Salju turun dengan lembut, menutupi jalan-jalan di Kota Mingyue dengan lapisan putih yang sunyi. Namun, kedamaian itu hanyalah ilusi. Malam itu akan menjadi sejarah kelam bagi warga Kota Mingyue. Para warga berhamburan keluar rumah, mencari perlindungan dari malapetaka yang tiba-tiba datang. Suara dentingan pedang beradu, jeritan yang memilukan hati, dan tangisan pilu memecah keheningan malam. Tubuh-tubuh tergeletak di mana-mana, menjadi saksi bisu dari kekejaman yang terjadi. Asap hitam mengepul di antara puing-puing bangunan yang hancur dan terbakar, menambah kengerian suasana.
Di tengah kekacauan itu, di kediaman Marquis Liu , seorang wanita tengah berjuang melahirkan. Peluh membasahi wajahnya, napasnya tersengal-sengal, namun matanya memancarkan tekad yang kuat. Di sisinya, berdiri seorang pria dengan aura berwibawa sembari membawa pedang.Marquis Liu Zhong, ayah dari wanita itu. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran dan kemarahan yang bercampur aduk.
Marquis Liu hanya bisa pasrah melihat putrinya melahirkan di tengah kekacauan. Hatinya hancur melihat penderitaan putrinya, Ia mencoba menghentikan proses persalinan itu, membujuk putrinya untuk menyerah, namun sang putri menolak dengan keras kepala.
"Ayah, ini adalah anakku," ucap Liu Mei dengan suara lemah namun tegas, "Anakku dan Pangeran Ketujuh."
Mendengar nama itu, amarah Marquis Liu semakin membuncah. "Liu Mei Lan! Kau masih memikirkan laki-laki durhaka itu!?" bentaknya, suaranya bergetar karena emosi. "Klan Feng nya telah mengkhianati kita, mengkhianati seluruh kota ini! Dia adalah penyebab dari semua penderitaan ini!"
Wanita bernama Liu Mei Lan itu terisak mendengar kata-kata ayahnya. Air mata mengalir di pipinya, namun ia tidak menyangkalnya. "Aku tahu, Ayah," jawabnya lirih, "Aku tahu dia telah melakukan kesalahan. Tapi aku tidak bisa membenci anak ini. Dia tidak bersalah."
Marquis Liu terdiam mendengar jawaban putrinya. Ia tahu bahwa Liu Mei Lan selalu memiliki hati yang lembut dan penuh kasih. Ia tidak bisa menyalahkannya karena mencintai Pangeran Ketujuh, meskipun pria itu telah mengkhianati mereka semua.
Marquis Liu menghela napas panjang. Ia tahu bahwa jalan yang dipilih putrinya tidak akan mudah. Namun, ia juga tahu bahwa Liu Mei adalah wanita yang kuat dan berani. Ia akan melakukan apa pun untuk melindungi anaknya, bahkan jika itu berarti melawan seluruh dunia.
"Baiklah," ucap Marquis Liu akhirnya, "Aku akan membantumu. Aku akan melindungi kalian berdua."
Liu Mei tersenyum mendengar kata-kata ayahnya. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki ayahnya, dan ia memiliki anaknya. Bersama-sama, mereka akan menghadapi semua kesulitan yang ada di depan mereka.
Tiba-tiba, suara tangisan bayi memecah keheningan. Liu Mei telah melahirkan seorang bayi Perempuan. Marquis Liu mendekat dan menatap cucunya dengan tatapan yang penuh haru. Ia tahu bahwa bayi ini adalah harapan baru bagi mereka, harapan untuk masa depan yang lebih baik.
" Liu Xin Lan akhirnya kita bertemu, sayang." ucap Liu Mei dengan suara yang bergetar karena bahagia. "Semoga dia akan menjadi bintang yang bersinar di tengah kegelapan ini."
sebelum kedatangan para pemberontak bayi kecil itu sudah berpindah buaian dari tangan sang ibu ke Kakek tua dengan raut wajah sedih.
"ayah..., bawa Xin Lan pergi dari sini,Aku akan menahan mereka, Tolong beritahu dan sampaikan salamku pada Kakak Tianming di ibu kota."Ucapnya dengan nafas yang lemah, Tangannya menggenggam erat sebilah pedang.
ia kemudian tersenyum sembari memandangi putrinya yang menangis di gendongan ayahnya.
" Xin'er, kau harus tetap hidup, Kau punya kakak laki laki yang hebat,Ayahmu adalah pangeran Kekaisaran Tiandou,Kakekmu adalah kaisar! ibu mohon padamu untuk menggantikan ibumu yang tidak berguna ini untuk berbakti kepada mereka!."Sembari mengalungkan sebuah giok lalu mencium bayi itu.
Dengan berat hati Kakek Liu membawa kabur Xin Lan kecil dari tempat itu, ia tidak berani menoleh kebelakang dengan menahan Isak tangis mendengar para pemberontak yang mulai menerobos masuk ke dalam kediaman keluarga Liu dan membantai seluruh penghuni kediaman keluarga Liu.
Liu Mei Lan, menggenggam pedangnya erat, kaki dan hanfu bawahnya masih bersimbah darah. Ia berdiri tegak di tengah ruangan, siap menghadapi para pemberontak yang datang. Matanya memancarkan tekad yang membara.
"Mata ungu ilusi aktif!" serunya dengan suara lantang.
Seketika, aura keunguan menyebar dari tubuh Liu Mei Lan, memenuhi seluruh ruangan. Matanya bersinar dengan cahaya ungu yang intens. Sebuah kekuatan misterius bangkit di dalam dirinya.
Para pemberontak yang menerobos masuk terkejut melihat Liu Mei Lan. Mereka melihat puluhan, bahkan ratusan bayangan Liu Mei Lan yang identik berdiri di hadapan mereka. Mereka tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu.
Tanpa menunggu lebih lama, Liu Mei Lan menerjang ke arah puluhan pemberontak itu. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia menebaskan pedangnya, melumpuhkan dan menjatuhkan satu per satu pemberontak. Bayangan-bayangan ilusinya bergerak dengan lincah, mengecoh dan membingungkan para pemberontak.
Para pemberontak yang panik dan kebingungan tidak mampu melawan kekuatan Liu Mei Lan. Mereka jatuh bergelimpangan, tidak berdaya menghadapi serangan dahsyatnya. Namun, jumlah mereka terlalu banyak. Meskipun Liu Mei Lan berhasil melumpuhkan banyak dari mereka, para pemberontak terus berdatangan, menyerbu kediaman keluarga Liu.
Ia sempat menoleh kebelakang dan tersenyum saat melihat punggung ayahnya yang sudah menghilang di kegelapan malam.
...
Langkah kakek Liu terhenti, setelah berlari menuju perbukitan yang letaknya cukup jauh dari kediaman Marquis Liu, akhirnya, ia memberanikan diri untuk menoleh kearah Kediaman keluarga Liu dan kota Mingyue yang kini telah berubah menjadi lautan api didepan matanya akibat pemberontakan yang dilakukan oleh Feng yan pangeran tertua keluarga Feng sekaligus paman Xin Lan itu sendiri.
Kakek Liu akhirnya terduduk diatas tanah ia tak bisa menahan lagi kesedihannya.
"Liu Mei!!! Liu mei Lan!!!,"
ia menangis sejadi-jadinya dengan memeluk bayi kecil yang sedang tidur didalam buaiannya .
"Maafkan ayah nak!"
Xin Lan menangis karena suara tangis kakeknya.
Marquis Liu Zhong, Awalnya menatap Xin lan penuh kebencian karena ia mengira awal dari kehancuran klan Liu adalah dari bayi perempuan ini. Namun, saat bayi itu membuka matanya Mata ungu lavender mulai aktif dengan sendirinya yang membuat kakek Liu zhong kembali menangis.
"Maafkan kakekmu ini ya cucuku sayang, kakek sempat membencinmu karena kakek mengira kau adalah penyebab dari kehancuran keluarga kakek."Ucap Marquis Liu.
"Xin Lan, Kita harus segera pergi ke ibu Kota,Kau harus segera bertemu dengan ayah,kakak ,dan kakek Kaisar-mu! bantu Kakekmu ini untuk mencari keadilan ya ."Ucapnya haru,Ia bangkit lagi sembari menghapus sisa air matanya.
...
Perjalanan panjang mereka lewati bersama dan sempat singgah sebentar di beberapa kota kecil untuk bersembunyi dari kejaran antek antek organisasi Mo Hui ,Karena para anggota Mo hui yang dipimpin oleh Feng yan,sudah mulai menyebar mencari keberadaan Xin Lan dan kakek liu.
ia dianggap sebagai orang gila karena penampilan lusuhnya, Marquis juga sempat dituduh sebagai penculik bayi.
...
Kakek Liu akhirnya bisa sedikit bernafas lega saat ia berhasil melewati perbatasan kota Mingyue, ia juga senang karena ia mengira dapat mengelabui para anggota Mo Hui dengan penyamarannya,Namun...,Kakek Liu salah, Ditengah perjalanannya menuju desa berikutnya tiba tiba sebuah pana melesat,Kakek Liu terkejut saat melihat sebuah anak panah dengan Tanda khas organisasi Mo Hui hampir mengenainya.
Tanpa basa basi ,Para anggota Organisasi Mo Hui langsung menerjang Kakek Liu , Walaupun kakek Liu adalah seorang jenderal Yang hebat namun Karena kalah jumlah dalam perkelahian
tubuhnya yang renta langsung ambruk bersimbah darah, namun ia tetap melindungi Xin lan dengan baik.
Seorang pria yang baru turun dari kudanya membuat Sorot mata pria tua itu menjadi penuh kebencian.
"wah...wah...wah...,Aku sungguh terharu dengan pengorbananmu saat melindungi keponakanku,Jenderal Liu."Ucapnya dengan tawa kemenangan.
"Kau monster! Pergilah! Jangan ganggu cucuku!"Bentak Kakek Liu.
"Astaga..., Jenderal,Aku hanya ingin membantumu merawat keponakanku,Ini juga sebuah kehormatan untukku karena bisa merawat Cucu seorang Jenderal terkenal di kekaisaran Tiandou.,ah. Ya...,Sudah cukup jalan jalan nya dengan kakek ya sayang ku, biarkan paman mu ini yang merawatmu,siapa tahu di masa depan dia akan menjadi tangan kananku. Bereskan dia."Ucap Feng yan.
"Feng yan! Dasar pengkhianat kotor! Kembalikan Xin Lan ku! Xin Lan!! LIU XIN LAN!!!! " Kakek Liu akhirnya ambruk tak sadarkan diri, dan Para organisasi langsung meninggalkan tubuh Kakek Liu, Sementara Feng yan berhasil membawa Xin lan ,Feng yan akhirnya tersenyum sinis melihat bayi Xin Lan yang menangis hebat dalam gendongannya.
"jadi nama si kecil jelek ini Xin Lan ya? Liu Xin Lan,Liu mei Lan,Sudah kuduga ,Liu Xin Lan kuharap kau tidak mengecewakan pamanmu ini seperti orang-orang di keluarga Liu dan keluarga Feng yang menentangku ." Ucapnya pada bayi itu.
Di markas organisasi Mo Hui.
"Ambil bayi jelek ini!"Ucapnya.
Ia lantas menyerahkan Xin Lan ke salah seorang pelayan untuk merawatnya.
"Kuperingat kan kalian, Jangan sentuh calon kaki tanganku ini ,Jika ada yang berani melakukannya ku pastikan kepalanya akan berpisah dari tubuhnya, Mulai besok Panggil dia Feng Xin Lan Camkan itu!"Ancam Feng yan.
"Baik ,Master."
7 tahun kemudian....
Xin Lan tumbuh dalam dunia yang keras, jauh dari keceriaan masa kanak-kanak. Setiap hari diisi dengan latihan berat yang memeras tenaga dan air mata, tanpa pernah mengerti mengapa ia harus menjalaninya.
"Sudah kubilang berapa kali?! Jangan bersuara! Bodoh!" bentak Feng Yan, suaranya menggema di ruangan dingin itu. Cambuk di tangannya tanpa ampun menghantam telapak kaki Xin Lan yang baru berusia 7 tahun.
Gadis kecil itu hanya bisa menggigit bibirnya, menahan sakit yang membakar setiap sarafnya. Cambuk itu meninggalkan jejak merah yang perih di kulitnya yang pucat.
Musim dingin mencengkeram dengan dingin yang menusuk tulang. Di kamp pelatihan Organisasi Mo Hui, anak-anak lainnya meringkuk bersama, mencari sedikit kehangatan untuk melawan dingin yang menyiksa. Namun, Xin Lan terasing. Ia meringkuk sendirian di sudut ruangan, menahan perpaduan sakit dan dingin yang menusuk. Ia tidak diterima oleh teman-temannya. Mereka iri padanya, merasa bahwa ia diperlakukan berbeda, seolah diistimewakan oleh anggota inti Mo Hui.
Selain itu, Xin Lan dikenal sebagai sosok yang dingin dan acuh tak acuh. Ia tidak pernah terlihat peduli pada teman-temannya, yang membuat mereka semakin menjauhinya, Xin Lan juga sering memenangkan perkelahian melawan rekan-rekan seniornya, yang hal itu semakin membuat mereka takut untuk berhadapan langsung dengannya. Meski begitu, mereka tidak pernah berhenti menggunjingkannya di belakang.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang pria berdiri di ambang pintu, wajahnya gelap dan mengancam. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari seseorang.
"Nona Xin, Anda diminta menghadap Master," ucapnya dengan suara berat.
Xin Lan tidak menjawab. Dengan langkah gontai, ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Rasa sakit di kakinya sudah mati rasa, seolah bukan lagi bagian dari dirinya. Ia tidak peduli lagi pada kotoran tikus yang mengotori lantai yang ia injak, atau dinginnya angin yang menusuk kulitnya.
Xin Lan pernah mendengar bahwa , Organisasi Mo Hui ini terbentuk karena Feng yan. Masternya, merasakan ketidakadilan oleh aturan keluarganya yang menurutnya aneh,
Masternya juga pernah berkata bahwa Xin Lan dulu nya ditemukan di reruntuhan saat terjadinya pembantaian, begitulah yang Feng yan ceritakan saat Xin Lan menanyakan kenapa ia bisa disini,Feng yan juga mengatakan bahwa saat menemukannya ia merasa tertarik dengan Xin lan karena merasa nasib mereka sama dibuang oleh keluarga , itulah sebabnya ia dilatih begitu keras oleh Anggota inti Mo Hui.
Namun jauh di lubuk hatinya,Ia merasakan hal yang sangat bertentangan dengan semua yang pernah diberitahukan kepadanya.
Ia tidak pernah merasa memiliki tujuan yang sama dengan mereka. Ia hanya ingin tahu mengapa ia harus berada di sini, mengapa ia harus menjalani semua ini.
Akhirnya, Xin Lan tiba di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu solid. Di pintu itu terdapat ukiran naga yang tampak hidup dan mengancam. Inilah pintu menuju ruangan Master.
Xin Lan mengangkat tangannya dan mengetuk pintu itu.
"Masuk," terdengar suara berat dari dalam ruangan.
Xin Lan melangkah masuk ke dalam ruangan yang remang-remang, dan di sana, di balik meja besar yang terbuat dari kayu mahoni, duduklah seorang pria tua dengan wajah yang penuh dengan kerutan. Pria itu adalah Feng yan,Master Mo Hui, pemimpin tertinggi organisasi yang telah melatih Xin Lan Menjadi seorang pembunuh.
Xin Lan berlutut di hadapan Master, kepalanya tertunduk. "Murid di sini untuk menghadap Anda, Master."
"Xin Lan,Aku punya tugas penting untukmu," lanjut Master.
Xin Lan mengangkat kepalanya, matanya yang dingin menatap langsung ke mata Master.
"Ambil ini ," kata Master dengan nada datar sambil melemparkan sebuah kertas berisi informasi. "Adipati Han ingin kita membereskannya malam ini juga ."
Xin Lan mengangguk."Murid mengerti."
Master tersenyum. "Pergilah."
Xin Lan hanya membungkuk dan mundur dari ruangan itu.
Matanya langsung memancarkan berwarna Ungu tatkala topeng terpasang.
Tubuh gadis kecil itu kemudian menghilang di kegelapan.
.....
Ditengah pekatnya malam sepasang mata ungu samar samar terlihat sedang mengintai di balik rimbunnya semak belukar di perbatasan Kekaisaran Qingshui dan kekaisaran Tiandou Mata ungunya yang setajam elang mengamati setiap detail rombongan keluarga kekaisaran yang melintas di hadapannya. Informasi yang diberikan Master Mo Hui terngiang di benaknya: targetnya adalah putra mahkota, dan ia harus dilenyapkan tanpa meninggalkan jejak.
Namun, hari ini tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Luka di kakinya, hadiah dari hukuman cambuk Feng Yan beberapa hari lalu, terasa semakin perih dan berdenyut. Infeksi mulai menjalar, membuat tubuhnya demam dan lemah. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengabaikan rasa sakit dan fokus pada misinya.
Rombongan itu semakin mendekat. Xin Lan mengatur napasnya, mempersiapkan diri untuk melompat keluar dan menyerang. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena takut, tapi karena antisipasi. Ia telah dilatih untuk membunuh sejak usia dini, dan ia tidak pernah gagal dalam misinya.
Namun, kali ini ada yang berbeda. Rasa sakit di kakinya semakin tak tertahankan. Pandangannya mulai kabur, dan kepalanya terasa berputar. Ia mencoba untuk tetap sadar, tapi sia-sia. Tubuhnya menolak untuk bekerja sama.
Tiba-tiba, dunia di sekitarnya mulai berputar dengan cepat. Xin Lan kehilangan keseimbangan dan jatuh dari tempat persembunyiannya. Ia berguling menuruni lereng kecil, tubuhnya menghantam bebatuan dan akar pohon. Rasa sakit yang menusuk membuatnya mengerang pelan.
Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia melihat seorang pemuda berjalan mendekatinya. Wajah pemuda itu dipenuhi dengan kekhawatiran. Ia berlutut di samping Xin Lan dan dengan hati-hati mengangkatnya.
"Bertahanlah," kata pemuda itu dengan suara lembut. "Aku akan membantumu."
Xin Lan mencoba untuk berbicara, tapi suaranya tercekat di tenggorokannya. Ia hanya bisa menatap pemuda itu dengan tatapan kosong.
Kemudian, dunia menjadi hitam.
Ketika Xin Lan membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang asing. Dindingnya terbuat dari kayu yang diukir dengan indah, dan ruangan itu dipenuhi dengan aroma herbal yang menenangkan. Ia berbaring di atas tempat tidur yang empuk, ditutupi dengan selimut sutra yang hangat.
Ia mencoba untuk bangun, tapi tubuhnya terasa sangat lemah. Ia menyadari bahwa kakinya telah diperban dengan rapi.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan seorang pemuda masuk. Xin Lan mengenalinya sebagai pemuda yang telah menemukannya di perbatasan.
"Kau sudah bangun," kata pemuda itu dengan senyum lega. "Bagaimana perasaanmu?"
Xin Lan tidak menjawab. Ia hanya menatap pemuda itu dengan waspada. Ia tidak tahu siapa pemuda ini.
"Jangan Takut." kata pemuda itu, seolah membaca pikirannya. "Aku tidak akan menyakitimu. Namaku Xiao Zhang!."
Xin Lan masih tidak percaya. Ia telah diajarkan untuk tidak mempercayai siapa pun selain Master Mo Hui. Namun, ada sesuatu dalam tatapan pemuda bernama Xiao zhang itu yang membuatnya merasa aman.
"Mengapa kau membantuku?" tanya Xin Lan dengan suara serak.
Pemuda berusia sekitar 12 tahun itu tersenyum. "ya...Karena kemarin malam kau terluka dan tentu saja membutuhkan bantuan!.Jadi,Aku tidak bisa begitu saja meninggalkanmu di sana."
Xin Lan terdiam. Ia tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu baik hati sebelumnya. Namun, Kebaikan ini terlalu aneh untuknya.
"Siapa namamu Kucing kecil?" tanya Xiao Zhang.
Xin Lan ragu sejenak. Ia teringat akan pesan masternya agar tidak mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya.
"Namaku Fen....ah, Ao Xin ," jawabnya pelan.
"Ao xin?!" kata Li Ming, mengulangi namanya dengan lembut. "Namamu sangat aneh."
Xin Lan terdiam. Ia masih berusaha menjaga jarak dengan Pemuda itu.
"Kau berasal dari mana, nona Xin ?" tanya Xiao Zhang bersemangat.
Xin Lan terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia tidak bisa memberitahunya tentang Mo Hui.
"Aku... aku tidak ingat," jawabnya.
pemuda kecil itu menatapnya dengan tatapan penuh simpati. "Ah, Begitu ya," katanya. "Kau akan mengingatnya pada waktunya. Untuk sekarang, kau bisa tinggal di sini bersamaku _"
Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan. Wajahnya lembut dan penuh kasih sayang. Ia menatap Xin Lan dengan tatapan khawatir.
"Xiao Zhang, sudah cukup dengan pertanyaanmu," kata wanita itu dengan nada lembut namun tegas. "Biarkan Nona itu beristirahat. Dia masih lemah."
Xiao zhang menoleh ke arah ibunya dengan ekspresi bersalah. "Maafkan aku, Ibu. Dia sangat manis! Apa aku boleh menjadikannya adik?."
"Husst, Kau ini bersikaplah dewasa!"Ucap ibunya sambil mencubit hidung putranya.
Ibu Xiao zhang tersenyum dan mendekati Xin Lan. Ia membelai rambut Xin Lan dengan lembut.
"Jangan khawatir, Nak," katanya dengan suara menenangkan. "Kau aman di sini. Kami akan menjagamu."
Xin Lan menatap Ibu Xiao Zhang dengan tatapan aneh,Ia belum pernah merasakan hal ini.
"Kau pasti lelah," kata Ibu Xiao Zhang. "Beristirahatlah. Bibi akan membawakanmu sup nanti."
Ibu Xiao zhang kemudian menoleh ke arah putranya. "Xiao zhang, bantu Ibu menyiapkan sup untuk ,Nona ini."
Xiao Zhang mengangguk dan mengikuti ibunya keluar dari ruangan. Sebelum pergi, ia menatap Xin Lan dengan senyum hangat.
"Istirahatlah, Kucing kecil," katanya. "Aku akan segera kembali."
Setelah mereka pergi, Xin Lan menempelkan kembali tangannya ke arah rambutnya yang baru saja di belai oleh wanita itu, Perasaan aneh mulai menjalar di hati kecilnya.
Xin Lan tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa se - aman ini di dekat mereka.
Keraguan mulai menyelimuti hatinya.
...
Di balik pintu yang sedikit terbuka, Xiao zhang diam-diam mengamati Xin Lan. Cahaya Matahari yang menyelinap masuk melalui jendela menerangi siluet tubuh kecilnya yang lentur dan kuat. Sudah 3 hari sejak ia menemukan Xin Lan di perbatasan, dan selama itu, ia telah menyaksikan gadis kecil itu perlahan-lahan pulih dari luka-lukanya.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal di benak Xiao zhang. Xin Lan seringkali menyendiri, tatapannya kosong dan dingin, seolah jiwanya telah lama pergi. Ia jarang berbicara, dan ketika berbicara pun, suaranya Dingin dan datar.
Pagi ini, ia melihat Xin Lan berlatih di kamarnya. Gerakannya cepat dan presisi, seperti seekor kucing yang sedang mengintai mangsanya. Ia melompat, berputar, dan menendang dengan kekuatan yang mengejutkan. Xiao Zhang menyadari bahwa Xin Lan bukanlah gadis biasa. Ia memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa, kemampuan yang hanya dimiliki oleh para prajurit atau pembunuh terlatih.
membuat pemuda itu semakin penasaran. Siapa sebenarnya Xin Lan.
Saat Xin Lan mengakhiri latihannya, ia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ia kemudian menoleh sambil melemparkan belati ke arah pintu dan hampir mengenai Xiao Zhang yang membuat
pemuda itu terkejut dan dengan cepat bersembunyi di balik dinding. Jantungnya berdebar kencang, takut ketahuan.
Namun, Xin Lan tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatap pintu itu selama beberapa saat, lalu berbalik dan kembali duduk di ranjangnya.
Xiao Zhang menghela napas lega. Ia kemudian perlahan-lahan membuka pintu dan mengintip ke dalam kamar Xin Lan.
"Ma maafkan aku ,Karena aku seharusnya mengetuk pintu."Ucap Xiao Zhang.
Xin Lan menghela nafasnya nya dan menatap Xiao Zhang dengan tatapan dingin dan tanpa emosi. "Langsung saja,Apa yang kau inginkan?"
Xiao zhang masih belum terbiasa dengan nada bicara gadis Berusia 5 tahun yang dingin. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. A, anu...,Apa kau mau jalan jalan?."
"Jalan jalan?" Xin Lan mengulangi kata itu dengan nada datar.
Xiao zhang terdiam. Ia tidak tahu bagaimana cara mendekati Xin Lan. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya dialami gadis ini selama ini sampai membuatnya bersikap tidak sesuai dengan umurnya.
"Ah, itu...,Ibuku.., menyuruhku untuk membawamu jalan jalan,Karena sudah 3 hari kau tidak keluar, Setidaknya.... harus ganti Suasana bukan?," kata Xiao zhang akhirnya.
Xin Lan menatap Xiao Zhang dengan tatapan . "Kau? Kau tidak takut padaku?."
"Hey! Kucing kecil! Kau seharusnya dari awal memanggilku Kakak Zhang!," jawab Xiao zhang sambil menyentuh hidung gadis itu. "untuk apa aku takut dengamu? Kau itu sangat manis! Gadis kecil semanis dirimu tidak mungkin menjadi seekor monster bukan?."
Xin Lan Terdiam. "Menurutmu begitu ya?."
"Aku mungkin hanya bisa menebak bahwa kau sepertinya dirawat disebuah sekte persilatan,Tapi...,Semoga saja kau menggunakan belatimu itu untuk berbuat kebaikan ."
Xin Lan terdiam. Ia menatap Xiao Zhang dengan tatapan bingung. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya,Karena ia hanya tahu bahwa ia ditakdirkan sebagai pembunuh.
Xin Lan menatap Xiao Zhang dengan tatapan penuh harapan. "Apakah kau benar-benar berpikir aku bisa menggunakan belatiku untuk hal lain?"
Xiao Zhang mengangguk dengan yakin. " Tentu saja! Aku percaya padamu,Kau bukan orang yang seperti itu, Ao Xin."
...
Pada hari keempat, Xin Lan bersiap untuk meninggalkan kediaman keluarga Yu. Selama ia tinggal di sana, Xiao zhang dan ibunya telah merawatnya dengan penuh kasih sayang, memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk memulihkan diri. Meskipun ia merasa berhutang budi kepada mereka, Xin Lan tahu bahwa ia tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Masa lalunya yang kelam akan selalu menghantuinya, dan ia tidak ingin melibatkan keluarga Yu dalam masalahnya.
Xiao Zhang dan ibunya berusaha menahannya. Mereka khawatir dengan kondisi Xin Lan yang dirasa belum benar-benar pulih.
"ini baru 4 hari! Nona Xin, kau yakin ingin pergi?" tanya Xiao Zhang dengan nada khawatir. "Kau masih lemah. Mengapa tidak tinggal lebih lama lagi?."
Ibu Xiao zhang mengangguk setuju. "Benar, Nak. Jangan pergi dulu. Biarkan kami merawatmu sampai kau benar-benar sembuh."
Xin Lan menatap mereka dengan ekspresi dingin dan datar. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mereka. Ia tidak terbiasa dengan kebaikan dan kasih sayang.
"Aku minta maaf," kata Xin Lan dengan suara Datar. "Aku berterima kasih atas semua yang telah kalian lakukan untukku. Tapi aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Aku harus pergi."
"Tapi mengapa?" tanya Xiao Zhang dengan nada bingung. "Apa yang membuatmu terburu-buru seperti ini? Apa kau takut pada sesuatu?"
Xin Lan terdiam. Ia tidak bisa memberitahu mereka tentang Mo Hui. Ia tidak ingin mereka tahu bahwa ia adalah seorang pembunuh.
"Aku tidak bisa menjelaskannya," kata Xin Lan akhirnya.
Xiao Zhang dan ibunya saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Xin Lan. Mereka bisa melihat ketakutan di matanya.
"Baiklah," kata Xiao zhang dengan nada pasrah. " kami tidak akan menahanmu. Tapi berjanjilah padaku bahwa kau akan menjaga dirimu baik-baik."
Xin Lan mengangguk.
Ibu Xiao zhang mendekati Xin Lan dan memeluknya dengan erat. "Hati-hati di jalan, Nak," katanya dengan suara bergetar. "Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk kembali ke sini. Pintu kami selalu terbuka untukmu."
Xin Lan membalas pelukan Ibu Xiao Zhang dengan canggung. Ia tidak terbiasa dengan sentuhan fisik.
"Terima kasih," kata Xin Lan dengan suara pelan.
Setelah berpamitan dengan keluarga Yu, Xin Lan meninggalkan kediaman mereka. Ia berjalan dengan langkah cepat, tidak menoleh ke belakang. Ia tahu bahwa ia harus menjauh dari mereka secepat mungkin.
...
Bertahun-tahun berlalu, Xin Lan menjelma menjadi pembunuh legendaris dari Organisasi Mo Hui, namanya menggema di seluruh 4 Kekaisaran. Gelar Jenderal disandangnya, bukti kehebatannya sebagai yang terbaik dari yang terbaik. Kini, ia tumbuh menjadi remaja yang mempesona, wajahnya menyimpan kelembutan yang kontras dengan reputasinya yang kejam. Meskipun kecantikannya memikat, Xin Lan dikenal sulit didekati, aura dinginnya menghalangi siapa pun yang mencoba mendekat.
Namun, di balik kesetiaan dan kesempurnaannya dalam menjalankan tugas, Xin Lan mulai merencanakan pengunduran dirinya dari Organisasi Mo Hui. karena akhir akhir ini Ia menyadari bahwa selama ini, ia hanya dianggap sebagai pion dalam permainan licik Feng Yan. Tujuan pemimpinnya itu masih menjadi misteri,
Xin Lan mencari celah melarikan diri dari organisasi yang selama ini dianggapnya sebagai rumah. Namun, kini ia merasa dikhianati oleh rekan-rekannya dan terutama oleh pemimpinnya sendiri. Xin Lan menyadari risiko yang akan dihadapinya jika ia kabur, tetapi ia tidak peduli lagi.
Dengan gerakan lincah dan mematikan, Xin Lan mengalahkan sepuluh pasukan elit yang dipimpin oleh Zhao Yuxiu, rekannya yang selalu membullynya karena iri melihat kedekatan Xin Lan dengan Feng Yan.
Pasukan Organisasi Mo Hui mulai berdatangan, mengejar Xin Lan tanpa ampun.
Xin Lan berlari secepat yang ia bisa, jantungnya berdebar kencang. Ia tidak tahu ke mana harus pergi, tetapi yang terpenting saat ini adalah melepaskan diri dari cengkeraman mereka. Pengejaran itu berakhir di pinggiran Lembah Kematian, tempat di mana kabut tebal menyelimuti jurang yang dalam.
Ia terpojok, dikepung oleh pasukan Zhao Yuxiu.
Xin Lan menatap tajam Zhao Yuxiu yang mendekat dengan tawa kemenangan yang sinis.
"Kita semua tahu, dalam aturan, anggota Mo Hui yang memberontak akan dibunuh," ucapnya dengan nada mengejek.
"Gadis bordil yang kuselamatkan dan kuajari membunuh sekarang sudah bisa mengajariku? Konyol sekali," balas Xin Lan dengan sarkasme yang dingin.
Zhao Yuxiu tertawa terbahak-bahak.
"Sudah mau mati, masih saja berlagak sombong. Tenang saja, senior, aku akan memberimu tempat peristirahatan terakhir yang paling terbaik dan juga akan menjaga posisi jenderalmu agar tetap hangat. Lagipula, kemampuan kita hanya beda satu tingkat saja... Argh!!" Darah muncrat dari mulut Zhao Yuxiu. Ia tidak menyadari kapan Xin Lan menusuknya.
Zhao Yuxiu menatap mata Xin Lan yang tajam dengan ketakutan yang mendalam.
"Beda satu tingkat katamu? Hah! Kau bahkan tidak bisa membaca pergerakanku tadi, itu yang kau sebut beda satu tingkat?!" sindir Xin Lan dengan dingin. Ia langsung menggunakan teknik tenaga dalamnya yang ia pelajari secara diam-diam, melumpuhkan Zhao Yuxiu hingga terkapar di tanah.
"Dasar bodoh! Jangan hanya diam saja! Cepat serang dia!" perintah Zhao Yuxiu dengan suara serak.
Puluhan anggota Organisasi Mo Hui di bawah perintah Zhao Yuxiu langsung menyerang Xin Lan. Namun, Xin Lan hanya tersenyum sinis matanya lantas berubah ungu dan menyerang mereka dengan brutal tanpa ampun, membuat seluruh pasukan itu tewas mengenaskan.
"Dasar gak berguna!" Zhao Yuxiu dengan marah menerjang dan melayangkan berbagai teknik pedang kepada Xin Lan, yang dengan mudah dihindari oleh Xin Lan. Dengan sekali tendangan, Xin Lan kembali membuat Zhao Yuxiu terkapar di tanah.
"Sudah kubilang kan?!" ucap Xin Lan dengan nada mengejek.
"FENG XIN LAN!!!!" Teriakan yang terdengar familiar dari seorang pria membuat Xin Lan menoleh.
Feng Yan, berdiri di sana dengan wajah yang dipenuhi amarah. Ia mengepalkan tangannya erat-erat ketika melihat wajah Xin Lan yang diterpa cahaya rembulan, menyadari kemiripannya dengan mendiang iparnya, Liu Mei Lan, sekaligus ibu kandung Xin Lan.
"Bagus... bagus sekali... Apa kau mau jadi pemberontak seperti orang-orang itu?! Tapi, aku tidak akan pernah menganggap ini semua sudah terjadi. Aku memberimu kesempatan terakhir, Feng Xin Lan, kembalilah," ucap Feng Yan dengan nada dingin.
"Master! Bagaimana Anda bisa...?!" Zhao Yuxiu terdiam melihat isyarat Feng Yan.
Namun, Xin Lan malah berlutut untuk memberikan hormat yang membuat Feng Yan terkejut.
"Master, sebelumnya Xin Lan berterima kasih karena sudah merawatku selama ini. Anda dulu pernah mengajariku tentang takdir hidupku yang akan selalu dipenuhi darah dan dosa. Tapi... belakangan ini aku mendapatkan pencerahan. Sepertinya kemampuan pedangku juga bisa digunakan selain membunuh. Master, aku ingin mengundurkan diri dari Organisasi Mo Hui karena ingin menjadi orang normal," ucap Xin Lan dengan nada tegas.
Zhao Yuxiu menyela dengan kalimat bernada mengejek, "Kau? Apa katamu? Kau mau jadi orang normal? Tuan Feng Yan sudah merawatmu menjadi seperti sekarang dan bahkan memberikanmu marganya. Itu berarti kau sudah ditakdirkan menjadi pembunuh! Itulah takdirmu! Kau...."
Ucapan Zhao Yuxiu terhenti ketika melihat tatapan membunuh dari Feng yan.
"Xin Lan... Darahmu itu sudah penuh dosa dan tidak bisa dihilangkan selamanya. Sudahlah, kembalilah," Feng Yan mengulurkan tangannya, berusaha membujuk Xin Lan.
"Xin Lan, Apa kau jadi begini karena seorang pria?" tanya Feng Yan dengan nada curiga.
"Keinginanku untuk menjalani kehidupan orang normal adalah murni dari diriku sendiri. Aku tidak tahu pria mana yang Master maksud!" Xin Lan menerjang Feng Yan dengan kecepatan tinggi. Namun, Feng Yan yang diliputi amarah langsung menggunakan jurus warisan keluarga Feng, mengirimkan gelombang energi dahsyat yang membuat tubuh Xin Lan terlempar jatuh ke dalam Lembah Kematian.
Feng Yan menatap ke arah tubuh anggota terbaiknya yang terjun bebas ke bawah. Zhao Yuxiu terlihat tersenyum lebar, merasa bahwa pesaingnya untuk mendapatkan perhatian pemimpin telah lenyap.
"Zhao Yuxiu!" bentak Feng Yan, membuat Zhao Yuxiu bertekuk lutut ketakutan.
"Bawa timmu dan sampaikan perintahku untuk mencari tubuh Feng Xin Lan! Jika mati, lihat mayatnya dan kuburkan di tempat! Jika hidup, bawa dia kembali," perintah Feng Yan dengan nada dingin.
"Ta... tapi Tuan?! Dia itu pengkhianat! Kenapa kita masih perlu memperdulikannya?!" tolak Zhao Yuxiu dengan nada tidak percaya.
"Jika kemampuanmu bisa setara dengan Xin Lan, aku juga akan memperlakukanmu sama seperti apa yang kulakukan sekarang. Xin Lan itu anggota Mo Hui paling jenius dan berbakat yang mungkin hanya akan ada setiap ratusan tahun. Daripada kau mengoceh hal yang tidak penting, sebaiknya lakukan perintahku yang lebih baik ketimbang ocehan bodohmu itu! Dan cari pria yang sudah berani merebut Jenderalku!" tegas Feng Yan, lalu menghilang dari hadapan Zhao Yuxiu dengan kecepatan tinggi.
"Bagus sekali kau, Feng Xin Lan! Bahkan kau yang sudah mati begini masih saja mengganggu rencanaku mendapatkan perhatian khusus dari Tuan Feng! Lihat saja! Begitu aku menemukanmu, tidak peduli kau hidup atau mati, aku akan menghancurkanmu! Tunggu saja pembalasanku!" batin Zhao Yuxiu dengan dendam membara.
....
Di dalam kegelapan yang pekat, Xin Lan terus terjun bebas ke bawah. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai macam pertanyaan dan penyesalan.
"Sakit..... Gelap... Dingin.... hanya ada suara-suara aneh yang mengelilingi gendang telingaku..."
Suara-suara itu semakin lama semakin menghilang, hingga akhirnya Xin Lan kehilangan kesadarannya. Ia terjatuh ke dalam kegelapan yang abadi, tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!