ini dirinya memang sering keluar masuk hotel bersama para pelanggannya, tapi belum pernah merasakan fasilitas semewah seperti sekarang ini. Bahkan melihatpun tidak pernah. Hanya hotel standar yang biasa dia dan tamunya datangi dalam setiap transaksi.
Tiba-tiba Sofia merasa dirinya kini bagaikan seorang putri. Senyumnya tersungging, kedua pipinya merah merona.
"Kamu mikirin apa?" pria di hadapannya yang dari tadi memperhatikan gerak gerik canggung Sofia.
"E, Ng .... nggak." tersenyum canggung, "M ... ini baru pertama kali Fia masuk suit room seperti ini, pih." jawabnya, agak gugup.
Pria itu terkekeh, "Mulai sekarang, kamu harus membiasakan diri. Saya akan sering-sering bawa kamu ke tempat seperti ini." dia mendekat. Meraih dagu Sofia, menatap mata bening perempuan itu lama.
"Kamu harus banyak belajar, agar mampu mendampingi saya kapanpun saya butuhkan." katanya lagi. Ketegasan dan dominasi jelas terpancar dari aura wajahnya.
Wajah yang tampan walaupun diusia yang tak lagi muda. Rahangnya yang kokoh, matanya yang tajam bak elang yang sedang mengintai mangsa. Alisnya yang tebal menambah kesan garang. Serta tubuhnya yang tinggi tegap bagai ksatria yang siap bertempur di medan perang.
Sofia mengangguk.
Sebenarnya kamu ini siapa, tuan? Batin Sofia.
Pria itu menarik tangan Sofia dengan lembut, membimbingnya ke tempat tidur besar di sudut ruangan.
"Istirahatlah, kamu pasti capek habis kerja. Saya mau mandi. Nanti kita ngobrol." katanya, seraya meninggalkan perempuan cantik itu yang masih terkagum-kagum dengan ruangan yang mereka tempati.
Sepuluh menit kemudian pria itu keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar. Menggunakan bathrobe berwarna putih, sangat pas membalut tubuh tingginya yang sempurna. Rambutnya yang agak cepak terlihat masih basah menguarkan aroma segar dari shampo yang digunakannya.
Sofia terkesiap, menatap penampakan menawan didepan matanya. Jantungnya berdebar dengan tidak tahu malunya. Membuat perempuan 28 tahun itu reflek menyentuh dadanya sendiri.
Kenapa jantungku berdebar seperti ini? ah ...Sial!!
Pria itu berjalan mendekat ke tempat tidur dimana Sofia berada, mengulas senyum lembut pada bibir nya yang agak kemerahan.
Sofia merasakan jantungnya berpacu semakin cepat.
Apa dia mau melakukannya sekarang? Aaa ... bagaimana ini, aku belum persiapan. Aku bahkan belum mandi. Aku kan baru pulang kerja?!. Bagaimana kalau aku bau?! Nanti dia tidak puas dengan pelayanan ku?! Batin Sofia.
Dirinya tak pernah merasa segugup ini menghadapi tamu yang menggunakan jasanya sebagai pemuas hasrat, kecuali saat dia pertama kali melakukannya di awal karirnya dalam bisnis sampingan ini.
Telah banyak macam pria yang tidur dengannya. Berbagai macam karakter dan profesi. Dari mulai yang lembut hingga yang suka berlaku kasar, yang berprofesi sebagai pengusaha, manager, bahkan dokter sekalipun tak luput dari jangkauannya.
Bahkan diantara mereka ada yang sampai mengikat kontrak dengannya untuk waktu yang cukup lama.
Pria itu meraih telpon yang terletak diatas nakas disamping ranjang, melakukan panggilan kepada staf hotel.
"Kamu suka makan apa, Sofia?" tanyanya, menjeda percakapan di telfon.
"Ng ... apa aja. Samain aja sama papi." jawab Sofia, masih canggung karena baru kali ini dia dipesankan makanan dihotel bintang lima. Karena biasanya dirinya datang ke hotel hanya untuk bertransaksi tanpa banyak basa-basi. Setelah pelanggannya terpuaskan, Sofia akan langsung keluar dari hotel tersebut membawa lembaran uang merah di tasnya.
Pria itu tersenyum kemudian berbicara lagi di telfon, memesankan makanan. Lalu menutupnya setelah selesai.
Dia kemudian duduk di sisi ranjang sejajar dengan Sofia, menatap perempuan itu, lalu tersenyum. Membuat Sofia semakin gugup.
"Santai Sofia, saya nggak akan langsung melakukannya hari ini. Saya hanya ingin mengobrol dengan kamu." seperti mampu membaca pikiran perempuan disampingnya.
"Panggil Fia aja, pih. Biar lebih akrab." Sofia tersenyum, mencoba mengurai kegugupan dalam dirinya.
"Oke, Fia." kemudian terkekeh, yang entah kenapa suara kekehanya terdengar menyenangkan di telinga Sofia.
"Mana kertas kontrak punya kamu?" tiba-tiba bertanya, "Sudah kamu tandatangani kan?" katanya lagi, meraih map coklat dari tangan Sofia. Membukanya, kemudian melihat isi dan bacaan di kertas file itu, dan tampak merasa puas dengan yang dilihatnya. Tanda tangan Sofia diatas materai.
Perempuan itu mengangguk. "Udah, pih." jawabnya, pelan.
Pria itu tersenyum, mengembalikan map itu kepada pemiliknya. "Saya simpan, ya." katanya lagi yang diikuti anggukkan dari Sofia.
"Sekarang, katakan, status kamu apa?" pria itu memulai pembicaraan.
"Status?" tubuh Sofia menegang.
"Iya. Status kamu. Menikah, atau janda?" tanya pria itu lagi.
"Ooh ... Fia janda, Pih." jawab Sofia, enteng. Karena dirinya memang tidak pernah menutupi jati dirinya kepada siapapun termasuk kepada pelanggan jasanya ketika mereka bertanya.
"Punya anak?" tanya pria itu lagi.
Sofia mengangguk. "Punya satu." jawab Sofia lagi.
"Laki-laki atau perempuan?" pria itu kembali bertanya.
"Perempuan, umurnya 8 tahun, Pih." Sofia menerangkan.
Pria itu mengangguk-angguk. "Kamu, kenapa bercerai?" masih penasaran.
Sofia terdiam sejenak. "Apa Fia harus jawab?"
Pria itu tersenyum. "Iya. Saya ingin tahu latar belakang kamu."
"Fia pikir yang ditulis di kontrak itu bener." jawabnya dengan polosnya.
"Hah? yang mana?"
"Yang bagian tidak boleh mencampuri urusan pribadi. Apa itu nggak berlaku buat Fia? Lagian katanya papi udah tau soal Fia." jawabnya lagi, panjang lebar.
Pria itu terkekeh. "Saya cuma ingin ngobrol, tentu saja saya tahu kamu janda dengan satu anak perempuan berusia 8 tahun yang masih hidup dengan orang tua." tukas pria itu lagi.
Kini Sofia yang terkekeh.
"Saya di Bandung ada proyek, mungkin dua minggu sekali datang kesini. Nanti saya pasti akan sangat membutuhkan kamu." dia mulai lagi bicara. Sementara Sofia mengangguk pelan.
"Kamu harus siap kalau saya panggil sewaktu-waktu. Mengerti?!" katanya lagi.
"Mengerti, pih." jawab Sofia. Tentu saja dirinya mengerti, selama ada uang yang mengalir ke kantungnya, dia akan selalu mengerti.
"Bagus, nanti juga saya akan kasih tahu kamu apa saja yang saya suka dan tidak suka agar kamu bisa menyesuaikan dengan diri saya." merebahkan tubuhnya hingga posisinya berbaring.
"Iya, pih."
"Satu hal, saya paling tidak suka ketika perempuan banyak meminta. Kamu tahu, saya akan memberikan ketika saya ingin memberi, tanpa harus dipinta terlebih dahulu. Jadi, kamu jangan banyak menuntut, karena saya pasti akan memberi apapun yang kamu butuhkan."
Sofia mengangguk lagi.
*
*
Bersambung ...
like
komentar
vote!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
wkwkwkwkw jalu
lagi kangen sama mama fia...baca di sini lagi dehh...udah yg ke 3 x
2024-10-18
2
shiiiiinnnnn💙
kangen papi satria jadi balik lagi buat baca /Kiss/
2024-06-11
3
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
kan gak boleh tau urusan pribadi....dya saja gak kasih tau siapa dirinya. setidaknya nama kek😌
2024-01-08
2