episode 4. Aku Diam,Tapi Terluka

Aku masih duduk terpaku di sudut kamar. Tanganku gemetar saat mengusap air mata yang entah ke berapa kali jatuh malam ini. Luka yang tergores di hati tak terlihat oleh mata, tapi pedihnya tak tertahankan. Satu demi satu kebenaran mulai menguak, tapi mengapa semua terasa seperti tak berarti bagi Reza?

Reza… suamiku. Lelaki yang dulu kupilih karena aku yakin dia berbeda dari laki-laki lain. Tapi kini, dia berubah. Atau mungkin, aku yang baru membuka mata?

Pagi tadi, saat aku menemukan kamera tersembunyi di belakang pot gantung ruang keluarga, aku tahu ada yang tidak beres. Kamera itu bukan bagian dari sistem keamanan rumah. Dan saat aku menelusuri rekaman di dalamnya, hatiku nyaris berhenti berdetak.

Tampak sosok Bu Ratna dan Rina berbicara tentangku. Betapa aku dianggap seperti parasit dalam keluarga. Mereka merencanakan sesuatu. Bukan hanya menjelek-jelekkan aku di belakang Reza, tapi juga sengaja membuatku tampak buruk di matanya.

Lebih menyakitkan lagi, Reza ada di rekaman itu. Ia diam. Ia mendengar, bahkan sempat menyetujui kalimat Bu Ratna dengan anggukan. Aku tak bisa mempercayainya.

Aku mengurung diri hampir sepanjang hari. Tapi saat sore menjelang, aku memberanikan diri turun ke dapur, berpura-pura seperti tidak tahu apa-apa. Air mataku kering, tapi batinku membiru.

---

“Mas, kamu pulang telat lagi?” tanyaku pelan ketika Reza akhirnya sampai rumah.

Dia hanya melirik singkat. “Lelah,” jawabnya singkat, lalu masuk ke kamar tanpa memedulikanku.

Aku mengikutinya dari belakang. “Aku udah siapin makan malam. Mau dimakan sekarang?”

“Enggak usah. Aku udah makan di luar.”

Jawaban itu membuatku terdiam. Bukan karena dia makan di luar, tapi karena aku tahu dia sengaja menjauh. Sejak kapan rumah ini tak lagi terasa seperti rumah?

Sejak kehadiranku dianggap beban.

Sejak setiap langkahku terasa diawasi.

Sejak setiap bisikan di belakangku lebih didengar daripada kata-kataku.

Aku memandangi punggung Reza yang kini tertidur membelakangiku. Aku ingin berteriak, ingin menumpahkan semua rasa sakitku. Tapi aku diam. Karena aku tahu, tak ada gunanya menjelaskan pada seseorang yang memilih untuk tak mengerti.

Esok paginya, Bu Ratna sudah duduk di meja makan. Senyumnya menyebalkan seperti biasa.

“Kemarin kamu lupa nyapu teras. Lantai depan kotor. Malu kalau tetangga lihat,” ucapnya sambil menyeruput teh.

Aku mengangguk pelan. “Maaf, Bu. Saya akan bersihkan sekarang.”

“Tapi sudah telat. Tadi pagi Pak RT lewat, dan lihat sendiri rumah ini berantakan. Apa kamu nggak malu jadi istri Reza? Suamimu kerja banting tulang, kamu malah males-malesan!”

Aku menunduk. Ingin membela diri, tapi aku tahu, Bu Ratna tak butuh penjelasan. Ia hanya ingin memojokkanku. Dan aku memilih diam, meski kata-katanya menusuk.

Siang harinya, saat aku mencuci pakaian, Rina mendekat.

“Kak Nayla, kamu itu pinter banget ya… pura-pura jadi istri baik. Tapi nyatanya cuma numpang hidup di sini.”

Aku menatapnya, mencoba tegar. “Aku nggak pernah minta tinggal di sini. Tapi Reza yang memintaku ikut, Rina.”

“Ya, karena kamu terlalu cepat hamil. Itu cara kamu mengikat Mas Reza, kan?”

Aku menahan napas. Nafasku sesak, tapi aku tak ingin menanggapi. Aku tahu, membalas hanya membuat mereka puas karena melihatku emosi. Tapi diamku bukan karena tak bisa melawan. Aku hanya memilih luka ini tetap kutanggung sendiri.

---

Malamnya, aku menatap langit-langit kamar. Langit di luar cerah, tapi hidupku penuh mendung. Aku ingin pergi, tapi aku tak tahu ke mana. Aku ingin bertahan, tapi aku tak tahu sampai kapan.

Reza masuk kamar, wajahnya biasa saja. Seolah tak ada yang berubah. Padahal seluruh isi hatiku sudah remuk.

“Mas,” kataku pelan. “Boleh aku bicara?”

Ia menoleh sebentar. “Apa?”

Aku menggigit bibir. “Aku tahu… soal kamera itu. Aku tahu apa yang mereka katakan di belakangku. Aku tahu kamu ada di sana.”

Dia terdiam. Matanya tak berkedip menatapku. “Kamu sengaja nyari masalah?”

“Enggak. Aku cuma… ingin tahu. Kenapa Mas nggak pernah ngebelain aku di depan mereka? Bahkan ketika mereka merendahkanku…”

Reza mendengus. “Kamu tuh terlalu sensitif. Itu cuma obrolan biasa.”

“Obrolan biasa? Tentang aku perempuan murahan, numpang hidup, dan rencana mereka buat bikin aku gila?”

Wajah Reza mulai berubah. “Kamu jangan berlebihan, Nayla. Mereka orangtuaku. Kamu harus tahu tempatmu!”

Hatiku hancur. Di hadapan laki-laki yang kucinta, aku hanya dianggap sebagai perempuan asing yang harus tunduk. Bahkan ketika aku disakiti, aku tetap salah.

---

Malam itu, aku menangis lagi. Tapi tangisku tak bersuara. Aku teringat pesan ibu sebelum menikah dulu:

"Jika suatu hari kau merasa sendirian meski bersuami, itu artinya kau menikah dengan tubuh, tapi bukan jiwanya."

Dan sekarang aku mengerti. Reza hanya bersamaku secara lahiriah. Tapi hatinya… entah di mana.

---

Keesokan paginya, aku memutuskan untuk membereskan koper kecil. Tidak, aku belum pergi. Tapi aku mulai bersiap. Aku hanya ingin menunggu satu waktu yang tepat.

Hari itu, aku menerima telepon dari adik perempuanku. Ia berkata, ibu sedang sakit. Mungkin ini jawaban dari Tuhan. Aku butuh alasan untuk pulang sejenak. Untuk menenangkan diri. Dan mungkin… mencari arah baru.

“Mas, aku mau pulang ke rumah orangtuaku beberapa hari. Ibu sakit,” kataku.

Reza hanya mengangguk. “Ya udah. Tapi jangan lama-lama. Nanti Mama curiga.”

Curiga? Apa dia pikir aku akan kabur? Aku bisa saja pergi selamanya, Reza. Tapi aku belum sejahat itu.

Belum.

---

Aku naik bus pagi ke kampung. Sepanjang jalan aku memandangi jendela, menyeka air mata diam-diam. Luka ini belum sembuh, tapi aku ingin mulai belajar sembuh. Bukan karena mereka berubah. Tapi karena aku ingin hidup. Aku ingin bahagia meski tanpa pengakuan mereka.

Karena ternyata, diamku bukan tanda lemah. Tapi karena aku tahu, berteriak pada orang yang pura-pura tuli hanya buang-buang tenaga.

Aku diam, tapi aku terluka.

Dan suatu saat, jika luka ini sembuh, aku tak akan kembali menjadi Nayla yang sama.

( bersambung )

Terpopuler

Comments

sukensri hardiati

sukensri hardiati

ada anak....tp nggak pernah kesebut..

2025-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!