Siang itu ketika William baru saja keluar dari kamarnya ia tidak sengaja melihat gadis yang ia benci. Lintang sedang terlihat membersihkan meja di dekat teras lantai dua rumah. Gadis itu nampak asyik mengelap vas bunga, sehingga tidak menyadari keberadaan william yang sedari tadi sedang memperhatikannya dalam diam.
Saat selesai Lintang berbalik dan terkejut bukan main mendapati William sudah berada tepat di belakangnya, jarak mereka hanya tinggal berapa senti saja. Lintang menunduk, tidak tahan diperhatikan sebegitu tajam oleh anak majikannya ini.
"Maaf Tuan, saya permisi." Lintang mencoba menghindari Willy yang menghalangi dirinya dengan tubuh tegapnya.
Willy tidak menjawab, ekspresinya masih datar dan tajam memandang Lintang yang mulai gugup. Saat gadis itu hendak berlalu, willy menghentikan langkahnya, ia mencekal lengan Lintang cukup kuat hingga membuat gadis itu berteriak tertahan.
"Lepaskan saya Tuan, Anda membuat saya sakit." Lintang memandang Willy dengan memohon.
"Aku tidak menyangka wanita yang akan dinikahkan denganku ternyata hanya seorang pembantu." ujar Willy dengan senyuman sinis di bibirnya. Tangannya masih mencengkram lengan Lintang hingga membuat ia meringis.
"Tolong lepaskan saya, Tuan." Lintang kembali memohon, suaranya mulai bergetar.
"Kau akan merasakan sakit lebih dari ini nanti." Willy melepaskan cengkraman pada lengan gadis itu lalu meninggalkan Lintang yang memandangnya dengan kesedihan. Ada airmata yang siap jatuh dari sana. Lintang mengusap lengannya yang nampak memerah. Ia menangis pelan menerima perlakuan lelaki cucu kesayangan kakek Franky itu.
Will, percayalah aku bahkan tidak ingin menyiksamu dengan pernikahan ini, tapi demi Kakek akan ku lakukan semua yang terbaik untukmu kelak.
Lintang membatin sedih setelah menerima perlakuan kasar tuan muda di dalam rumah itu barusan. Sudah dipastikan kehidupan rumah tangganya nanti akan jauh dari kata bahagia. Lintang menyeka airmata perlahan kemudian kembali turun ke dapur untuk membantu mbok Nah dan beberapa pembantu lain yang sedang sibuk menyiapkan makan siang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di tempat lain, di dalam sebuah mobil mewahnya, Willy tersenyum puas. Ia mengendarai mobil menuju sebuah restoran tempat ia akan bertemu teman-teman lamanya. Teman-teman sekolahnya dulu mengajaknya bertemu siang ini. Willy dulunya adalah siswa populer di sekolah, jadi ketika mereka mendengar lelaki itu telah kembali ke Indonesia tentu mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan cucu dari pemilik Dwianuarta Group tersebut.
Willy kembali mengingat wajah ketakutan Lintang tadi. Ia benar-benar merasa puas bisa menggertak gadis itu.
Ini belum apa-apa. Kau akan merasakan lebih menderita lagi nanti. Ujar Willy dalam hatinya.
Willy sempat tersentuh saat melihat Lintang akan menangis tadinya. Ia paling tidak bisa melihat perempuan menangis. Namun untuk Lintang, ia membuat pengecualian. Di mana kesedihan gadis itu adalah sebuah kepuasan baginya. Kebenciannya akan Lintang nampaknya sudah benar-benar mencapai puncak. Willy mengepalkan tangan dan memukul pelan setir. Ia benar-benar tidak habis pikir mengapa Kakeknya bisa dengan mudah dan percaya pada gadis pembantu seperti Lintang. Dan mengapa pula harus ia yang dinikahkan dengan anak pembantu itu. Bukannya ia juga memiliki sepupu lain yang bisa dinikahkan dengan Lintang.
Willy menghentikan lamunannya yang penuh dengan kemarahan setelah mobil yang ia kendarai berbelok dan sampai di parkir restoran. Ia keluar dari mobil lalu berjalan ke dalam restoran dan di sana telah menunggu teman-teman sekolahnya dulu. Mereka menyambut Willy dengan suka cita sekaligus memandang penuh kekaguman pada lelaki yang telah semakin gagah dan berkharisma tersebut.
Mereka ingat dulunya Willy adalah idola para siswi. Tidak ada gadis-gadis di sekolah mereka yang tidak menyukai William Dwianuarta. Sikapnya yang dingin semakin menambah sisi maskulin dalam diri lelaki itu. Mereka larut dalam obrolan hangat dan nostalgia mengenang masa-masa indah di sekolah mereka, sampai ketika seorang perempuan dengan tubuh indah bak model menuju ke arah mereka membuat semuanya terpana.
Willy mengenangnya sebagai Fiska Bramantio. Gadis cantik anak tunggal dari keluarga kaya raya itu masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah kecuali tubuhnya yang semakin menggoda. Willy ingat dulu pernah merasakan kehangatan gadis itu dahulu beberapa kali saat mereka masih berpacaran. Bibir sensual yang pernah mengecap setiap inci dan jengkal tubuhnya dengan liar. Fiska masih seperti dulu, menatapnya seperti singa betina yang lapar. Willy tersenyum kecil memandang gadis dewasa itu.
"Hai Will, senang kembali bertemu denganmu." Ia mengulurkan tangannya, Willy menyambut. Untuk beberapa saat keduanya saling bertatapan dengan tangan yang masih saling menggenggam. Sampai akhirnya keduanya tersadar saat salah satu dari teman mereka berdeham.
"Wah, nampaknya akan ada yang bersemi lagi sekarang." ujar Danu menggoda kedua orang itu. Fiska tersenyum mendengarnya. Ia duduk tepat di samping Willy.
Mereka larut dalam obrolan hangat yang sesekali disertai dengan gelak tawa. Di tengah perbincangan itu, Willy merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya, menggeseknya perlahan dengan gerakan menggoda. Ia menoleh ke arah Fiska yang juga sedang menatapnya. Ia tersenyum kecil, tahu betul siapa Fiska Bramantio tersebut. Gadis itu masih seperti yang dulu. Liar dan hobby mendominasi.
Willy membiarkan saja gadis itu terus menyentuh kakinya. Ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan gadis itu secara diam-diam. Saat sedang terhanyut dalam belaian penuh nafsu itu, wajah seorang perempuan tiba-tiba terlintas membuat Willy tidak lagi merasakan nikmat dari sentuhan nakal dan penuh arti dari gadis di sampingnya ini. Bayangan Lintang malah semakin menari-nari membuat suasana hatinya yang tadi sudah membaik kini mulai buruk lagi.
Ia menatap Fiska tajam, seolah mengisyaratkan untuk segera menghentikan gerakannya. Fiska mengerti tatapan itu kemudian menuruti perintah tanpa suara itu dengan cepat. Gadis itu mencondongkan tubuhnya ke samping. Mengarahkan bibirnya ke telinga Willy yang berada tepat di sampingnya. Dengan jarak mereka yang begitu dekat, ia bisa mencium aroma maskulin Willy yang tiba-tiba membangkitkan gairahnya. Di dekatnya bibirnya, ia mulai membisikkan sesuatu pada lelaki itu.
"Aku tidak membawa mobil. Antarkan aku ke apartemen ya." ujarnya pelan tepat di telinga Willy. Hembusan nafasnya terasa menuntut bagi Willy yang mengerti apa arti dari permintaan gadis ini. Willy tidak menjawab, tapi tidak juga menolak yang artinya ia mengiyakan permintaan tersebut.
Fiska tersenyum kemudian keduanya kembali bercengkrama dengan teman-teman mereka yang kini semakin terlibat dalam obrolan seru dengan saling melempar candaan. Willy juga sudah terlihat santai saat dirasanya bayangan wajah Lintang telah perlahan hilang dalam ingatan. Ia terlihat menimpali candaan yang dilontarkan teman-temannya kemudian tertawa.
Fiska melihat itu dengan takjub. Lelaki ini selalu bisa membuatnya kagum dalam segala hal. Keinginannya untuk bisa kembali lagi menjalin hubungan dengan Willy semakin besar dan memuncak. Ia semakin membulatkan tekad untuk kembali meraih Willy dalam genggaman tanpa tahu sebuah kenyataan bahwa sebentar lagi Willy akan segera melangsungkan pernikahan dengan wanita lain .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ryani
hehhh ternyata pmeran cowonya Murahan🤪
2024-07-25
0
Elisanoor
Dwianuarta ,sy baca nya Danuarta biar cepet
2023-03-04
1
Alya Yuni
Emang gk ada cucu lain selain si penjahat kelamin William
2022-07-11
1