Di dalam kamar Asha sedang di rias oleh MUA terkenal yang telah disiapkan oleh keluarga Wijaya.
Asha yang mengenakan kebaya warna putih dengan sedikit manik-manik di bajunya itu kelihatan lebih angun dan dewasa. Ia duduk didepan cermin hanya bisa menahan tangisnya sambil menundukkan wajahnya ke bawah.
"Seandainya ada kak Bila pasti dia akan menolongku, kenapa mbak Bila tak datang," batin Asha sambil meremas unjung bajunya.
Seandainya hari ini, pernikahanku dengan Dion pasti aku sangat bahagia batin Asha.
"Mbak jangan menangis terus, ini nanti bedaknya luntur," ucap MUA sambil menghapus air mata Asha dengan tissue.
"Sayang, ayo kita keluar penghulu sudah datang," ajak Aira menggandeng Asha menuju ke depan latar tempat dimana berlangsungnya ijab kabul.
Hari dimana pernikahan Asha dan Ega dilaksanakan di hotel bintang lima. Acara ijab kabul mereka hanya di hadiri beberapa keluarga terdekat saja dari keluarga mempelai pria dan wanita karena Asha tak ingin banyak orang yang mengetahui hubungan perjodohan pernikahan mereka, ia masih berharap suatu saat bisa kembali lagi dengan Dion.
Saat ini mereka telah berkumpul semua di dalam gedung untuk menyasikkan ijab kabul yang sakral itu.
Acara ijab kabul di mulai dengan bacaan basmalah dan doa agar acara dapat berjalan dengan penuh berkah, selanjutnya pembacaan ayat-ayat suci Al Quran.
Pak penghulu pun memberikan sedikit khutbah tentang pentingnya pernikahan yang intinya memberikan pengarahan agar hubungan mereka bisa sampai kakek nenek hanya maut yang memisahkan mereka, karena banyaknya penceraian yang pernikahan masih seumur jagung karena mereka saling egois. Pak penghulu berkata pajang lebar memberikan nasehat agar calon pengantin di depannya saling menjaga keutuhan rumah tangganya agar mereka tak pernah mengatakan kata pisah.
Asha yang mendengar penjelasan pak penghulu tanpa ia sadari ia meneteskan air matanya, karena suatu saat ia akan bercerai karena tak ada cinta di antara mereka. Aira yang melihatnya segera mengusap punggung belakang Asha.
"Jangan menangis bunda yakin dia laki-laki yang baik," hibur Aira yang duduk disamping Asha.
Asha tak menjawab perkataan sang bunda, ia memilih diam dan menundukkan wajahnya. Kalau pun baik, aku tak mencintainya juga tak ada gunanya. Aku juga tak mungkin mencintai dia yang tak sebanding denganku, dia hanya tukang sapu di rumah sakit sedangkan aku calon dokter juga pewaris rumah sakit di keluarga Wijaya umpat Asha hanya melirik laki-laki tengil disampingnya yang akan mengucapkan ijab yang berarti sebentar lagi akan menjadi suaminya sahnya.
Raka Wijaya segera menjabat tangan calon menantunya yaitu Asegaf Albramata untuk melafalkan ijab kabul.
"Saya nikahkan engkau Asegaf Albramata bin Ahmad dengan putriku Ashanum Ananda Wijaya dengab kawin seperangkat alat sholat dan cincin berlian 5gr dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Ashanum Ananda binti Raka Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin 5 gr dibayar tunai."
"Gimana para saksi."
"Sah." Jawab semua orang yang ada.
Raka dan Aira kini bernafas dengan lega, karena ketiga putra dan putrinya sudah menikah tak ada beban lagi yang ada dipikirannya.
Ega langsung memasangkan cincin di jari manis Asha. Sedangkan Ega segera mengulurkan tangannya, namun Asha tak kunjung mencium tangannya. Ega pun menarik tangannya secara perlahan lalu tersenyum.
"Asha kamu cium tangan suami kamu," tegas Raka yang hanya dapat di dengar oleh Asha karena Raka berbicara dengan pelan.
Asha segera mengambil tangan Ega, untuk menciumnya dengan terpaksa. Ega mengusap kepala Asha lalu melantunkan sebuah doa.
"Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha 'alaihi. Wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaihi."
Artinya : "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan yang Engkau tetapkan atas dirinya."
Satu kecupan mendarat dipucuk rambut Asha.
"Sialan kenapa juga huras menciumku segala, awas saja pembalasanku nanti. Dasar orang miskin mencari kesempatan dalam kesempitan saja," umpat Asha dalam hatinya.
"Alhamdulilah." Dan mereka semua membaca Alhamdulilah." Dan mereka semua membaca doa.
****
Acara pun telah selesai semuanya berkumpul di ruangan utama hotel Wijaya. Ega duduk disamping Asha dan Nathan, kini ia mulai canggung harus berbuat apa karena ia tak saling kenal.
"Nak Ega, Asha sudah jadi tanggung jawab kamu sekarang. Semuanya papa serahkan kepadamu. Semoga kua bisa membimbing dia menjadi lebih baik lagi," Raka memberikan sedikit nasehat.
"Ega, akan berusaha menjadi suami yang terbaik pa. Tapi Ega butuh bimbingan dari papa dan bunda," ucapnya merendah. "Maaf juga jika aku tak mampu memberikan kemewahan untuk Asha tapi insyaallah aku mampu bertanggung jawab kehidupan sehari-hari kami," jelas Ega lagi.
"Nak Ega, kamu bekerjalah di hotel papa atau rumah sakit kami. Istrimu ini anak yang suka shopping dan menghamburkan uang, papa takut jika kamu tak mampu mengimbanginya. Papa akan memberikan jabatan untukmu," saran Raka yang tak ingin menantu dan anaknya menderita.
Dasar laki-laki mata duwitan pasti dia mau menikahiku karena ingin harta dari keluarga Wijaya umpat Asha dengan sinis menatap Ega.
"Pah, aku memang orang tak punya tapi aku ingin berusaha mandiri. Biarlah kami hidup dan berusaha sendiri, aku senang dengan apa yang aku kerjakan ini, aku menjamin Asha tak akan kelaparan," tolak Ega.
"Apa aku tak salah dengar?" tegas Asha. "Jangan sok menolak, pasti kamu menikahiku juga karena tergiur harta keluarga Wijaya kan?! Aku bukan wanita bodoh yang bisa tertipu oleh sikapmu yang sok sederhana itu," hardik Asha sinis.
"Asha! Jaga bicara kamu! Dia suami kamu!" tegas Aira. "Hormati dia, apa begini cara bunda mendidik kamu," kata Aira yang geram dengan sikap putri sulungnya itu.
"Kamu sabar ya dek, Asha anaknya suka ceplas ceplos sebenarnya dia baik tapi beberapa tahu ini dia salah pergaulan jadi begini," ucap Nathan lembut pada Ega.
"Iya bang, aku paham. Mungkin kita butuh proses untuk semua ini, apa lagi kita tak saling kenal," jawab Ega.
"Nak Ega, semuanya tentang Asha aku serahkan ke kamu. Papa percaya apa yang kamu ambil itu semua pasti yang terbaik buat kalian," kata Raka yang sudah pasrah menghadapi Asha.
"Pah, bun, Ega akan mengajak Asha tinggal di rumah kecilku. Setelah ini aku pamit untuk membawa Asha tinggal bersama denganku, walaupun rumahku mungkin hanya seperempat teras rumah keluarga Wijaya tapi masih bisa untuk kita tempati," tutur Ega.
"Aku tak mau, aku mau tinggal di rumah yang mewah bukan gubuk reyok milikmu," hina Asha. "Kerja kamu saja hanya tukang sapu pasti rumahmu jelek," cibir Asha.
bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Linta Nanda
Reyot
2022-05-06
0
Fhebrie
asha.. sombong sekali sih
2021-12-18
0
Anggun Ratu
ega horang kayaa..mas kawin aja cincin berlian
2021-08-20
0