Nayla dan Irma sudah menjalin persahabatan sejak lama. Selama ini hanya Irma lah orang yang bisa memahami Nayla. Irma selalu bisa membaca fikiran Nayla tanpa dia harus bercerita. Nayla dan Irma sama-sama memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Hampir disetiap mata kuliah nilai mereka bersaing untuk menempati urutan teratas. Namun hal itu tak lantas membuat mereka saling menjatuhkan. Justru mereka saling membantu ketika satu diantara mereka tidak bisa memahami pelajaran dengan baik. Itulah persahabatan mereka, persahabatan yang tanpa pamrih. Tak pernah segan untuk berbagi.
Berbeda dengan Nayla dan Irma, Ryan bisa dibilang tak sepintar mereka. Dia akan selalu berada jauh dibawah kedua sahabat itu. Namun demikian nilai yang didapatkan Ryan tak bisa dibilang buruk. Meski untuk mendapatkan nilai itu dia harus berusaha lebih giat. Terkadang rasa malas dan bosan sering menghampirinya. Tetapi Nayla dan Irma selalu berusaha membantu dan mengingatkannya dalam belajar. Sepertinya keberadaan Nayla dan Irma berdampak sangat positif untuk Ryan.
Siang ini mereka bertiga baru saja selesai mengerjakan ujian. Banyak mahasiswa/I yang mengeluh jika mata kuliah ini sangat sulit. Tak banyak dari mereka yang bisa memahami materi yang diberikan dosen. Tetapi bagi Nayla dan Irma sepertinya hal itu bukanlah masalah besar. Mereka selalu bisa memahami dan mengerti setiap materi yang diberikan. Bahkan sang dosen pun memberikan pujian kepada mereka. Tak ayal hal tersebut membuat mereka selalu dikejar oleh teman sekelasnya. Hanya untuk meminta bantuan kedua sahabat itu untuk membantu mereka belajar.
“Huh… akhirnya selesai juga ujiannya.” Kata Ryan menghembuskan nafas kasar sembari meregangkan otot-ototnya.
“Ngerjain ujian aja kayak abis nyangkul sawah kamu Yan.” Sahut Irma melirik Ryan.
"Kayaknya lebih mending nyangkul sawah deh dari pada ngerjain soalnya tadi. Kalo nyangkul kan paling-paling cuma capek di badan. Lah kalo ini capeknya badan dan fikiran.” Jawab Ryan menggerutu.
“Memang kamu udah pernah nyangkul apa? Pekerjaan nyangkul itu tidak mudah Yan. Para petani juga harus melakukan perhitungan yang tepat agar menghasilkan produksi yang maksimal. Kamu jangan meremehkan para petani.” Sahut Irma menghardik Ryan.
“Eh… bukan begitu maksudku. Aku hanya…. Ah… sudahlah aku tidak akan pernah menang jika berdebat denganmu.” Jawab Ryan mencoba menghindari perdebatan.
“Makanya jangan suka meremehkan pekerjaan orang.” Kali ini Nayla yang berkomentar.
“Iya.. iya maaf, kalian selalu saja kompak saat menyudutkanku.” Gumam Ryan sedikit kesal. Kemudian mereka segera membereskan barang mereka.
Setelah selesai mereka bergegas meninggalkan kelas. Namun belum sampai mereka keluar dari pintu. Terdengar seseorang memanggil Irma. Irma yang mendapat panggilanpun menarik nafas panjang. Dia tahu siapa yang memanggilnya itu. Orang yang selama ini paling tidak ingin ditemui Irma. Bukan karena benci tetapi Irma malas bertemu dengannya. Pasalnya setiap bertemu, orang itu akan selalu mengganggunya. Semua orang tahu jika orang itu menyukai Irma. Namun tidak dengan Irma, sikap agresifnya justru membuat Irma merasa kesal dan terganggu.
“Irma tunggu….” Seru Leo seraya berlari menghampiri mereka. Dengan berat hati Irma membalikkan tubuhnya. Meski dia sangat malas bertemu dengan Leo. Tetapi dia paling tidak suka dianggap sombong dan angkuh.
“Ada apa?” tanya Irma ketus.
“Galak amat sih cantik. Aku cuman mau minjam buku aja kok.” Jawab Leo tersenyum manis.
“Buku apa?” tanya Irma lagi singkat masih dengan nada ketusnya.
“Buku catatan kuliah kemaren. Aku kemaren gak masuk kuliah. Jadi aku mau pinjam catatanmu. Kamu bawa bukunya tidak?” jawab Leo dengan sangat ramah.
“Maaf tapi aku tidak bawa bukunya hari ini. Mungkin kau bisa pinjam teman yang lain.” Kata Irma tanpa mengecek isi tasnya.
"Kalau begitu kita ambil saja kerumahmu, yuk aku antar. Setelah ini kan kita tidak ada jam kuliah.” Pinta Leo penuh harap.
“Eh… mana bisa, aku sudah ada janji dengan Nayla dan Ryan. Besok saja aku bawakan atau kau pinjam saja dengan yang lain.” Sahut Irma menolak mentah-mentah.
“Tidak… tidak aku akan menunggu besok saja. Ya sudah kalau begitu kau pergi saja dengan Nayla dan Ryan.” Jawab Leo sedikit kecewa. Namun dia tetap berusaha tersenyum.
“Ok ayo Nay.” Ajak Irma menarik tangan Nayla.
“Sabar bro yang penting pepet terus.” Bisik Ryan pada Leo. Leo mengangguk setuju. Setelah itu Ryan segera menyusul Nayla dan Irma.
Mood Irma menjadi tidak baik karena Leo. Bukannya perihatin, Nayla dan Ryan malah terkekeh melihat wajah Irma. Irma semakin dibuat kesal dengan tingkah kedua orang yang ada disampingnya itu.
“Ketawa aja terus!!” celetuk Irma dengan kesalnya.
“Habisnya kamu lucu. Kenapa sih kamu selalu menghindari Leo. Padahal dia tuh cinta mati loh sama kamu.” Jawab Ryan menggoda Irma.
“Kamu nyebelin banget sih…. Bukanya ngehibur aku malah bikin aku tambah kesel. Ih…..” sahut Irma langsung memukul pundak Ryan dengan keras.
“Aduh!! Ampun Ir… sakit. Nay tolong aku….” Seru Ryan sembari berlari memutari Nayla menghindari pukulan Irma.
“Jangan tolongin Nay, biar dia rasain. Sini kamu kalau berani.” Tantang Irma dengan kesalnya.
“Bisa gak sih kalian sehari aja gak berantem. Kayak anak kecil tahu gak.” Kata Nayla lantang. Matanya menatap mereka berdua dengan tajam. Ryan dan Irma langsung menghentikan aksi kejar-kejarannya.
“Lagian kamu kenapa sih Ir gak suka banget liat Leo. Padahal dia ganteng loh, badanya juga proporsional. Apa coba yang kurang dari Leo?” tanya Nayla menyelidiki.
“Aku cuma gak suka aja sama sikap agresif dia. Selain itu dia juga playboy.” Jawab Irma tegas.
“Kayak kamu tahu aja kalau dia playboy?” sahut Ryan.
“Ryan diam dulu, aku masih bicara sama Irma.” Jawab Nayla penuh penekanan. Ryan langsung menutup mulutnya dengan tangannya sembari mengangguk.
“Kamu boleh gak suka sama dia. Tapi jangan besikap ketus kayak gitu. Kalau dia sakit hati gimana?” tanya Nayla lagi menasehati Irma.
“Iya aku tahu aku salah.” Jawab Irma mengaku salah.
“Bukanya aku nyalahin kamu, aku cuma mengingatkan saja. Ya sudah lupakan saja, gimana kalau kita cari tempat makan saja.” Lanjut Nayla mengalihkan pembicaraan.
“Setuju!!” seru Ryan penuh semangat. Nayla merangkul Irma dan berjalan beriringan. Sedangkan Ryan mengikuti mereka dari belakang.
Saat berjalan menuju parkiran, Ryan teringat dengan sesuatu yang aneh. Sepertinya dia tadi mendengar Nayla memuji Leo tampan dan bertubuh proporsional. Seketika Ryan membulatkan matanya.
“Tunggu dulu Nay. Kamu tadi bilang kalau Leo tampan? Kamu puji pria lain didepanku?” tanya Ryan berdiri didepan Nayla dan Irma.
“Iya aku ngomong gitu, memang kenapa? Itu kan kenyataanya.” Jawab Nayla santai. Dia sengaja menggoda kekasihnya itu. Dia tahu jika saat ini Ryan sedang cemburu.
“Kenapa kamu santai gitu sih? Aku ini pacar kamu loh, kamu gak ngerasa bersalah gitu sudah muji orang lain?” lanjut Ryan.
“Hee..eemmm.” jawab Nayla menggelengkan kepalanya.
“APA!!” seru Ryan lagi mulai kesal.
“Jangan marah dong. Aku memang bilang kalau Leo tampan. Tapi tetap saja yang paling tampan adalah Ryan kekasihku. Aku kan tadi cuma mau membuka mata Irma saja. Jangan marah ya sayang. ” Sahut Nayla mencoba membujuk Ryan dengan kelembutannya.
“Ok karena kamu pandai merayu, aku tidak akan marah. Tapi tidak ada lain kali lagi mengerti?” kata Ryan penuh penekanan seolah mengancam.
"Janji gak akan ngulangin lagi.” sahut Nayla cepat. Kemudian Ryan mengambil alih Nayla dari Irma. Dia menggandeng tangan Nayla dengan erat. Irma hanya mampu menggelengkan kepala dengan sikap Ryan yang sangat mudah luluh dengan rayuan Nayla. Lalu mereka langsung melangkah pergi meninggalkan kampus.
Jangan lupa dukung karya thor beri Like, Vote dan komen ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
HIATUS
like 💞 like 💞 like 💞
2021-03-17
1
_rus
Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam kenal dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁
2020-12-22
1