"Pagi..." sapa Arnold lalu mengecup kening istrinya dan kembali mendekapnya erat.
"Jam berapa sekarang?" tanya Nina sambil menghirup nafas dan aroma maskulin suaminya.
"Em... Masih jam 6.30, apa ada acara?" jawab Arnold lalu melepaskan dekapanya. Nina hanya menggeleng lalu bangun dan memijit bahunya juga tengkuknya yang terasa pegal.
"Hari ini aku ke kantor agak siang... Mungkin sebelum makan siang aku sudah di jemput..." ucap Nina lalu mengecup bibir suaminya sekilas dan kembali berbaring.
"Kamu keliatan lelah sekali, apa tidak mau mengambil cuti? Tidur, ke spa, ke salon atau ya menikmati secangkir teh?" tanya Arnold yang mencemaskan istrinya.
"Em... No... Not to day..." jawab Nina lalu mengelus dada bidang suaminya. "Aku di tuntut selalu baik\-baik saja. Ada tanggung jawab besar di bahuku... Ah andai saja kamu bisa merasakan sedikit saja apa yang ku rasakan..." sambung Nina.
Arnold hanya diam mendengarkan keluh kesah istrinya sambil mengelus rambut hitamnya.
"Pekerjaanmu begitu santai, bisa bermalas\-malasan di rumah, tidur siang, ngemil, memasak, jalan\-jalan... Menyenangkan sekali, tidak ada yang menuntutmu untuk bekerja keras atau ya... Paling tidak menjaga kinerjamu..." ucap Nina sambil memandangi lukisan yang di pajang di kamarnya. "Apa itu baru?" tanya Nina sambil menunjuk lukisan siluet yang menggambarkan wanita dengan gaun panjang.
"Um, ya..." jawab Arnold singkat sambil mengangguk dan tersenyum.
"Bagus aku suka..." puji Nina pada semua lukisan buatan suaminya.
"Benarkah?" tanya Arnold yang tidak benar\-benar antusias tapi langsung di angguki Nina.
Ada rasa sesal yang mendalam dibenak Arnold tiap kali mendengar keluh kesah istrinya, tapi apa daya Dewi Fortuna hanya berpihak padanya sekali. Dapat menikahi Nina adalah sebuah keberuntungan tiada tara bagi Arnold. Tak mau bermalas-malasan di kamar dan makin terbebani dengan pikirannya, Arnold memilih untuk menyiapkan sarapan sembari menunggu istrinya mandi dan bersiap-siap.
"Semalam aku buat ayam panggang, jadi aku cuma menghangatkannya saja..." ucap Arnold lalu mencium bibir istrinya yang tengah merias wajahnya. "Happy anniversary..." sambung Arnold sambil mengecup kening istrinya.
"Oh my god! Anniversary? To day? " tanya Nina terkejut.
"Last night..." jawab Arnold dengan senyum dan menunduk menahan tawanya tiap melihat istrinya kelabakan.
"Really?" tanya Nina tak percaya lalu mengambil kalender di atas lacinya. "Oh my god... I'm so sorry..."
"It's oke Babe..." bisik Arnold sambil memeluk istrinya. "Ku harap semalam kita bisa habiskan waktu berdua. Tapi tidak masalah, lain waktu kita bisa ya... Minum wine, atau ya yang lainnya mungkin..." sambung Arnold santai.
"A-aku... A-ak-aku..."
"Maaf belum bisa menjadi suami yang baik..." potong Arnold lalu mengecup bibir Nina.
"Aku minta maaf, aku terlalu sibuk..." sesal Nina sambil menatap suaminya.
"Ah iya, hari ini aku mau pergi keluar..." ucap Arnold.
"Kemana?"
"Balai budaya, beberapa waktu lalu aku mengajukan pameran di sana. E-mailku di baca. Kebetulan menejernya teman kuliahku dulu..."
"Ah ya... Semoga sukses... Nantiku usahakan pulang lebih awal. Aku yang akan memasak untuk makan malam..." ucap Nina lalu mencium bibir Arnold yang di balas dengan ciuman lembut dari bibir Arnold .
●●●
Nina terlihat jauh lebih awal datang ke kantornya. Bukan karena ingin mengerjakan sesuatu lebih awal dan pulang cepat. Ada alasan sentimentil di baliknya.
"Bisa atur jadwalku sore ini dengan kepala direktur balai budaya?" tanya Nina pada Ani.
"Balai budaya?" tanya Ani memastikan apa yang barusan di dengarnya.
"Ya..." jawab Nina singkat.
Ani hanya mengangguk lalu pergi keluar ruangan untuk mengatur jadwal. Nina tampak gugup, bahkan sequishy berbentuk apel yang tak pernah di sentuhnya pun ia remas sampai tercabik-cabik dalam cengkramannya.
Jangan sampai Arnold pameran, jangan... Nanti dia akan pergi seperti yang lain... Batin Nina panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments