*
*
🍃 Flashback on 🍃
Dua orang pria dengan stelan tapi berdasi berdiri di ambang pintu. Mengetuk dengan sopan. Seorang wanita paruh baya membuka pintu, agak terheran menerima tamu pada sore hari itu.
"Sore ibu, apa benar ini rumahnya bapak Firza Ramadhan?" tanya pria yang satu, sopan.
"Benar, maaf darimana ya?" Lita balik bertanya.
"Saya dari bank XX Bu, mau menyerahkan ini," menyerahkan satu map berwarna biru.
"Dari bank? ini apa?" menerima map yang diserahkan pria itu.
"Ini surat tagihan, Bu. Sudah tiga bulan bapak Firza lalai dari kewajibannya membayar cicilan di bank kami." jawab pria yang satunya.
"Apa?? tagihan? cicilan?" Lita terkejut,
Dari penuturan kedua pria itu, terbukalah segala keculasan menantunya yang telah menggadaikan sertifikat rumah mereka, dan tak mencoba membayarnya setelah beberapa bulan.
"300 juta, buat apa uang sebanyak itu? Mas Firza!!" Sofia menjerit frustasi.
Berhari-hari perempuan itu mencari sosok suaminya di setiap tempat yang mungkin dia datangi. Ke tempat orang tuanya, saudara nya yang lain, bahkan tempat teman-temannya pun tak luput dari pencarian. Namun hasilnya nihil, Firza hilang bak ditelan bumi.
Dari beberapa teman bahkan Sofia menerima fakta baru, bahwa pria yang telah memberinya satu anak itu ternyata gemar bermain judi, hingga semuanya habis tak bersisa.
Sofia terpuruk. Bingung tindakan apa yang harus dia lakukan, sementara waktu terus bergulir. Pihak bank menuntut untuk segera membayar tunggakan, atau dalam waktu dua bulan mereka harus angkat kaki dari rumah yang telah ditinggalinya sejak kecil.
Sofia mengusap wajahnya kasar. Dia kelabakan, dan dalam keadaan rapuh Sofia mencari pekerjaan, meninggalkan anaknya yang masih balita bersama ibunya. Apapun dia kerjakan untuk mendapatkan uang demi membayar tunggakan agar mereka tak terusir dari rumah satu-satunya. Sialnya, mereka tak memiliki saudara bahkan hanya sekedar untuk dimintai pertolongan.
Sofia sempat bekerja di toko baju, di kafe, bahkan swalayan. Namun gajinya tetap tak mencukupi meskipun dirinya telah sangat berhemat. Hanya mampu menopang kehidupan sehari-hari mereka.
Ayahnya seorang petani sayuran yang penghasilannya kadang tak menentu, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga biasa yang sehari-harinya membantu sang suami di ladang.
Hingga di suatu sore di sebuah halte bis saat Sofia pulang dari toko tempat dia bekerja, sebuah mobil merah berhenti persis di depannya yang tengah termenung.
"Sofia?" seorang perempuan yang berada dibalik kemudi membuka jendela mobilnya.
Sofia mendongak. Mengerutkan dahinya.
"Beneran Sofia? Sofia Anna?" tanyanya, tampak antusias.
"Iya. Siapa ya?" Sofia menjawab dengan pertanyaan.
"Ini Cece," jawab perempuan itu.
"Cece?" Sofia mencoba mengingat.
"Atasan lu waktu di butik." jawab perempuan di dalam mobil itu.
Sofia mengingat dengan keras. Dia memang pernah bekerja di butik dulu, setelah lulus SMA, selama dua tahun. Namun setelah itu dirinya langsung menikah dengan Firza, dan tak di izinkan lagi bekerja.
"Oh iya, ... Bu Cece!!" Sofia bangkit, menghampiri perempuan yang telah dikenalinya.
"Lu ngapain duduk sendirian di halte bus? melamun lagi,?" tanyanya.
"Nggak, Bu. Lagi nunggu angkot aja."
"Ayo masuk, gue anterin pulang." seru Cece, menawarkan.
"Nggak usah, bu. Makasih." Sofia menolak dengan sopan.
"Heleh,... buruan!!"
Sofia tak dapat berfikir lagi hingga akhirnya perempuan itu menurut.
Dan sejak pertemuan dengan Cece itulah yang mengawali pekerjaan sampingannya hingga kini.
🍃 Flashback off 🍃
*
*
Sofia barusaja menaiki taksi online yang dipesannya ketika ada notifikasi masuk di ponselnya. Sebuah foto bukti transfer ke rekeningnya. Sebesar tiga juta rupiah.
[Terimakasih ya, hari ini kamu seperti biasa, hebat.] Pesan dari kontak bernama Papi Alan, yang dia tinggalkan di hotel dua puluh menit yang lalu. Setelah dirinya berhasil memuaskan hasrat pria tersebut.
Sofia tersenyum [Iya Pih, makasih transferannya] diikuti emot love.
[Baru aja ketemu, Fia udah kangen.] balasnya lagi, dengan terkikik geli. Pria-pria yang menggunakan jasanya memang sangat senang digombali seperti itu.
Apalagi jika ditambah dengan perhatian-perhatian klise tentang pertanyaan remeh semisal sudah makan atau belum? atau sedang apa?
Itu tujuannya, kan? Mendapatkan perhatian lebih dari lawan jenis. Untuk itulah mereka membayar, perhatian yang kadang tak mereka dapatkan dari pasangan resminya. Dan Sofia bersedia melakukan nya karena memang ia mendapatkan keuntungan dari perhatian yang diberikannya kepada pria-pria itu. Untuk itulah ia dibayar.
Papi Alan adalah seorang dokter, dia mengepalai sebuah rumah sakit swasta terbesar di Bandung. Entah apa yang membuat pria itu mencari kesenangan diluar rumah. Yang pasti Sofia telah menjalani hubungan kontrak ini selama satu tahun dengannya, dan masih tersisa satu tahun lagi kedepannya.
Dalam sebulan, rata-rata Sofia bertemu dengan pasangan kontraknya maksimal dua kali, yakni tiap dua Minggu sekali dengan orang yang sama dengan jadwal yang dia atur sedemikian rupa agar tak bertabrakan antara satu dengan yang lainnya. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa kini, Sofia telah memiliki kontrak dengan empat pria sekaligus.
Rata-rata dari mereka yang mengontraknya adalah orang yang memiliki kesibukan berlebih, seperti pengusaha, pedagang lintas pulau, dokter seperti papi Alan tadi, juga ada lagi seorang yang berprofesi sebagai kepala Intel di kepolisian pusat.
Lagi-lagi tak dimengerti alasan mengapa mereka mencari kesenangan diluar rumah seperti ini. Yang biasa mereka lontarkan adalah hanya sekedar mencari penyegaran karena bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja setiap hari.
Sofia takan peduli alasan apapun, yang penting uang terus mengalir ke rekening pribadinya. Yang dia lakukan hanya menuruti keinginan mereka. Mendengarkan mereka bicara tentang apapun, baik keluhan ataupun candaan dan sesekali menanggapinya untuk membuat mereka merasa lebih baik. Dan tentunya, memuaskan mereka diranjanng.
*
*
Ting!!
Notifikasi masuk lagi di aplikasi chat di ponsel Sofia. Chat dari nomor bertuliskan Papi baru.
Sofia terkikik geli, mengingat nama yang dia pakai untuk menandai nomor pria yang baru dua Minggu mengikat kontrak dengannya tersebut.
Dia bingung harus menamainya apa karena sampai saat ini Sofia tak mengetahui nama pria tersebut. Dia juga tak berani bertanya lagi karena sudah ditegaskan di awal bahwa dia tak mau mengungkapkan jati dirinya.
Terserahlah, yang penting uang mu masuk rekeningku, tuan. Batinnya.
[Besok saya tunggu di hotel biasa.] isi chat tersebut.
[Oke Pih.] jawab Sofia.
[Kamu lagi apa?] balasan dari sebrang.
[Fia baru pulang kerja, Pih. Ini lagi dijalan.] jawabnya.
[Kamu jalan? Memangnya Tempat kerja kerumah kamu dekat?]
[Maksudnya di mobil, Pih.] Sofia kembali terkikik, merasa lucu dengan balasan Papi barunya.
[Oh saya pikir kamu jalan.] balasnya lagi.
Sofia mengirim emot senyum.
*
*
*
Bersambung...
Ayo gaess... bantu like koment sama vote nya dong 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
sejauh ini ceritanya asik . struktur tulisannya jg keren gak banyak typo"
2025-01-13
0
Bundanya Pandu Pharamadina
ijin marathon mbak Author🙏
2023-12-15
0
Vlink Bataragunadi 👑
sebulan 4 kontrak? wuaaaaw fia mantaaaap xixixi
2023-10-24
0