Tak ada obrolan serius diantara mereka saat menuju rumah makan favorit mereka. Meski mereka berasal dari keluarga yang berada. Namun mereka tak pernah pilih-pilih tempat makan. Justru mereka lebih suka makan dirumah makan yang sederhana. Apalagi yang menyediakan menu nusantara serba sambal. Mereka tak akan pernah ketinggalan untuk mencobanya karena mereka sama-sama pecinta pedas. Bagi mereka makan tidak pedas itu tidak menantang.
“Gimana ujian kalian tadi? Lancar dong pastinya?” tanya Ryan memecah keheningan.
“Alhamdulillah sih cukup memuaskan.” Jawab Nayla yakin.
“Pasti deh nanti Nayla yang akan dapat nilai tertinggi lagi.” sahut Irma memuji Nayla.
“Jangan ngomongin orang, biasanya nilai kamu juga gak jauh beda sama punya Nayla. Gak kayak aku yang selalu tertinggal jauh dari kalian.” Kata Ryan menekankan.
“Pede aja sih sama jawaban sendiri.” jawab Nayla mencoba membuat Ryan percaya diri.
“Makanya jadi orang itu belajar. Jangan bisanya cuma main dan males-malesan.” Celetuk Irma yang justru malah mengejek Ryan.
“Bukanya aku males tapi memang gak punya waktu buat belajar.” Jawab Ryan membela dirinya.
“Gak ada waktu buat belajar tapi punya banyak waktu buat main?” kali ini Nayla ikut memojokkannya. Pasalnya Ryan memang sangat senang menghabiskan waktu diluar rumah.
“Hehehe…. Kalau itu mah porsinya beda.” Jawab Ryan meringis.
“Kamu tuh harus kurangin kegiatan main sama teman-temanmu itu.” Sahut Nayla menasehati.
“Iya aku sekarang udah jarang keluar lagi kok. Sekarang papa mulai menyibukkanku dengan urusan perusahaan.” jawab Ryan.
“Bagus itu jauh lebih bermanfaat.” Lanjut Nayla. Setelah itu mereka kembali diam hingga sampai ditempat tujuan.
Disaat mereka sedang asik menikmati makan siangnya. Nayla terpekirkan sebuah rencana. Mengingat esok hari adalah weekend. Nayla ingin berlibur untuk sekedar menghilangkan penat.
“Weekend besok jalan yuk.” Ajak Nayla menatap Irma dan Ryan bergantian.
“Boleh juga tuh. Udah lama kan kita gak liburan.” Sahut Ryan langsung setuju.
“Pengen sih…. Tapi kayaknya besok aku harus pergi deh.” Jawab Irma sedikit menolak.
“Yah… kamu mau kemana memang?” tanya Nayla sedikit kecewa.
“Aku harus mengontrol perkebunan teh keluarga kami. Itu kegiatan rutinku sebulan sekali sekarang. Kalau sampai tidak aku lakukan pasti papa akan marah.” Jawab Irma menjelaskan.
“Kebun teh? Berarti didaerah pegunungan dong?” sahut Ryan terlihat semangat. Irma hanya mengangguk lemas.
“Wah pas banget tuh. Gimana kalau kita ikut kamu aja? Pasti suasananya sejuk dan enak banget disana.” Lanjut Ryan memberi ide.
“Iya bener juga. Jadi kita bisa liburan dan kamu bisa ngejalanin tugas dari papa kamu. Gimana Ir setuju ya.” Sahut Nayla dengan mata berbinar.
“Boleh juga.” Jawab Irma menyetujui.
“Yes…. Jadi deh kita liburannya.” Kata Nayla sumringah. Nayla terlihat sangat senang karena beberapa hari terakhir dia memang sedang ingin berlibur. Menghabiskan waktu bersama sahabat dan kekasihnya itu.
Sebenarnya sejak SMA mereka bertiga sering sekali berlibur bersama saat weekend. Namun setelah kuliah mereka sudah jarang melakukan itu. Selain karena jadwal kuliah mereka yang padat. Mereka juga sudah mulai disibukkan dengan urusan bisnis keluarga. Terutama Irma dan Ryan, keluarganya sudah mulai mengenalkan bisnis pada mereka. Sedangkan Nayla tidak diperbolehkan terlalu terlibat bisnis keluarga. Alasannya karena perusahaan adalah tanggung jawab kakaknya. Kakaknya jugalah yang kelak akan melanjutkan perusahaan itu.
Selesai makan mereka langsung kembali ke rumah. Seperti biasa Ryan dan Nayla mengantarkan Irma terlebih dahulu. Biasanya Irma selalu diantar jemput oleh supir pribadinya. Tetapi saat pulang kuliah dia lebih sering diantar oleh mereka berdua. Sedangkan Nayla selalu diantar jemput oleh Ryan. Ryan adalah pacar yang sangat pengertian dan penuh perhatian. Dia akan selalu berusaha mengantarkan Nayla kemanapun dia ingin pergi.
“Ngomong-ngomong kebun teh mu itu ada didaerah mana Ir?” tanya Ryan dalam perjalanan.
“Ada di daerah perbukitan kota S.” jawab Irma.
“Ada villa kan? Atau kita bermalam di hotel?” sahut Nayla mencari tahu.
“Tenang saja disana ada villanya kok. Nanti biar aku hubungi penjaga villanya agar mempersiapkan kamar untuk kita.” Jawab Irma membuat Nayla lega.
“Ya udah kalau gitu besok pakek mobil aku aja ya. Besok kalian tunggu dirumah aja biar aku yang jemput kalian.” Kata Ryan menawarkan.
“Ok kalau gitu kita berangkat jam 09.00 pagi ya. Kamu harus datang sebelum jam 09.00 loh. Jangan sampai telat, biasanya kan kamu suka ngaret.” Jawab Nayla menatap tajam kearah Ryan.
“Iya besok diusahain gak akan ngaret.” Sahut Ryan nyengir memperlihatkan deretan giginya.
“Kalau besok Ryan ngaret kita tinggal aja Nay. Nanti biar supirku aja yang nganter kita.” Ancam Irma. Pasalnya Ryan memang suka sekali ngaret dan membuang-buang waktu.
“Jangan ditinggal dong. Iya pasti besok dijamin gak ngaret.” Sahut Ryan memelas.
“Ok aku pegang ya omongan kamu. Kalau sampai kamu ngaret aku bakal tarik kuping kamu sampai panjang. Abis itu aku iket-iket jadiin pita diatas kepalamu.” Kata Irma lagi.
“Astaga Nay kejam sekali temanmu itu. Ada ya cewe sekejam itu.” Celetuk Ryan mengadu pada Nayla sembari bergidik ngeri.
“Makanya jangan macem-macem sama Irma. Dia itu lebih mengerikan dari monster dan zombie yang ada di film-film.” Jawab Nayla semakin menakuti Ryan.
“Emang Irma seperti monster sih.” Sahut Ryan terkekeh.
“Apa kamu bilang?” tanya Irma memukul pundak Ryan.
“Aduh… Ir sakit! Kebiasaan banget deh kamu main pukul-pukul sembarangan. Aku lagi nyetir nih.” Seru Ryan mengaduh kesakitan. Irman terlihat cuek tak menyahuti.
“Berantem aja terus. Udah kaya Tom and Jerry kalian ini.” Gerutu Nayla. Mereka hanya diam tak ada yang berkomentar. Ryan kembali fokus ke jalanan. Sementara Irma terlihat sibuk dengan ponselnya. Nayla hanya menggelengkan kepalanya melihat mereka berdua.
Beberapa saat kemudian mereka sampai dirumah Irma. Irma langsung turun dan mengucapkan terimakasih. Tak lupa dia kembali mengingatkan kepada mereka agar datang tepat waktu. Setelah menurunkan Irma, Ryan kembali melajukan mobilnya. Kali ini tujuanya tentu saja rumah Nayla. Jarak rumah Nayla dan Irma tak terlalu jauh. Jadi tak butuh waktu lama mereka sudah menepi dihalaman rumah Nayla.
“Makasih ya Yan udah nganterin pulang plus neraktir makan.” Kata Nayla setelah turun dari mobil. Tak lupa dia memberikan senyuman manisnya pada Ryan.
“Sama-sama sayang.” jawab Ryan membalas senyuman Nayla.
“Beneran gak mau mampir dulu?” tanya Nayla menawarkan.
“Enggak deh soalnya aku ada urusan penting yang harus diurus. Titip salam aja ya sama mama calon mertua.” Jawab Ryan sembari menaik turunkan alisnya.
“Ya udah kalau gitu sana pulang. Sampai ketemu besok ya.” Kata Nayla melambaikan tangannya.
“Iya sayang.” Jawab Ryan. Lalu Nayla pun membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan mobil Ryan. Namun belum jauh Nayla melangkah Ryan kembali memanggilnya.
“Nay…..” seru Ryan membuat Nayla kembali menengok.
“I love you.” Lanjut Ryan penuh kelembutan. Nayla tersenyum mendapat pernyataan dari Ryan.
“I love you too. Bye…” jawab Nayla dengan sedikit tersipu. Dia kembali melambaikan tangannya. Kali ini dia menatap mobil Ryan tanpa berpaling. Sampai mobil itu benar-benar menghilang.
Kemudian Nayla membawa langkahnya masuk ke dalam rumah. Dia menuju kamarnya dengan wajah yang berseri. Padahal Ryan sudah sangat sering mengatakan hal itu padanya. Tetapi tetap saja setiap Ryan mengatakan kata-kata itu padanya. Hatinya serasa meleleh dan melayang. Apalagi saat Ryan menatapnya dengan lembut dan penuh cinta. Tatapan Ryan memang selalu menjadi kelemahan Nayla. Baginya tatapan Ryan adalah sebuah obat yang dapat membius dirinya.
Bantu Like, Vote, dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments