Perkuliahan pun selesai, semua mahasiswa berhambur meninggalkan kelas. Begitupun dengan Ryan, Nayla, dan Irma. Namun hari ini Ryan enggan berpisah lebih cepat dengan Nayla. Sehingga dia berencana mengajak Nayla pergi menghabiskan waktu bersama.
“Nay jalan yuk?” ajak Ryan.
“Kemana?” tanya balik Nayla menatap Ryan.
“Ketempat yang kamu suka. Tapi kali ini kita berdua aja ya.” Bisik Ryan seraya melirik Irma. Kali ini dia benar-benar hanya ingin berdua dengan Nayla.
"Gak mau ah kalau cuma berdua. Kalau Irma ikut aku setuju.” Jawab Nayla menolak. Dia merasa tidak enak jika harus meninggalkan sahabatnya itu.
“Gak papa lagi Nay kalian jalan berdua aja. Lagi pula hari ini aku ada janji sama mama. Kalian harus sering menghabiskan waktu berdua. Biar bisa romantis-romantisan iya kan Yan?” kata Irma melirik Ryan. Ryan mengangguk cepat menyetujui perkataan Irma.
“Tapi Ir…. Aku…” Nayla ingin menolak. Tetapi Irma memberinya tatapan tajam. Spontan Nayla menghentikan ucapannya.
“Udah kamu pergi aja. Apa kamu gak kasihan tuh sama Ryan mukanya memelas gitu.” Sahut Irma terkekeh mengejek Ryan.
“Awas kamu ya bilang mukaku memelas lagi. Tapi gak papa, kali ini aku maafin kamu karena hari ini kamu sangat pengertian padaku.” Kata Ryan menepuk pundak Irma.
“Ok kalau gitu aku dan Ryan anterin kamu pulang dulu. Aku harus memastikan jika sahabatku ini pulang dengan selamat. Setuju kan Yan?” tanya Nayla memohon.
“Ya sudah ayo berangkat. Kesepakatan telah dibuat.” Jawab Ryan menggandeng tangan Nayla. Dia ngeloyor begitu saja meninggalkan Irma. Mau tidak mau Irma menuruti kemauan sahabatnya itu. Dia tahu betul jika Nayla paling tidak suka ditolak. Atau dia akan marah besar padanya nanti dan masalah akan semakin runyam.
Ryan dan Nayla mengantar Irma sampai kerumahnya. Tak lupa mereka saling tersenyum dan melambaikan tangan sebelum mobil Ryan kembali melaju. Kini mobil Ryan menuju ke sebuah taman. Tempat yang sangat bersejarah bagi mereka. Sesampainya disana Ryan menggandeng lembut tangan Nayla dan membawanya ke sebuah bangku yang ada dibawah pohon. Mereka duduk disana sembari mengenang masa indah mereka.
“Kamu ingat tempat ini Nay?” tanya Ryan menatap lembut Nayla.
“Aku selalu ingat dan gak akan pernah melupakan tempat ini.” Jawab Nayla tersenyum. Terlihat sekali kebahagiaan menyertai senyumannya.
“Aku juga gak akan pernah ngelupain tempat ini. Disini pertama kali kita ketemu. Dulu kamu dan Irma duduk dikursi ini” kata Ryan mencoba membawa kembali kenangan itu.
“Dan kamu tiba-tiba datang, terjatuh dan menumpahkan es cream kebajuku. Kau tahu saat itu aku merasa sangat kesal padamu.” Sahut Nayla melanjutkan cerita Ryan.
“Aku sungguh tidak sengaja waktu itu. Apa kau tahu saat itu aku justru merasa senang bertemu denganmu. Meski waktu itu kita belum saling mengenal.” Jawab Ryan tersenyum.
“Kamu ya udah ngotorin bajuku bukanya merasa bersalah malah merasa senang lagi.” gerutu Nayla.
“Aku senang karena bisa bertemu dengan gadis secantik dirimu.” Kata Ryan memuji Nayla.
“Dasar gombal.” Sahut Nayla merona. Nayla menyembunyikan wajah malunya. Dia yakin jika saat ini wajahnya sudah benar-benar merah.
Ryan terkekeh melihat ekspresi Nayla. Ryan selalu suka menggoda Nayla karena Nayla terlihat begitu imut saat sedang merona malu. Ryan kemudian menggenggam tangan Nayla. Berusaha menyampaikan seluruh perasaan hatinya.
“Setelah itu tak disangka kita menjadi teman satu sekolah saat SMA. Aku sangat senang saat tau kau menjadi teman satu sekolahku. Sejak saat itu aku berniat untuk mengejarmu dan menjadikanmu milikku.” Kata Ryan mengungkapkan perasaannya selama ini.
“Pantas saja sejak kelas X kamu selalu mendekatiku.” Cibir Nayla.
“Aku harus gerak cepat agar tak keduluan oleh yang lain.” Sahut Ryan cepat.
“Kamu juga pasti ingat kan ditempat ini juga aku nembak kamu dan kita jadian.” Kata Ryan lanjut mengenang momen romantis mereka.
“Ya aku sangat ingat. Bahkan saat itu kau pun melibatkan Irma dalam rencanamu.” Jawab Nayla menyandarkan kepalanya kebahu Ryan.
“Karna hanya Irma satu-satunya sahabatmu yang bisa diandalkan. Kamu juga akan bersedia pergi jika Irma yang mengajakmu. ” Sahut Ryan.
“Karena Irma adalah sahabat terbaikku. Bahkan aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri. Selama ini hanya dia yang selalu menemaniku.” Jawab Nayla mengatakan arti Irma baginya.
“Aku tahu Irma adalah orang yang penting bagimu.” Sahut Ryan. Nayla mengangguk pelan.
“Kau tahu Nay sebenarnya kamu adalah cinta pertamaku. Kamu satu-satunya cewek yang berhasil membuatku jatuh cinta. Bahkan setelah bertemu dengan mu aku tak menginginkan yang lain lagi.” kata Ryan kemudian merangkul pundak Nayla yang bersandar pada bahunya.
“Benarkah kau tidak sedang berbohong kan?” tanya Nayla memastikan.
“Sungguh aku tak bohong, kau lah yang pertama.” Sahut Ryan meyakinkan.
“Iya… iya aku percaya.” Jawab Nayla mengangkat kepalanya dan menatap Ryan. Sejenak mereka saling menatap dan tersenyum.
“Kamu tunggu disini sebentar ya. Aku punya sesuatu buat kamu.” Kata Ryan bangkit dari duduknya.
“Emm… apa itu?” tanya Nayla penasaran.
“Tunggu saja disini.” Sahut Ryan.
“Ok baiklah.” Jawab Nayla nurut. Lalu Ryan beranjak meinggalkannya. Entah apa yang akan diberikan Ryan pada Nayla.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Ryan kembali. Terlihat dia membawa dua buah es cream coklat kesukaan Nayla. Nayla tersenyum senang dengan mata yang berbinar. Ryan sungguh bisa membuat Nayla merasa senang. Ryan memberikan satu es cream itu pada Nayla. Dengan semangat Nayla menerimanya.
“Ini dia es cream coklat kesukaan tuan putriku. Silahkan dinikmati tuan putri yang cantik.” Kata Ryan seraya membungkuk.
“Wah… terimakasih pangeranku.” Jawab Nayla sumringah. Lalu dengan cepat Nayla membuka dan menikmati es cream itu. Ryan kembali duduk disamping Nayla. Ryan senang melihat senyum bahagia Nayla. hanya dengan sebuah es cream mampu membuat Nayla tersenyum senang.
“Terimakasih ya buat es creamnya.” Kata Nayla disela menikmati es creamnya.
“Kamu suka?” tanya Ryan. Nayla mengangguk mengiyakan.
“Kamu selalu aja tahu apa yang aku mau.” Lanjut Nayla memuji Ryan.
“Iya dong Ryan selalu tahu apa yang Nayla inginkan, karena aku sangat mencintaimu.” Jawab Ryan membuat Nayla meleleh.
“Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu.” Jawab Nayla dengan tatapan lembut.
“Terimakasih karena sudah mencintaiku. Kau akan selalu menjadi yang terpenting dalam hatiku.” Kata Ryan membalas tatapan Nayla. Ryan selalu bisa mengatakan kata-kata romantis untuk membuat hati Nayla tak karuan. Ini lah salah satu hal yang disukai Nayla dari Ryan. Dia begitu sangat memanjakannya. Memperlakukannya dengan begitu lembut.
Kemudian mereka menikmati es cream dibawah rindangnya pohon. Tiupan angin menambah kesyahduan diantara mereka. Tak banyak kata yang mereka ucapkan. Dengan perlakuan kecil ini saja sudah membuat mereka merasa senang. Merasa paling diciintai satu sama lain.
Kalo suka dengan karya ku ini beri Like, Vote, dan komen nya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓2 like
Sukses dan selalu semangat ya kakak Author❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-21
1
Yuvita Natalia
semoga Ryan dan Nayla selalu bersama 😘 tetap semangat nulis nya Thor 😘
mari kita saling mendukung ❤️
2021-01-12
1
zaraaa
ade sikit salah eja
cuba kalian baca betul betul
2020-12-21
2