Pelamar yang mengusili Neo, mulai mendekat diam-diam, matanya menatap bagian depan tubuh Neo dengan curiga. Jemarinya bergerak-gerak bagai capit kepiting, bersiap melakukan tindakan konyol yang ada di dalam kepalanya.
"Kena lu!"
Namun sebelum ia sempat melangkah lebih jauh.
Tap!
Sebuah tangan mencengkeram pergelangannya dengan sangat kuat. Seseorang telah berdiri tepat di sampingnya, sorot matanya dingin dan tajam, menatap si iseng itu dengan wajah kaku.
"Kau mau apa terhadapnya?"
Neo tersentak mendengar suara rendah tetapi menusuk itu. Ternyata, ada beberapa orang yang berada tepat di belakangnya. Ia pun refleks memutar badan dan suasana di sana yang tadinya riuh, kini berubah tegang atas kehadiran seseorang yang tiba-tiba keluar dari pintu aula tempat wawancara tadi. Neo sama sekali tak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria usil itu dan siapa yang baru saja menyelematkannya dari situasi yang tak terduga ini.
"Pak?" Neo berdiri tegap dan menundukkan kepala.
'Ah, sial. Mungkin gara-gara keributan barusan, mereka jadi keluar karenakesal.' Nia mendapati salah satu pria tua yang mewawancarinya sedang mengunci tangan pelamar yang sedari tadi mengusilinya.
Sementara itu, pelamar usil tadi tampak meringis karena jepitan tangan pria tua yang membuatnya sangat kesakitan.
"Pak, apa yang kau lakukan?" ringisnya.
Pria tua yang belum diketahui namanya itu, mendorong tangan sang pelamar usil. "Jika terus membuat keonaran, kau akan kami black list!" ucapnya.
Sementara itu, Neo mengerutkan keningnya. Ia merasa aneh terhadap pria tua ini. Suaranya dan tubuh tegapnya berbanding terbalik dengan wajah tua yang tak memiliki ekspresi itu. Semenjak berada dalam ruangan wawancara, tak ada gestur yang berubah dari sana.
"Saya tak ingin lagi mendengar keributan apa pun di sini." Lalu, pria tua itu menunjuk pelamar usil tadi.
"Khusus kamu, silakan keluar! Kau kami diskualifikasi!"
Pelamar usil itu mendengkus membusungkan dada. "Emangnya kau siapa, Pak Tua? Yang berhak memutuskan semua itu hanya pimpinan perusahaan. Saya ini keponakan manager keuangan. Tak mungkin lah, Pak Presdir membiarkan saya pergi!" Lalu ia membusungkan dada pada pria tua yang baru saja mewawancarai Neo.
Pria tua itu terdiam. Dengan tenang, ia mengeluarkan ponsel. "Kau ke sini dan bawa beberapa orang, Sekarang juga!" Nada yang keluar terdengar cukup keras, dengan melirik tajam pada pelamar usil yang tak mau diusir.
"Baik lah, saya memang bukan pimpinan perusahaan ini. Namun, keputusan saya tak akan bisa dibantah oleh siapa pun. Termasuk pamanmu yang katanya seorang manajer keuangan itu."
Pria tua itu kembali masuk ke ruang wawancara meninggalkan ketegangan yang luar biasa bagi para pelamar lainnya.
Pelamar usil memutar kepala menatap Neo dengan tajam. Dua jemarinya dihadapkan ke depan mata, lalu dihadapkan ke arah Neo. "Gue yang akan diterima menjadi Asisten Pribadi Pak Rockie. Om gue udah mastiin itu."
Neo yang mengingat kejadian tak enak tadi, hanya bisa menghela napas berat. Karena sebuah keyakinan negatif, sudah merasuki dirinya. Ia merasa tak mungkin diterima sebagai asisten pribadi pria tua galak tadi. Jika diterima pun, pasti sangat sulit untuk ia jalani.
'Aku baru menyadari satu hal. Ternyata, menjadi pria itu sangat sulit,' batinnya pasrah ingin balik kanan.
Sebuah tangan menahan pundaknya. "Lo tenang aja, Bro. Gue rasa, perusahaan ini akan merekrut karyawannya dengan cara profesional. Jadi, kita semua memiliki kesempatan yang sama seperti dia," ucap Bagas dengan mantap memberikan anggukan kepala.
'Wah, Bagas sungguh seseorang yang positive vibes banget,' batin Nia bagai melihat Bagas memiliki cahaya di sekitar tubuhnya.
Namun, tiba-tiba kekaguman Neo langsung rusak karena kedatangan serombongan orang yang membuat suasana yang masih terasa tegang, malah menjadi semakin runyam. Pria itu tampak sedikit panik, diikuti oleh beberapa security.
"Om Ben?" ucap pelamar usil tadi menemukan wajah yang ia kenal di antara mereka.
Pria yang dipanggil 'Om Ben' tersebut menoleh pada pelamar usil tadi. Ia terlihat kesal dan mengusap wajah dengan kasar. Dari gelagat anehnya, ada sesuatu yang berusaha disembunyikannya.
"Om Ben, tadi aku ketemu pria tua yang menyebalkan. Nanti bilangin ke Pak Robin, agar memecat dia ya?"
Neo mendengar ucapan pria usil tadi, hanya bisa menggelengkan kepala. Karena, ia melihat sendiri hubungan yang tak bisa ia ungkapan terjalin begitu dalam antara pria tua barusan dengan Pak Robin, sang pimpinan perusahaan ini. Neo memilih mundur dan berdiri bersandar di dinding memperhatikan drama berikutnya. Bagas pun mengikutinya.
"Baru saja Pak Rockie memanggil Om ke sini, Bim. Kau jangan mengganggu," bentaknya menyembunyikan kekalutan.
Pria muda yang ternyata bernama Bimo itu tampak tak puas dengan jawaban pamannya itu. Ia pun mendekat dan mulai merengek bagai balita.
"Om, katanya akan bantu aku untuk bisa bekerja di sini? Harusnya Om bantu laporkan orang jahat itu ke Pak Robin. Kan, ada yang udah semena-mena terhadap keponakanmu ini."
Mendengar pengaduan sang keponakan, Beni terdengar mendengkus penuh amarah. "Siapa yang sudah menjahati keponakan saya?" bentaknya.
"Gara-gara dia tu, Om!" Ia menunjuk Neo yang berdiri menikmati drama di hadapannya. Neo yang ditunjuk pun tersentak menggoyangkan kedua tangan menggelengkan kepala dengan cepat.
Pria yang bernama Beni berjalan dengan mata menyala ke arah Neo. Neo menggeleng ingin mundur, tetapi dinding membuat dirinya tak bisa lagi berpindah dari posisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Safira Aurora
msu lari kmn neo? kira2 bisa pnjat dinding ga?
2025-08-02
0
Anonymous
dibuat Bagas jd pujaan neo yaa
2025-08-02
0
Anonymous
versi jatuh cinta SM bagas
2025-08-02
0