Raka semakin geram, melihat tingkah Dion yang membisu tak menawan pertanyaan. Raka segera berdiri menghampiri Dion lalu menarilk kerah baju yang dikenakan Dion hingga tubuhnya sedikit berdiri.
"Kamu! Cepat katakan! Apa kamu bisu?" hardik Raka. "Jika kamu tak mau bicara akan ku buat kamu jadi bisu selamanya," murka Raka ingin melayangkan sebuah tamparan untuk Dion.
"Nak Dion, sebaiknya kamu segeralah pergi sebelum suami saya murka denganmu. Kamu tahukan jika seorang Raka Wijaya orang yang berkuasa itu marah apa pun bisa dilakukan dengan muda," tutur Aira. "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa!" tegas Aira yang sebenarnya tak ingin melihat tangan suaminya mengotiri dengan dosa.
"Bun, kenapa kamu bela dia!" bentak Raka. "Dia sudah mengambil apa yang menjadi hal berharga pada Asha, bunda juga tahu, Asha berubah 180 dari dia kecil juga karena dia kenal Dion. Dia lah yang mencuci otak Asha," ucap Raka penuh kekecewaan.
"Katakan nak Dion, sejujurnya!" perintah Aira dengan nada lembut namun sedikit memberikan penekanan.
"Begini om, tante, jujur kami belum pernah melakukan hal yang dilakukan suami istri. Kami hanya sebatas pemanasan saja tak lebih, itu pun kami masih melakukan hal yang kelewatan ini tiga kali seingatku, itu pun kita lakukan setelah kita kuliah," jelas Dion.
Ada rasa kelegaan pada diri Aira dan Raka mendengar penjelasan Dion. Namun ada sedikit penyesalan pada diri Aira yang gagal mendidik anak bungsungnya menjadi anak yang sholeha tak tahu dosa apa yang ia perbuat hingga sang anak melakukan dosa besar seperti itu, ia hanya bisa menahan tangis di dadanya.
"Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah ganggu kehidupan keluarga Wijaya kalau kamu masih ingin hidup! Aku akan selalu mengawasi gerak gerik kamu," ancam Raka dengan menarik kerah baju Dion kembali.
"Mas, sudah hentikan jangan emosi," tegur Aira. "Kamu cepatlah pergi jangan pernah datang di hadapan kami juga Asha," perintah Aira.
Setelah kepergian Dion, Aira menangis sejadi-jadinya. Sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.
"Mas, dosa apa yang kita buat hingga anak kita berbuat zina. Padahal kita selalu membekali anak-anak kita ilmu agama yang kuat kenapa bisa terjadi seperti ini. Bagimana kita bisa mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah, mas," lirih Aira disela tangisnya.
"Bun, yang sabar ya. Mungkin ini karma buat mas atas kesalahan mas di waktu lalu, kamu jangan bersedih. Aku tak mau kamu sakit, dan jangan banyak pikiran," tutur Raka mengelus punggung Aira agar lebih tenang. "Mas akan coba bicara dengan Nathan dan Bila untuk meminta pendapat mereka," ucap Raka.
"Mas gimana jika kita nikahkan saja Asha dengan Dion," saran Aira. "Dengan begitu kita akan lepas dari tangung jawab Asha lagi, kita tak akan banyak dosa," ucap Aira dengan menatap sang suami.
"Apa katamu?" Raka bicara dengan sedikit nada terkejut. "Bun, Dion itu bukan anak baik-baik. Bunda tahu, keluarganya dari lantar belakang tak jelas, tak punya bekal agama sama sekali, kalau pun dia miskin papa setuju saja asal dia bukan dari keluarga kriminal," tegas Raka.
"Papa tahu?" tanya Aira peneh menyelidik.
"Papa sudah menyelidiknya bun, ayahnya itu sukanya judi, mabuk-mabukan ibunya juga orang yang kerjanya di dunia malam. Sudah mas merasa bersalah sebagai seorang kepala rumah tangga," ucap Raka mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Mas, gimana jika kita minta tolong abah Jafar saja untuk mencarikan jodoh Asha. Kita cari yang pintar agama yang sabar biar bisa merubah Asha lebih baik lagi," saran Aira.
"Boleh itu, mas tak masalah kaya atau miskin yang terpenting memiliki pondasi agama yang kuat, dan mampu membimbing Asha," ucap Raka.
"Mas gimana dengan Asha sekarang? Aku kasihan mas sama dia," tanya Aira.
"Biarkan saja! Sudah ayo kita ke pondok pesantren Abah Jafar sebelum dhuhur," ajak Raka.
*****
Aira dan Raka kini telah sampai di pondok pesantren, mereka segera menemui Abah Jafar untuk mencari solusi dari masalah keluarganya.
"Assalamualaikum," sapa Aira dan Raka.
"Waalaikumsalam wr wb, kapan datang nak Aira," ucap Abah yang sudah sedikit sepuh.
"Barusan Bah, umi Syarah mana? Gimana kabar Abah?" Cecar Aira memberikan pertanyaan.
"Umi sedang keluar tadi di ajak jalan-jalan sama Ega. Abah ya sehat seperti yang kamu lihat," jawab Abah Jafar.
"Siapa Ega? Cucu Abah ya?" Tanya Aira penasaran. "Tapi kalau cucu Abah, Aira belum pernah dengan nama itu," ucapnya lagi.
"Dia seorang ustad baru, dia anaknya sangat baik. Dia seorang pengajar bahasa arab dan kitab, di sela waktu senggang dia jadi ob di rumah sakit," jelas Abah Jafar.
Aira dan Raka kini mulai menceritakan masalahnya dari ia mempergoki anaknya berbuat zina hingga ia ingin mencarikan jodoh untuk Asha agar ia tak menjadi semakin berdosa.
Abah Jafar pun yang mendengar semua keluh kesah anak angkatnya itu memberikan dukungan yang terbaik.
"Seadainya kita jodohkan dengan Ega gimana?" saran Abah. "Tapi, dia anak yatim piatu, orang tuanya sudah lama meninggal dia hidup bersama kakeknya, namun enam bulan lalu kakeknya juga meninggal. Ega bukan golongan orang kaya seperti kalian, dia hanya seorang ob," tutur Abah Jafar.
"Bah, bagi kami harta tak penting. Yang kami utama kan adalah pendidikan agama dan bisa menerima Asha apa adanya dengan masa lalu yang kelam itu," jelas Raka. "Tapi apa dia mau Bah?" tanya Raka.
"Assalamualaikum," sapa umi Syarah yang baru saja masuk bersama Ega. "Sudah lama nak Aira?"
"Waalaikumsalam wr wb, tidak umi baru saja sampai," jawab Aira.
"Ini namanya Ega," ucap Abah kepada Aira dan Raka. "Ega, kenalkan ini Bunda Aira dan pak Raka," ucapnya ke Ega.
Sepertinya ini anak baik, di lihat dari wajahnya dia anak yang sholeh dan kerja keras semoga saja dia mau dengan Asha batin Aira.
Ega dengan sopan menyalami Aira dan Raka, sambil tersenyum ramah.
"Nak Ega, ada yang ingin Abah tanyakan. Abah berharap kamu jujur tak perlu sungkan, ucap Abah.
"Iya abah." Ega mulai penasaran apa yang sebenarnya terjadi kenapa mereka seperti keadaan yang tegang.
"Apa kamu sudah memiliki pacar? Apa kamu tak ingin segera menikah, usia kamu juga susah 27, " tanya Abah tak buru-buru.
"Bah, aku belum memiliki pandangan wanita yang mau menerima apa adanya aku. Abah tahu aku hanya kerja tukang bersih-bersih dirumah sakit apa ada yang mau denganku," ucap Ega. "Aku ini juga tak tampan wajah hanya pas-pasan kantong pun juga begitu," jelas Ega.
"Begini abah, ingin menjodohkan kamu dengan putri mereka apa kamu bersedia?" ucap Abah. "Ini anak mereka, dia sebenarnya anak yang mengerti agama namun akhir-akhir ini dia mengikuti tren anak muda jadi gaul seperti itu," jelas Abah dengan memperlihatkan foto Asha dari ponsel Aira.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Sitti Khadijah
aku mondokin 3 anakku tujuan yah itu menjauhkan dr lingkingan yg sesat
2022-05-31
1
Rina Wardian
lanjut
2022-05-10
1
Lestarii
knpa namanya Ega Thor . namnya kaya cewek!
2022-04-14
2