Arsy sedang duduk santai ditaman belakang rumah bersama Darma menikmati secangkir teh, tiba tiba Bi Nana datang memberikan sepucuk surat.
"Maaf Tuan Muda, ini ada sepucuk surat dari Pak pos, " ucap Bi Nana. Darma menerima dengan seksama dan segera membuka surat tersebut. Bi Nana langsung bergegas pergi setelah memberikan surat kepada Tuan Darma.
"Surat dari siapa Mas? " tanya Arsy penasaran.
"Dari pihak rumah sakit sayang.. " jawab Darma.
"Aku yang membukanya saja ya, mas? " pinta Arsy.
"Tapi benar, kamu siap membukanya. " tanya Darma dengan perasaan takut jika hasilnya positif dan membuat Arsy shok dan depresi. Sebenarnya jika Darma yang membukanya kalau hasilnya positif Darma akan berbohong negativ. Tetapi Arsy memaksanya untuk membukanya sendiri. Darma terpaksa memberikan sepucuk surat itu kepadanya. Meski dengan berat hati, namun apa daya, Arsy tetap memaksanya.
Dengan pelan dan seksama Arsy membukanya, dibacanya dari atas hingga bawah.
Tiba tiba air mata Arsy tidak terbendung lagi, kedua matanya berawal berkaca kaca, namun setelah itu menjadi deras tidak terbendung, entah perasaan bahagia ataupun sedih, Darma menatapnya dengan perasaan yang berkecamuk.
Darma dengan pelan melangkah mendekati Arsy berdiri disampingnya, Arsy masih menangis, tubuhnya lemas, Darma yang sudah disampingnya langsung memeluknya. Darma langsung mengambil kertas yang sedang dipegang Arsy. Darma langsung membacanya dengan seksama, alangkah terkejutnya Darma membacanya. Tulisan Positif begitu jelas, tubuh Darma pun ikut lemas, apa yang diharapkan tidak sesuai.
"Sayang... bersabarlah, kita pasti bisa melewatinya, umur, rizki, kesehatan, jodoh, apapun itu sudah ketentuan Tuhan, kita hanya bisa berusaha dan ikhtiar. Kamu jangan larut dalam kesedihanmu, aku tahu ini sangat berat untukmu, tapi aku yakin kamu dapat melewatinya. Kita akan berusaha sebaik mungkin, percayalah Tuhan menguji umat Nya tidak akan melebihi batas kemampuannya." Ucap Darma menasehati dan menguatkan.
"Lebih baik kita masuk kamar dan beristirahat. " Ucap Darma kembali.
Sedangkan Arsy masih diam tanpa bersuara sepatah kata pun. Tubuhnya lunglai, terasa tidak berdaya untuk melangkahkan kakinya. Tatapannya kosong, dunianya terasa gelap, harapannya hancur, semua terasa hilang kebahagiaan yang selama ini dinanti nantikan, dan kini harus terkubur sedalam dalamnya, begitulah gambaran perasaan Arsy saat ini.
Begitu juga dengan Darma, perasaannya pun ikut berkecamuk, entah apa yang dia lakukan untuk menyemangati Arsy. Darma pun langsung menggendong Arsy sampai kamar, tiba tiba sampai diruang keluarga Ibu Ferly melihat Darma sedang menggendong Arsy, ingin rasanya menanyai keadaan Arsy namun Darma memberikan isyarat untuk diam. Ibu nya pun nurut dengan Darma.
Apa yang terjadi dengan Arsy? " apa sakit lagi perutnya? " tapi sepertinya habis menangis, wajah Darma pun terlihat lesu. Ada apa dengan mereka. Bertengkar tidak mungkin, mereka saling mencintai. Batin Ibu Ferly penasaran.
Didalam kamar Darma membaringkan tubuh Arsy di tempat tidur. Arsy masih bengong, air matanya masih saja menetesi kedua pipinya. Dengan lembut Darma mengusap air matanya.
"Sayang... bersabarlah, terimalah ujian ini dengan kesabaran. Kamu pasti bisa untuk melewati masa sulit ini. Kamu tidak sendirian, kamu masih ada aku yang akan selalu menemanimu. " Ucap Darma meyakinkan.
Arsy masih saja terdiam dari lamunannya dan masih shok. Arsy tidak tahu harus berucap apa. serasa sudah tidak mempunyai semangat sedikit pun, Darma selalu mencoba menenangkan, namun tetap saja masih belum ada reaksi dari Arsy.
Darma tidak pernah merasa lelah untuk menyemangati Arsy, dan tidak terasa Arsy terlelap dari tidurnya, mungkin karena lelah dalam berfikir dan membuatnya sembab dan tertidur.
Darma sangat bingung bagaimana caranya agar Arsy tetap semangat meski dengan keadaan yang sedang sakit.
Karena kekhawatirannya, Darma mencoba untuk menemui Ibu nya, ingin meminta solusi yang baik untuk Istrinya.
"Tok tok tok.. " suara ketukan pintu terdengar oleh Ibu nya.
"Masuk.. " titahnya.
Darma langsung masuk ke kamar Ibu nya.
"Ada apa Darma?" tanya Ibu nya.
"Darma ada sesuatu yang ingin Darma sampaikan Bu.. " apakah Ibu ada waktu? " jawab Darma cemas.
"Duduk lah, katakan ada apa, sehingga kamu seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu." Ucap Ibu nya.
"Sebenarnya Darma ingin mengatakan sesuatu, dan itu menyangkut Arsy Bu.." sebenarnya Arsy telah positif mengidap kanker rahim, Bu... " jawab Darma sedih.
Sedangkan Ibu nya langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena terkejut.
"Apa yang kamu katakan barusan itu benar, Darma? " tanya Ibu nya serasa tidak percaya.
"Benar Bu.. " tadi hasil pemeriksaan telah sampai dirumah, sebenarnya aku sudah melarangnya untuk membuka isi amplopnya. Namun Arsy masih saja nekad yang akan membukanya, setelah Arsy membuka dan dengan seksama dia membacanya, tiba tiba tubuhnya menjadi lemas dan wajah nya terlihat pucat, Darma sangat mengkhawatirkannya Bu.." apakah Ibu ada solusinya untuk membuat Arsy agar tidak patah semangat Bu.. " ucap Darma lesu.
"Jadi Arsy benar benar mengidap kanker rahim, Darma? " jadi kamu dan Arsy tidak bisa memberikan keturunan kepada keluarga Nugraha? " ucap Ibu nya menambah Darma shok seketika itu juga, bukannya memberikan solusi untuknya justru memberikan pertanyaan yang sangat menyakitkan.
"Kenapa bicara seperti itu, lalu mana solusinya untukku dan Arsy Bu? " ucap Darma sedikit kesal atas penuturan dari Ibu nya.
"Ibu belum tahu solusi apa yang baik untuk kamu dan Arsy, nanti Ibu fikirkan setelah Ayah kamu pulang. " Jawab Ibu nya.
Sedangkan Darma tidak menyangka sikap Ibu nya terhadapnya maupun Arsy. Bukannya memberikan semangat untuknya justru memberikan pertanyaan yang sangat jauh untuk dijangkau difikiran Darma.
"Kalau begitu Darma pamit keluar Bu.. " ucap Darma.
"Iya, " jawab Ibu nya singkat.
Darma langsung bergegas pergi dan kembali ke kamarnya, Darma fikir menemui Ibu nya untuk mencari solusi, justru memakan hati. Bahkan kembali ke kamarnya hanya dengan tangan kosong, Darma pun masih bingung untuk memberi kabar kepada kedua orang tua Arsy. Ditambah lagi keadaan Arsy masih shok, jadi Darma takut Ibu nya pun akan ikut ikutan shok. Jagi Darma memilih untuk tidak memberi kabar kepada mertuanya.
Sedangkan Ibu nya dikamar masih mencerna keadaan Arsy yang dinyatakan benar benar positif mengidap penyakit kanker rahim.
Bagaimana ini, kalau Darma benar benar tidak bisa memberikan keturunan kepada keluarga Nugraha. Pasti akan menjadi bahan gunjingan, ditambah lagi memiliki penyakit kanker rahim. Apa kata orang nanti, pasti semua orang akan mengejek keluarga Nugraha. Batin Ibu nya.
Tiba tiba Tuan Nugraha pulang dan masuk kamar. Ibu Ferly pun kaget kedatangan suaminya yang tengah membuyarkan lamunannya.
"Ibu sedang apa? kenapa melamun begitu seriusnya, " tanya Tuan Nugraha.
"Ayah... " sudah pulang.. " kenapa mengagetkan Ibu sih... " jawab Ibu Ferly.
"Salah ibu sendiri kebanyakan melamun, memang Ibu sedang memikirkan apa sih Bu.. " ucap Tuan Nugraha.
"Ayah mandi dulu, baru nanti Ibu ceritakan semuanya. " pinta istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Cahaya yani
feeling ku koq aneh ya jgn" hasil ny di tukar am orang,, biar darma gk am arsy
2021-03-27
0
purpleb76
lha disuruh pisah deh
2021-03-10
0
Arilia
baru mampir.
2021-01-13
1