2

Ditengah pekatnya malam sepasang mata ungu samar samar terlihat sedang mengintai di balik rimbunnya semak belukar di perbatasan Kekaisaran Qingshui dan kekaisaran Tiandou Mata ungunya yang setajam elang mengamati setiap detail rombongan keluarga kekaisaran yang melintas di hadapannya. Informasi yang diberikan Master Mo Hui terngiang di benaknya: targetnya adalah putra mahkota, dan ia harus dilenyapkan tanpa meninggalkan jejak.

Namun, hari ini tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Luka di kakinya, hadiah dari hukuman cambuk Feng Yan beberapa hari lalu, terasa semakin perih dan berdenyut. Infeksi mulai menjalar, membuat tubuhnya demam dan lemah. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengabaikan rasa sakit dan fokus pada misinya.

Rombongan itu semakin mendekat. Xin Lan mengatur napasnya, mempersiapkan diri untuk melompat keluar dan menyerang. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena takut, tapi karena antisipasi. Ia telah dilatih untuk membunuh sejak usia dini, dan ia tidak pernah gagal dalam misinya.

Namun, kali ini ada yang berbeda. Rasa sakit di kakinya semakin tak tertahankan. Pandangannya mulai kabur, dan kepalanya terasa berputar. Ia mencoba untuk tetap sadar, tapi sia-sia. Tubuhnya menolak untuk bekerja sama.

Tiba-tiba, dunia di sekitarnya mulai berputar dengan cepat. Xin Lan kehilangan keseimbangan dan jatuh dari tempat persembunyiannya. Ia berguling menuruni lereng kecil, tubuhnya menghantam bebatuan dan akar pohon. Rasa sakit yang menusuk membuatnya mengerang pelan.

Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia melihat seorang pemuda berjalan mendekatinya. Wajah pemuda itu dipenuhi dengan kekhawatiran. Ia berlutut di samping Xin Lan dan dengan hati-hati mengangkatnya.

"Bertahanlah," kata pemuda itu dengan suara lembut. "Aku akan membantumu."

Xin Lan mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tercekat di tenggorokannya. Ia hanya bisa menatap pemuda itu dengan tatapan kosong.

Kemudian, dunia menjadi hitam.

Ketika Xin Lan membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang asing. Dindingnya terbuat dari kayu yang diukir dengan indah, dan ruangan itu dipenuhi dengan aroma herbal yang menenangkan. Ia berbaring di atas tempat tidur yang empuk, ditutupi dengan selimut sutra yang hangat.

Ia mencoba untuk bangun, tapi tubuhnya terasa sangat lemah. Ia menyadari bahwa kakinya telah diperban dengan rapi.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan seorang pemuda masuk. Xin Lan mengenalinya sebagai pemuda yang telah menemukannya di perbatasan.

"Kau sudah bangun," kata pemuda itu dengan senyum lega. "Bagaimana perasaanmu?"

Xin Lan tidak menjawab. Ia hanya menatap pemuda itu dengan waspada. Ia tidak tahu siapa pemuda ini.

"Jangan Takut." kata pemuda itu, seolah membaca pikirannya. "Aku tidak akan menyakitimu. Namaku Xiao Zhang!."

Xin Lan masih tidak percaya. Ia telah diajarkan untuk tidak mempercayai siapa pun selain Master Mo Hui. Namun, ada sesuatu dalam tatapan pemuda bernama Xiao zhang itu yang membuatnya merasa aman.

"Mengapa kau membantuku?" tanya Xin Lan dengan suara serak.

Pemuda berusia sekitar 12 tahun itu tersenyum. "ya...Karena kemarin malam kau terluka dan tentu saja membutuhkan bantuan!.Jadi,Aku tidak bisa begitu saja meninggalkanmu di sana."

Xin Lan terdiam. Ia tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu baik hati sebelumnya. Namun, Kebaikan ini terlalu aneh untuknya.

"Siapa namamu Kucing kecil?" tanya Xiao Zhang.

Xin Lan ragu sejenak. Ia teringat akan pesan masternya agar tidak mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya.

"Namaku Fen....ah, Ao Xin ," jawabnya pelan.

"Ao xin?!" kata Li Ming, mengulangi namanya dengan lembut. "Namamu sangat aneh."

Xin Lan terdiam. Ia masih berusaha menjaga jarak dengan Pemuda itu.

"Kau berasal dari mana, nona Xin ?" tanya Xiao Zhang bersemangat.

Xin Lan terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia tidak bisa memberitahunya tentang Mo Hui.

"Aku... aku tidak ingat," jawabnya.

pemuda kecil itu menatapnya dengan tatapan penuh simpati. "Ah, Begitu ya," katanya. "Kau akan mengingatnya pada waktunya. Untuk sekarang, kau bisa tinggal di sini bersamaku _"

Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan. Wajahnya lembut dan penuh kasih sayang. Ia menatap Xin Lan dengan tatapan khawatir.

"Xiao Zhang, sudah cukup dengan pertanyaanmu," kata wanita itu dengan nada lembut namun tegas. "Biarkan Nona itu beristirahat. Dia masih lemah."

Xiao zhang menoleh ke arah ibunya dengan ekspresi bersalah. "Maafkan aku, Ibu. Dia sangat manis! Apa aku boleh menjadikannya adik?."

"Husst, Kau ini bersikaplah dewasa!"Ucap ibunya sambil mencubit hidung putranya.

Ibu Xiao zhang tersenyum dan mendekati Xin Lan. Ia membelai rambut Xin Lan dengan lembut.

"Jangan khawatir, Nak," katanya dengan suara menenangkan. "Kau aman di sini. Kami akan menjagamu."

Xin Lan menatap Ibu Xiao Zhang dengan tatapan aneh,Ia belum pernah merasakan hal ini.

"Kau pasti lelah," kata Ibu Xiao Zhang. "Beristirahatlah. Bibi akan membawakanmu sup nanti."

Ibu Xiao zhang kemudian menoleh ke arah putranya. "Xiao zhang, bantu Ibu menyiapkan sup untuk ,Nona ini."

Xiao Zhang mengangguk dan mengikuti ibunya keluar dari ruangan. Sebelum pergi, ia menatap Xin Lan dengan senyum hangat.

"Istirahatlah, Kucing kecil," katanya. "Aku akan segera kembali."

Setelah mereka pergi, Xin Lan menempelkan kembali tangannya ke arah rambutnya yang baru saja di belai oleh wanita itu, Perasaan aneh mulai menjalar di hati kecilnya.

Xin Lan tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa se - aman ini di dekat mereka.

Keraguan mulai menyelimuti hatinya.

...

Di balik pintu yang sedikit terbuka, Xiao zhang diam-diam mengamati Xin Lan. Cahaya Matahari yang menyelinap masuk melalui jendela menerangi siluet tubuh kecilnya yang lentur dan kuat. Sudah 3 hari sejak ia menemukan Xin Lan di perbatasan, dan selama itu, ia telah menyaksikan gadis kecil itu perlahan-lahan pulih dari luka-lukanya.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal di benak Xiao zhang. Xin Lan seringkali menyendiri, tatapannya kosong dan dingin, seolah jiwanya telah lama pergi. Ia jarang berbicara, dan ketika berbicara pun, suaranya Dingin dan datar.

Pagi ini, ia melihat Xin Lan berlatih di kamarnya. Gerakannya cepat dan presisi, seperti seekor kucing yang sedang mengintai mangsanya. Ia melompat, berputar, dan menendang dengan kekuatan yang mengejutkan. Xiao Zhang menyadari bahwa Xin Lan bukanlah gadis biasa. Ia memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa, kemampuan yang hanya dimiliki oleh para prajurit atau pembunuh terlatih.

membuat pemuda itu semakin penasaran. Siapa sebenarnya Xin Lan.

Saat Xin Lan mengakhiri latihannya, ia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ia kemudian menoleh sambil melemparkan belati ke arah pintu dan hampir mengenai Xiao Zhang yang membuat

pemuda itu terkejut dan dengan cepat bersembunyi di balik dinding. Jantungnya berdebar kencang, takut ketahuan.

Namun, Xin Lan tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatap pintu itu selama beberapa saat, lalu berbalik dan kembali duduk di ranjangnya.

Xiao Zhang menghela napas lega. Ia kemudian perlahan-lahan membuka pintu dan mengintip ke dalam kamar Xin Lan.

"Ma maafkan aku ,Karena aku seharusnya mengetuk pintu."Ucap Xiao Zhang.

Xin Lan menghela nafasnya nya dan menatap Xiao Zhang dengan tatapan dingin dan tanpa emosi. "Langsung saja,Apa yang kau inginkan?"

Xiao zhang masih belum terbiasa dengan nada bicara gadis Berusia 5 tahun yang dingin. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. A, anu...,Apa kau mau jalan jalan?."

"Jalan jalan?" Xin Lan mengulangi kata itu dengan nada datar.

Xiao zhang terdiam. Ia tidak tahu bagaimana cara mendekati Xin Lan. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya dialami gadis ini selama ini sampai membuatnya bersikap tidak sesuai dengan umurnya.

"Ah, itu...,Ibuku.., menyuruhku untuk membawamu jalan jalan,Karena sudah 3 hari kau tidak keluar, Setidaknya.... harus ganti Suasana bukan?," kata Xiao zhang akhirnya.

Xin Lan menatap Xiao Zhang dengan tatapan . "Kau? Kau tidak takut padaku?."

"Hey! Kucing kecil! Kau seharusnya dari awal memanggilku Kakak Zhang!," jawab Xiao zhang sambil menyentuh hidung gadis itu. "untuk apa aku takut dengamu? Kau itu sangat manis! Gadis kecil semanis dirimu tidak mungkin menjadi seekor monster bukan?."

Xin Lan Terdiam. "Menurutmu begitu ya?."

"Aku mungkin hanya bisa menebak bahwa kau sepertinya dirawat disebuah sekte persilatan,Tapi...,Semoga saja kau menggunakan belatimu itu untuk berbuat kebaikan ."

Xin Lan terdiam. Ia menatap Xiao Zhang dengan tatapan bingung. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya,Karena ia hanya tahu bahwa ia ditakdirkan sebagai pembunuh.

Xin Lan menatap Xiao Zhang dengan tatapan penuh harapan. "Apakah kau benar-benar berpikir aku bisa menggunakan belatiku untuk hal lain?"

Xiao Zhang mengangguk dengan yakin. " Tentu saja! Aku percaya padamu,Kau bukan orang yang seperti itu, Ao Xin."

...

Pada hari keempat, Xin Lan bersiap untuk meninggalkan kediaman keluarga Yu. Selama ia tinggal di sana, Xiao zhang dan ibunya telah merawatnya dengan penuh kasih sayang, memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk memulihkan diri. Meskipun ia merasa berhutang budi kepada mereka, Xin Lan tahu bahwa ia tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Masa lalunya yang kelam akan selalu menghantuinya, dan ia tidak ingin melibatkan keluarga Yu dalam masalahnya.

Xiao Zhang dan ibunya berusaha menahannya. Mereka khawatir dengan kondisi Xin Lan yang dirasa belum benar-benar pulih.

"ini baru 4 hari! Nona Xin, kau yakin ingin pergi?" tanya Xiao Zhang dengan nada khawatir. "Kau masih lemah. Mengapa tidak tinggal lebih lama lagi?."

Ibu Xiao zhang mengangguk setuju. "Benar, Nak. Jangan pergi dulu. Biarkan kami merawatmu sampai kau benar-benar sembuh."

Xin Lan menatap mereka dengan ekspresi dingin dan datar. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mereka. Ia tidak terbiasa dengan kebaikan dan kasih sayang.

"Aku minta maaf," kata Xin Lan dengan suara Datar. "Aku berterima kasih atas semua yang telah kalian lakukan untukku. Tapi aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Aku harus pergi."

"Tapi mengapa?" tanya Xiao Zhang dengan nada bingung. "Apa yang membuatmu terburu-buru seperti ini? Apa kau takut pada sesuatu?"

Xin Lan terdiam. Ia tidak bisa memberitahu mereka tentang Mo Hui. Ia tidak ingin mereka tahu bahwa ia adalah seorang pembunuh.

"Aku tidak bisa menjelaskannya," kata Xin Lan akhirnya.

Xiao Zhang dan ibunya saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Xin Lan. Mereka bisa melihat ketakutan di matanya.

"Baiklah," kata Xiao zhang dengan nada pasrah. " kami tidak akan menahanmu. Tapi berjanjilah padaku bahwa kau akan menjaga dirimu baik-baik."

Xin Lan mengangguk.

Ibu Xiao zhang mendekati Xin Lan dan memeluknya dengan erat. "Hati-hati di jalan, Nak," katanya dengan suara bergetar. "Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk kembali ke sini. Pintu kami selalu terbuka untukmu."

Xin Lan membalas pelukan Ibu Xiao Zhang dengan canggung. Ia tidak terbiasa dengan sentuhan fisik.

"Terima kasih," kata Xin Lan dengan suara pelan.

Setelah berpamitan dengan keluarga Yu, Xin Lan meninggalkan kediaman mereka. Ia berjalan dengan langkah cepat, tidak menoleh ke belakang. Ia tahu bahwa ia harus menjauh dari mereka secepat mungkin.

...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!