Chapter 4

"Bagaimana menurutmu?" tanya Arnold antusias menunjukkan foto-foto karyanya pada Dave temannya saat masih kuliah dulu yang sekarang menjadi manajer di balai budaya.

"Ini karya seorang master!" pujinya dengan mata yang masih terpaku pada foto-foto karya Arnold. "Kirimi aku semua gambar itu. Aku yakin semuanya akan langsung sold out dalam waktu kurang dari 48 jam!"  sambungnya penuh semangat.

Arnold langsung mengangguk dengan senyum sumringah yang mengembang di bibirnya, saat mendengar kabar sebagus itu.

Wah mantap! Kalau ini lancar setidaknya mertuaku akan sedikit bangga. Nina pasti senang... Batin Arnold senang.

"Sip! Sudah semua... Aku akan mengajukan ini ke kepala direktur. Aku yakin pasti langsung di setujui! Kamu lihat gedung itu..." ucap Dave sambil menunjuk gedung utama balai budaya. "Akanku usahakan semua karyamu dapat tempat yang paling baik, gedung utama!" sambungnya dengan bangga.

"Terimakasih... Terimakasih bantuannya..." ucap Arnold senang sambil menjabat tangan Dave.

Dave langsung mengajak Arnold berkeliling gedung sambil membayangkan bagaimana nanti saat lukisan-lukisan itu di pasang. Dave juga memberitahu harga tiap lukisan yang tengah di pajang sekarang. Arnold hanya mengangguk dan berusaha mempelajarinya dengan cepat, mengingat ini pameran tunggal pertamanya.

Sepanjang perjalanan pulang hanya rasa senang dan semangat yang ada di hati Arnold. Akhirnya karyanya ada yang mengapresiasi selain istrinya. Arnold bahkan sudah membayangkan betapa senang istrinya saat tau harga lukisannya nanti.

"Sayang..." sapa Arnold begitu istrinya mengangkat telfonnya.

"Um ada apa? Kamu terdengar senang sekali, sukses?" tanya Nina lembut.

"Tentu saja! Kata Dave dia bakal usahakan aku bisa pakai gedung utama buat pameran nanti..."

"Wow amazing! Kita harus rayakan kesuksesan mu ini! Aw! Aku menikahi pria yang tepat!" pekik Nina senang.

"Sudahku bilang, sabar sedikit dan kita akan panen lebih besar dari gajimu..." ucap Arnold sesumbar.

"Iya iya... Aku reservasi hotel... Nantiku kirimi alamatnya..." ucap Nina yang langsung mematikan sambungan telefonnya.

●●●

Raut muka Nina langsung berubah, dari awalnya tenang ke ceria dan sekarang tampak sangat judes dan kesal. Tangannya terkenal begitu kuat.

"Ani... Tolong reservasikan hotel untukku. Hanya semalam..." perintah Nina pada asistennya.

"Baik Bu..." jawabnya patuh.

Aku harus apa... Ck! Bagaimana ini... Tenang... Tenang... Ini hanya masalah kecil seperti biasa... Batin Nina bergejolak dan penuh kepanikan.

"Permisi Bu... Reservasinya sudah siap. Alamat seperti biasa sudah saya kirim..." ucap Ani.

"Oh ya... Terimakasih..." jawab Nina gugup lalu mengecek ponselnya.

Tak selang lama Nina langsung pergi setelah taxi pesanannya datang. Nina hanya diam sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan dengan sopir atau ramah tamah seperti biasa. Nina juga hanya membersihkan wajahnya lalu kembali diam bahkan ponselnya yang terus berdering tak di gubris sama sekali. Hanya melihat nama yang tertera lalu mengabaikannya.

"Sayang..." sapa Arnold yang sengaja menunggu Nina di lobi.

Nina langsung memeluknya dan berjinjit untuk mencium bibir suaminya. "Lama?" tanya Nina sambil menggandeng lengan Arnold manja.

"Enggak, baru kok..." jawab Arnold lalu mengecup kening Nina.

Nina hanya tersenyum lalu mengecup pipi Arnold lembut.

Usai cek in dan masuk kamar. Nina langsung melumat bibir suaminya dengan penuh nafsu, sementara Arnold dengan pasrah membalas lumatan Nina dan membiarkannya mendominasi.

"Jangan pergi..." ucap Nina lirih dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Ada apa?" tanya Arnold lalu menggendong Nina yang memeluknya. "Hey... Ada apa? Apa ada masalah?" sambung Arnold lalu duduk di tempat tidur sambil mengelus punggung Nina.

Nina hanya menggeleng. "Aku takut..." bisik Nina ambigu.

"Ah, apa kamu mau main pakai tali sekarang?" hibur Arnold lalu mendekatkan kedua tangannya didepan istrinya. "Aku bawa mainan..." bisik Arnold lalu mengecup leher Nina sambil menghembuskan nafasnya di tengkuk Nina.

"Tidak..." tolak Nina lembut.

"Aaa... Ayolah... Umm... Master..." rengek Arnold begitu senang saat Nina menyakitinya saat bercinta, maklum masokis.

Nina hanya tersenyum penuh arti lalu mulai melepaskan atasan yang di gunakan suaminya dan mengikat tangannya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!