“Bunda, Bundaaaaa.” Alea terbangun dari tidurnya matanya terbuka dengan sempurna.
“Astaqfirullah, ternyata hanya mimpi.” Ia langsung menengadahkan tangannya dan memanjatkan doa ketika bangun dari tidur.
Alea segera mengambil air wudhu dan menunaikan ibadah sholat subuh.
Tok! tok! tok!
Tok! tok! tok!
Tok! tok! tok!
“Ah ... yang benar saja siapa yang mengetok pintu sepagi ini?” gumam Alda heran. “tunggu sebentar!” Alea berlari terburu-buru, pasalnya saat ini masih jam 5 subuh, baru ia selesai menunaikan kewajibanya sebagai seorang muslim. Alea segera berlari kesaa-kemari mencari jilbab untuk menutupi dirinya.
Pintu dibuka betapa kagetnya ia melihat siapa yang ada di depan matanya di pagi buta seperti ini .
“Anda siapa? kenapa anda bisa masuk kesini? ini kan kosan putri apa anda menyusup masuk? sunggguh tidak sopan kenapa anda tak mengucapkan salam huh. apa anda tak melihat di depan ada tulisan pria dilarang masuk?” rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Alea, kepada pria di hadapanya yang sangat tak dikenalnya tersebut dengan penuh penekanan diujung kalimatnya.
“Maaf sebelumnya Nona, tapi saya sudah mendapat ijin dari pemilik kosan ini karna saya ada perlu dengan anda, mari ikuti saya Nona!” ujar lelaki itu dengan datar.
‘Ini manusia pa triplek sih, lempeng banget?’
“Memangnya anda siapa? saya kan tak kenal anda, untuk apa saya harus ikut dengan anda?” Kata Alea dengan sedikit ketus, lalu ia langsung menutup pintu kamarnya kembali dengan cepat. sungguh Ala diselimuti perasaan was-was saat ini.
“Aneh deh, yang benar saja siapa juga yang mau ikut sama orang yang nggak ku kenal, bikin repot saja,” gerutu Alea di dalam kamar.
Tak berselang beberapa lama telfon selularnya berbunyi dan ia buru-buru menggeser tombol warna hijau.
“Assalamualaiku ... halo siapa ya?” jawab Alea ketus. Dirinya masih merasa kesal saat ini dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
“Waalaikumsalam ... eehmm, kamu lupa ya sama perjanjian kita kemarin sore?” suara bariton dari sebrang telfon itu membuatnya terperanjat kaget.
“Alamak! bisa-bisanya aku lupa sama yang satu itu.” gumam Alea pelan sambil menepuk-nepuk jidatnya.
“Ehh ... anu ... tidak kok sa-sayaa,” Alea sangat gugup dan bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia berkata bahwa dirinya memang melupakan kejadian kemarin karna sangat mendadak dan bagai mimpi saja.
“Cepat keluar! Asisten saya sudah menunggu kamu dari tadi ,acara akan berlangsung jam 8 jangan terlambat, saya tak ingin ada masalah lain lagi yang kamu buat!” ucap pria itu, yang langsung mengakhiri panggilan telfonya.
“Dasar nggak sopan bahkan dia tidak mengucapkan salam.” pungkas Alea. Dengan sedikit jengkel Alea langsung keluar dan benar saja laki-laki yang sama masih setia menunggu di depan kamar kostnya.
“Sudah siap Nona?” kata lelaki itu dengan datarnya.
“Iya Pak sudah,” jawab Alea singkat
“Mari ikut dengan saya!” kata laki-laki itu sambil berjalan menuju mobil limosin, yang diparkir di depan kostan. yang pasti membuat heboh seisi kos-kosan dalam waktu singkat, pasalnya disitu memang dihuni para mahasiswa, yang sengaja mencari kost di dekat kampus selain dekat harganya juga terjangkau.
Sedari tadi ketika Alea berjalan dia sudah mendengar bisik-bisik dari para penghuni lain.
“hmm ... aroma-aroma ghibah pun sudah mulai tercium dari kejauhan perasaanku mulai tidak enak.” Gumam Alea.
Buru-buru ia memasuki mobil yang sudah dibukakan oleh sang pria datar seperti tripleks tadi. “manusia kah atau papan, datar banget. Tahan sekali tanpa banyak bicara, kok ada ya orang seperti itu?” lirik Alea di dalam hati
***
Acara pernikahan akan diadakan di sebuah hotel berbintang lima dan hanya dihadiri beberapa orang dan saksi saja tentunya, karena memang ini adalah pernikahan biasa bukan pernikahan yang mewah khalayak pernikahan pada umumnya apalagi hanya pernikahan kontrak saja. jangan bermimpi akan pernikahan yang mewah dan sempurna.
“Nggak usah berharap lebih lah Alea, suami juga cuma suami sementara. untung cakep kalo tadi Pria tua, gendut dan pendek bisa-bisa aku sudah nggak mau duluan.” Gumam Alea. Tiba-tiba dia bergidik ngeri saat memikirkan hal itu.
“Mari, silahkan mbak duduk di sini saya akan melakukan perawatan, sekalian make over untuk acara akad,” kata Mua, yang di pesan khusus oleh Giofanni pastinya.
“Jangan terlalu menor ya mbak, saya kurang suka soalnya.” jawab Alea singkat.
Acara make up dan juga perawatan dilakukan dari pagi, hingga acara hampir di mulai. dengan balutan kebaya putih dan juga tambahan balutan hijab senada dengan bajunya pastinya membuat alea tampak cantik dan anggun. Walaupun hanya mengenakam riasan yang sederhana karena Alea tidak ingin terlihat berlebihan.
Alea masih menunggu di dalam kamar hotel yang telah dipesan untuk acara ditemani oleh Sesil sahabatnya tentunya.
“Wah-wah, sampai pangling aku Al, nggak salah aku milih kamu jadi istrinya Gio,” ujar Sisil, ia terus saja menggoda Alea.
“Iya ... istri sementara,” jawab Alea datar, sambil memanyunkan bibirnya.
“Hehe... maaf ya, gue betul-betul nggak bisa bantu karna akhir-akhir ini Ekonomi keluarga gue juga lagi naik turun,” ungkap Sisil.
“Iya, nggak papa kok, gue ngerti juga. Lagian gue juga udah capek dikejar-kejar hutang Almarhum Orangtua gue. kasian juga mereka di sana nggak tenang, toh walaupun nikah kontrak nikahnya juga menjalur kok, walaupun nggak ada cinta,” lirih Alea, diiringi dengan tetesan butiran bening dari pelupuk matanya.
“Sudah, jangan nangis dong, pengantin cantik. Nanti luntur make-upnya, udah dari tadi juga di dandanin senyum donk Al. kamu pasti bisa lalui semua ini aku yakin, Gio nggak bakal sakiti kamu kok,” Ujar Sisil dengan penuh keyakinan yang mantap.
“Makasih ya Sil,” balas Alea, ia segera menghamburkan pelukannya kepada sahabatnya itu.
“Iya sama-sama, jangan nangis gini dong Al. Berbahagialah di hari ini. Ayo siap-siap sepertinya acaranya akan segera dimulai.”
Sisil melihat jam ditangannya untuk memastikan waktu apakah sudah saatnya membawa Alea keluar. “Tunggu di sini sebentar ya Al!” Sisil keluar melihat apakah semuanya sudah siap atau belum.
Setelah berhasil memastikan ia segera lembali ke kamar di mana Alea berada.
Saat ini perasaan Alea begitu gugup menghadapi masalah yang sedang menantinya. Sebenarnya di dalam hidup Alea dia hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya. Namun kenyataan berkata lain. Ia berharap pernikahan ini yang pertama dan yang terakhir baginya.
“Aku harus kuat menghadapi semua ini, jika memang takdirku harus seperti ini aku akan menerima dengan lapang dada. Keputusanku sudah bulat menikah hanya sekali untuk seumur hidup,” lirih Alea, ia masih memikirkan perasaanya kedepannya.
“Seandainya Gio meninggalkanku nanti, aku sudah memutuskan untuk tetap sendiri sampai kapanpun. Karena sebetulnya ikrar dalam pernikahan bukanlah sebuah permainan.” guman Alea
Mungkin akan terasa berat bagi Alea, menghadapi kenyataan bahwa kelak akan menyandang status janda dari seorang yang bernama Giofanni. “Belum memulainya saja, aku sudah memikirkan perpisahan itu, semoga aku bisa menjaga perasaanku kepada Gio. Semoga saja dia juga tidak akan memiliki perasaan apapun nantinya.” Harapan dan doa dipanjatkan oleh Alea sebelum ijab qobul dilaksanakan.
Sisil memapah Alea mengiringi jalannya menuju ruangan di mana ijab qobul dilaksanakan. Namu langkah Alea ditahan sebelum. Memasuki ruangan tersebut, sayup-sayup terdengar suara Gio mengucapkan ikrar didepan menghulu.
“Saya trima nikah dan kawinya Prisa Azalea binti Almarhum Heru Prasojo dengan maskawin tersebut dibayar Tunai.”
Antara lega dan takut, perasaan itulah yang dirasakan oleh Alea saat ini.
***
Bersambung...
Apakah kalian suka critanya jika iya jawab donk aku kasih bonus up lagi hehe 😊
Tahap revisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Roroazzahra
sukak
next
2021-08-09
0
Sweet Girl
suka Thor.... bagus
2021-06-13
0
Putri Pink
suka SangaT...
2020-11-04
0