"Pah, bun, Ega akan mengajak Asha tinggal di rumah kecilku. Setelah ini aku pamit untuk membawa Asha tinggal bersama denganku, walaupun rumahku mungkin hanya seperempat teras rumah keluarga Wijaya tapi masih bisa untuk kita tempati," tutur Ega.
"Aku tak mau, aku mau tinggal di rumah yang mewah bukan gubuk reyok milikmu," hina Asha. "Kerja kamu saja hanya tukang sapu pasti rumahmu jelek," cibir Asha.
"Asha!" bentak Raka. "Hargai apa pun keputusan suami kamu? Kamu harus menurut apa kata dia? Papa sudah lepas tangung jawab denganmu," ucap Raka lagi.
"Sayang kamu jangan egois. Bunda yakin kamu akan bahagia nanti, ikutlah kemana pun suamimu pergi!" Aira mulai ikut berbicara.
"Iya bun," jawab Asha beranjak pergi meninggalkan mereka semua.
"Ega pamit pa, bun. Assalamuaikum," ucap Ega juga berdiri menyusul Asha.
"Hati-hati ya, nanti barang-barang Asha akan papa antar ke rumah kamu," ucap Papa.
"Waalaikumsalam," jawab semuanya.
Di depan pintu hotel Asha berdiri menunggu Ega sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Begitu saja lama banget, dia itu jalan apa tidur sich sebenarnya," umpat Asha kesal menunggu lama.
"Maaf menunggu lama," ucap Ega berdiri disamping Asha. "Kamu tunggu disini ya! Mas mau ambil motor dulu," kata Ega.
"Apa? Pakai motor?" tanya Asha sambil mengerutkan keningnya.
"Iya, apa kamu malu? Maaf aku hanya punya motor, ku harap kamu menerima aku apa adanya," tutur Ega.
Asha tak menjawab diam tanpa mengubah posisinya.
"Ayo naik, nanti keburu sore!" ajak Ega. "Kalau kamu tak mau juga tak apa, biar mas pesankan taxi saja," ucap Ega dengan nada lembut karena ia selalu menghargai wanita seperti ia menghargai ibunya.
"Sudah tak perlu, aku naik motormu saja. Kamu jangan besar kepala, aku mau ikut kamu karena aku tak mau papaku marah denganku," tegas Asha.
Ega hanya menanggapi dengan senyum diwajahnya. Lalu ia menyodorkan helm untuk Asha. Ia juga membantu memasukkan helm ke kepala Asha namun semua itu sudah ditampik oleh Asha.
"Aku bisa pakai sendiri jangan cari kesempatan kamu, itu paling juga cuma akal-akal kamu saja," dengus Asha menyambar helmnya.
"Maaf," satu kata yang keluar dari mulut Ega.
****
Ega dan Asha kini telah tiba dikontrakkan Ega yang tak terlalu besar.
Cklek
Suara Ega membukakan pintu untuk Asha.
"Masuklah, kita akan tinggal disini untuk saat ini. Suatu saat jika aku memiliki rejeki lebih mas akan membeli rumah sendiri yang lebih baik," ucap Ega.
Asha mengarahkan padangan matanya meneliti setiap perabotan yang ada di rumah suaminya itu. Hanya ini yang dia punya tak ada yang lain, begini saja sudah mau menikahi anak Wijaya, apa mampu dia menghidupi hanya dua tahun saja umpat Asha.
"Dek, ini kamar kita, sebelah sini juga ada kamar tapi mas kosongkan hanya mas pakai untuk salat saja," jelas Ega. "Disana dapurnya, dan sebelah sana kamar mandi, tapi di dalam kamar juga sudah ada kamar mandi tapi untuk closed tidak bisa dipakai," ucap Ega lagi.
Asha segera masuk ke dalam kamar, melihat kasur busa yang tak terlalu besar dengan ukuran 200×180 berbeda dengan tempat ia tinggal kemarin, walaupun hanya berukuran 36 kamarnya rumayan besar karena hanya ada satu kamar.
Ega segera masuk duduk ditepi ranjang dengan melonggarkan kemeja yang ia kenakan.
"Hai mau ngapain kamu?" teriak Asha.
"Aku mau merebahkan diri disini," jawab Ega.
"Enak saja, ini sekarang kamarku. Kamu tidur di luar sana, ingat aku tak menginginkan pernikahan ini, aku juga tak suka denganmu laki-laki miskin, kuper, lihat pakaian yang kamu kenakan tak ada modisnya sama sekali membuat mataku sakit melihatnya," hina Asha.
Ega hanya bisa mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan kasar untuk menahan agar dirinya tak terbawa emosi.
"Oya, aku ingin membuat perjanjian denganmu. Kita memang sudah menikah, tapi aku harap kita tak mencampuri urusan pribadi kita, urus saja urusan kita masing-masing. Kita menikah hanya 2 tahun ingat itu, setelah itu kamu harus menggungat cerai aku," minta Asha dengan wajah benci menatap Ega.
"Apa pernikahan bagimu hanya main-main? Aku kira kita bisa taaruf, tapi aku salah. Aku sadar diri kalau aku memang aku laki-laki yang miskin mungkin tak pantas bersanding denganmu, tapi tolong beri aku kesempatan menjadi suamimu," ucap Ega.
"Kesempatan?!" hardik Asha. "Tak ada, hatiku hanya untuk kekasihku, gara-gara kamu mau menikahiku hidupku hancur. Ini semua gara-gara kamu," kata Asha merasa benar sendiri.
"Kalau aku tahu seperti ini masalahnya aku mungkin tak akan menikahimu, aku hanya mencari istri untuk ta'aruf setelah menikah. Aku hanya ingin menikah satu kali dalam hidupku," jelas Ega dengan nada lembut.
Walaupun aku dulu sering berganti-ganti wanita aku hanya ingin menikah satu kali tanpa ada yang kedua kali batin Ega itu semua hanya masa lalu yang kelam aku tak ingin mengulang kembali pikirnya.
"Jelas kamu hanya ingin menikah sekali, karen kamu ingin harta papaku kan?" hina Asha lagi.
"Terserah apa kata kamu! Aku tak ingin mempermainkan pernikahan yang sakral," ucap Ega lalu pergi meninggalkan Asha.
Setelah kepergian Ega, ia melihat ponselnya banyak notifikasi dari bank jika kartu card, kartu kredit miliknya di blokir semuanya oleh papanya.
"Papa! Kalian jahat sekali," teriak Asha. "Kalau begini bagaimana aku bisa hidup, aku butuh uang untuk kuliah, uang jajanku gimana," umpat Asha kesal.
Sedangkan Ega yang merasa lapar, ia segera membuat mie rebus dengan potongan cabai dan telur mata sapi di atasnya, ia membuat dua mangkok untuk dirinya juga Asha.
Asha yang merasa perutnya berteriak-teriak meminta jatah ia segera keluar kamar menuju dapur.
Ega mendengar suara segera menoleh, "Dek, makan siang dulu! Mas buat mie, kita makan ya."
"Apa hanya itu?" tanya Asha menautkan alisnya.
"Mas tak pintar masak, sebenarnya mas juga sudah menyiapkan beberapa sayuran dan daging di lemari pendingin jika kamu mau memasaknya," jelas Ega.
"Apa memasak?!" kata Asha dengan melotot. "Tidak mau, buang-buang waktu saja. Lebih baik kita beli saja," saran Asha.
"Mas biasanya juga beli di warung sebelah, lebih cepat dan praktis, hemat waktu juga. Apa kamu mau mas belikan nasi uduk?" tawar Ega.
"Tidak mau, aku mau makanan yang higienis, disana pasti makanannya tak enak. Aku mau beli di restoran saja," minta Asha.
"Dek, gaji mas mana cukup jika buat beli makan di restoran. Kita harus hemat, kalau adek mau yang higienis kita masak sendiri saja," jelas Ega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Olla Tulandi Jom
ntar asha begitu cinta ke ega,, samoai gak mau pisah jauh2 heheheheee
2022-06-17
0
Aji Santi
suami yg sabar hanya ada di novel
2022-04-23
2
𝓢𝓐𝓓🌷aFFaYz.(Hiatus)
wihh kayak misua Ja panggil adek, meskipun dah punya anak masih Ja manggil adek... ❤️
2022-04-10
0