Pagi-pagi sekali Nayla sudah merapikan semua barang bawaannya. Dia sangat bersemangat untuk liburan kali ini. Apalagi setelah mama dan papanya memberikan izin. Nayla saungguh sangat tidak sabar untuk segera sampai disana. Dia sudah membayangkan betapa asrinya tempat yang menjadi tujuannya.
Beberapa saat kemudian terlihat mobil Ryan terparkir dihalaman rumah Nayla. Nayla menatap jam dipergelangan tangannya. Dia tersenyum karena kali ini Ryan benar-benar tak terlambat seperti biasanya. Nayla mengecek sekali lagi barang bawaannya.
Papa dan mama Nayla sudah mengenal Ryan dengan baik. Bahkan mereka juga sudah mengetahui hubungan Nayla dan Ryan. Papa dan mama tidak melarang karena mereka tahu Ryan adalah anak yang baik. Selain itu papa dan mama juga tahu jika putrinya sangat mencintai Ryan. Ryan sudah sangat akrab dengan papa dan mama Nayla. Jadi dia sudah tidak canggung lagi untuk mengobrol bersama mereka.
“Dek, Ryan sudah datang tuh. Sudah selesai belum berkemasnya? Apa perlu mama bantu.” Kata mama menghampiri Nayla dikamarnya. Keluarga Nayla terbiasa memanggilnya dedek karena dia adalah anak terkecil.
“Iya Ma Nayla sudah siap.” Jawab Nayla sembari menjinjing ranselnya.
“Jangan lupa obatnya dibawa, bawa selimut juga.” Lanjut mama mengingatkan. Nayla memang sedang rutin mengonsumsi obat pereda nyeri. Setelah melakukan operasi besar beberapa tahun lalu.
“Iya Ma, tapi kata Irma disana sudah disiapkan selimut Ma. Jadi tak perlu bawa selimut lagi.” sahut Nayla tersenyum.
“Ya sudah ayo temui Ryan dia sudah menunggumu didepan.” Ajak mama. Nayla pun berjalan beriringan dengan mama.
Diruang tamu Ryan terlihat sedang ngobrol bersama papa. Mama dan Nayla menghampiri mereka.
“Sudah siap Nay?” tanya Ryan memastikan.
“Sudah ayok jalan.” Ajak Nayla tersenyum.
“Baiklah kalau begitu Om, Tante kami pamit dulu ya.” Kata Ryan berpamitan dengan sangat sopan. Tak lupa dia bersalaman dan mencium tangan papa dan mama Nayla.
“Hati-hati ya, tolong jaga Nayla.” Kata papa menatap Ryan.
“Beres Om Ryan pasti akan selalu menjaga Nayla.” Jawab Ryan meyakinkan.
“Nayla berangkat ya Ma, Pa.” sambung Nayla berpamitan.
“Hati-hati ya dek. Jaga kesehatanmu dan jangan lupa hubungi mama sesampainya disana.” Kata mama setelah mengecup kening Nayla.
“Iya Ma, papa dan mama tak perlu mengkhawatirkan Nayla. Nayla sudah besar dan bisa jaga diri sendiri.” jawab Nayla menenangkan orang tuanya.
“Kami berangkat ya Om, Tante. Assalamualaikum.” Lanjut Ryan memberi salam.
“Waalaikum salam.” Jawab papa dan mama bersamaan.
“Dah Ma… Pa…” sahut Nayla seraya masuk ke dalam mobil lalu melambaikan tangannya. Setelah itu mobil Ryan melaju menuju rumah Irma.
Setelah semua personil lengkap, Ryan segera melajukan mobilnya menuju vila sesuai arahan Irma. Sepanjang jalan Nayla dan Irma tak henti berceloteh. Sesekali Ryan ikut menimpali obrolan mereka. Perjalanan ini menjadi sangat menyenangkan. Tak ada rasa bosan dan jenuh. Berkat kelucuan Irma perjalanan mereka selalu penuh tawa.
Setelah cukup lama berkendara, akhirnya mereka sampai juga. Mereka sampai disana menjelang sore. Rasanya sangat pegal dan lelah berada di dalam mobil hampir seharian. Mereka langsung menuju kamar yang telah disiapkan. Penjaga villa telah mempersiapkan dua kamar untuk mereka. Jadi Irma dan Nayla akan tidur di kamar yang sama. Sementara kamar lainnya akan digunakan oleh Ryan. Mereka merebahkan diri mereka sejenak dan beristirahat.
Mereka baru keluar kamar selepas magrib. Setelah Bu Siti mengintruksikan jika makan malam telah siap. Mereka semua menuju meja makan. Benar saja disana sudah tersaji beberapa menu yang terlihat menggiurkan. Tanpa menunggu lama mereka langsung melahap semua yang ada disana.
Selesai makan Irma mengajak mereka bercengkrama di balkon lantai 2 vilanya. Dari sana mereka bisa melihat hamparan kebun teh milik keluarga Irma. Dimalam hari pemandangan tersaji indah dari atas sana. Banyak sekali kerlap-kerlip lampu yang berwarna-warni menghiasai salah satu spot di tengah hamparan kebun itu. Layaknya sebuah taman yang dipenuhi cahaya lampu.
“Wah… indah sekali.” Kata Nayla seraya menghirup udara malam.
“Iya udaranya juga sejuk. Sungguh sangat menenangkan.” Sambung Ryan ikut memuji.
“Yang banyak lampunya itu apa Ir? Kelihatannya tempatnya sangat cantik.” Lanjut Nayla seraya menunjuk kearah yang dimaksud.
“Itu namanya Danau Hijau. Danau itu letakknya tepat ditengah-tenggah kebun. Papa sengaja merancang kebun itu seperti taman. Sehingga banyak warga sekitar yang menjadikan danau itu salah satu tempat bersantai dikala libur.” Jawab Irma menjelaskan.
“Itu milik keluargamu juga?” sahut Ryan memastikan. Irma hanya mengangguk sembari tersenyum. Ryan dan Nayla tercengang karena tak menyangka jika keluarga Irma sungguh memiliki sebuah taman dan danau.
“Lalu kenapa namanya Danau Hijau?” tanya Nayla penasaran.
"Sebenarnya aku yang memberi nama itu. Sejak aku kecil aku suka sekali bermain di danau itu. Bahkan aku juga sangat suka melihatnya dari atas sini. Dulu masih belum secantik ini, belum ada lampu-lampu dan yang lainnya. Hanya ada hamparan kebuh teh dan hijaunya rumput mengelilingi danau tersebut. Sejauh mata memandang hanya hamparan hijau yang terlihat. Maka dari itu aku sering menyebutnya Danau Hijau. Lalu sejak saat itu papa pun membuatkanku taman disana dan memberi nama danau itu sebagai Danau Hijau.” Jawab Irma menjelaskan panjang lebar. Nayla dan Ryan mendengarkan dengan seksama sembari mengangguk. Kemudian mereka kembali menikmati keindahan alam yang ada dihadapan mereka.
Setelah puas menikmati pemandangan malam. Ryan menarik dirinya dari mereka berdua. Dia melangkah menuju kamarnya untuk mengambil gitarnya. Ryan sengaja membawa gitar bersamanya. Ryan memang penyuka musik dan suaranya pun sangat merdu. Beberapa kali dia juga sempat memenangkan kejuaraan menyanyi.
“Kita nyanyi-nyanyi yuk.” Ajak Ryan setelah bergabung kembali.
“Kamu bawa gitar Yan?” tanya Nayla menatap Ryan.
“Iya lah ini gitar emang apaan?” jawab Ryan dengan candaan.
“tlTumben kamu pinter Yan.” Sahut Irma tersenyum mengejek.
“elEnak aja kamu, aku memang pinter dari dulu.” Celetuk Ryan sedikit kesal.
“Nay aku punya lagu untukmu.” Lanjut Ryan sembari duduk.
“Coba nyanyiin.” pinta Nayla. Ryan langsung memposisikan gitarnya.
Jreengg…. Ryan mulai memetik gitar ditangannya. Nayla dan Irma menghampiri Ryan. Ryan mulai mengeluarkan suara merdunya. Dia menyanyikan sebuah lagu dari ‘Andra n The Back Bone’ yang berjudul ‘SEMPURNA’. Ryan sengaja menyanyikan lagu itu karena lagu itu merupakan salah satu lagu kesukaan Nayla. Nayla dan Irma menikmati permainan gitar dan nyanyian Ryan. Bahkan mereka ikut bersenandung bersama sembari bertepuk tangan mengikuti irama petikan gitar Ryan.
Suasana romatis tercipta diantara mereka. Sepoi-sepoi angin menemani malam mereka. Nayla dan Ryan saling bertukar tatapan dan senyuman hangat. Sorot mata mereka menunjukkan besarnya cinta mereka. Irma sang jomlo sejati pun bisa merasakan betapa dalam tatapan mata mereka. Irma ikut senang melihat kemesraan mereka. Irma sangat tahu seberapa besar dan dalam cinta mereka.
Jangan lupa Like, Vote, dan komennya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments