Suasana sebuah rumah megah di kawasan Jakarta saat itu terlihat ramai. Mobil-mobil mewah berderet di sepanjang jalan dan juga halaman luas rumah tersebut. Hari ini, jenazah pendiri Dwianuarta Group akan segera dikebumikan.
Banyak kolega-kolega dan juga rekan dari kakek datang untuk melayat. Karangan bunga menghiasi suasana duka di rumah megah nan mewah itu. Semua anak dan cucu berkumpul dan larut dalam kesedihan mendalam. William sedari tadi hanya diam. Ia tidak menyangka akan kehilangan orang yang sangat disayangi olehnya itu secepat ini.
Di tengah suasana duka itu, mata William menangkap pemandangan seorang gadis sederhana dengan dress hitam dan juga selendang dengan warna senada di antara keluarga mereka. Tampak ibunya juga sedang memeluk gadis itu. William mengernyitkan dahi, menebak siapa kiranya gadis itu.
Nampak sekali kedekatan antara ibu dan ayahnya dengan gadis itu. William kembali memalingkan muka, menganggap tidak penting kehadiran gadis tersebut. Sampai akhirnya, suara ibunya membuat ia terhenyak ketika menyebut nama si gadis.
"Lintang, kemari. Kakek menitipkan surat ini untukmu." Miranti, Ibu William merangkul gadis yang dipanggil Lintang itu kemudian menyerahkan sepucuk amplop berisikan surat dari mendiang kakek William. Saat itulah William tersadar siapa kiranya gadis tersebut. Gadis yang ternyata akan dinikahkan dengan dirinya kelak.
Dari kejauhan, William menatap tajam Lintang yang tampak begitu terpukul akan kepergian kakeknya. Ia melihat Lintang yang cukup cantik dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi namun memiliki bentuk yang bagus. Gadis dengan rambut hitam panjang itu tampak menitikkan airmata menerima surat dari kakeknya.
Sejenak, William mengakui kecantikan Lintang yang natural tersebut, namun sisi hatinya yang lain menghasut kejam tentang gadis itu. William mengepal, memandang Lintang penuh amarah tersembunyi. Entah apa yang membuat kakeknya harus menikahkan dia dengan gadis itu. William tersenyum sinis, gadis itu harus menerima pelajaran karena telah mempengaruhi kakeknya untuk memaksakan pernikahan ini segera terjadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di pemakaman yang ramai itu, William kembali menemukan sosok Lintang di antara keluarga besarnya yang sedang berduka. Ia menatap Lintang yang tertunduk dengan bulir airmata yang masih mengalir. William mendengus, menatap kesal gadis itu.
Ciihh ... pintar sekali kau bersandiwara. William mengutuk gadis itu dalam hatinya.
Tanpa sadar, Lintang mengangkat kepalanya perlahan. Merasa seperti ada yang sedang memperhatikan. Ia segera menemukan William yang juga sedang menatapnya. Tatapan tajam penuh kemarahan itu membuatnya sedikit bergidik. Lintang mencoba mengingat, di mana kiranya ia pernah melihat wajah itu.
Akhirnya, ia teringat sebuah foto keluarga yang sangat besar di ruang keluarga. Di dalam foto tersebut juga ada wajah yang sedang menatapnya tajam itu. Lintang kembali tertunduk saat menyadari William tidak memalingkan pandangannya. Ia merasa gugup dan sedikit takut menatap mata yang sarat akan kebencian tersebut.
Sampai pada saat iringan pengantar jenazah kembali ke mobil masing-masing, ia masih saja mendapati William yang masih menatapnya dengan pandangan yang sulit ia artikan. Lintang sendiri ikut masuk kedalam mobil milik ayah dan ibu William karena wanita tersebut memaksa untuk pulang bersamanya.
Lintang yang memang sudah sangat akrab dengan keluarga itu akhirnya mengiyakan saja. Ibu Lintang telah meninggal tiga tahun yang lalu, saat ia baru saja lulus dari sekolah. Wanita yang bekerja sebagai pembantu keluarga besar Franky Dwianuarta itu harus meninggal karena penyakit jantung yang ia derita.
Oleh Franky, Lintang tidak dibiarkan untuk hidup sendirian. Franky membuatkannya sebuah rumah sederhana di belakang rumahnya yang megah untuk Lintang dan menyekolahkan gadis itu hingga ke perguruan tinggi. Namun, Lintang tidak mau menerima semua kebaikan itu mentah-mentah. Ia tetap mengerjakan tugasnya, menggantikan ibunya yang telah meninggal meski keluarga besar itu melarang.
Namun, Lintang tetap dengan kerendahan hati ingin membalas semua kebaikan Franky dengan mengabdi kepada keluarga besar itu. Setiap sepulang kuliah, atau ketika ia libur, ia akan ke rumah utama dan kembali mengerjakan kegiatan yang biasa dikerjakan ibunya dahulu.
William yang selama ini telah lama berada di Perancis, tidak pernah tahu apa-apa tentang Lintang juga bagaimana hubungan gadis itu dengan keluarga besarnya. Saat ini yang ia tahu, gadis itu hanyalah seorang penjilat yang harus segera diberi pelajaran. William mengepalkan tangannya, wajah Lintang yang tadinya sempat membuatnya terpesona sesaat, seketika berubah ketika ia meyakini bahwa Lintang telah membuat pernikahan ini harus terjadi.
Ketika mereka telah sampai di rumah, William segera mencari gadis itu. Ia bermaksud untuk menanyakan apa hubungan Lintang dengan keluarganya. Namun, saat ia keluar dari pintu mobil ia tidak melihat Lintang lagi. Gadis itu sudah menghilang. Bertambah lagi kekesalan William. Saat ia sedang mencari-cari keberadaan gadis itu, ibunya menghampiri.
"Sayang, besok lusa akan diadakan jamuan makan malam untuk membicarakan pernikahanmu dengan Lintang. Kamu jangan kemana-mana ya." ujar ibunya.
"Kenapa buru-buru sih, Ma? Kuburan Kakek belum kering juga." William mengatakannya dengan sedikit kesal.
"Justru ini amanah dari Kakek. Beliau berpesan, tiga hari setelah kepergiannya, harus diadakan pertemuan antara Lintang dan kamu." jawab ibunya penuh kelembutan. William tidak menanggapinya dengan anggukan tapi juga tidak ada penolakan yang berarti mau tidak mau ia harus menyetujui hal tersebut. Lagi-lagi gadis itu membuat kekesalannya bertambah berkali-kali lipat.
"Will ... Mama tahu, ini berat buat kamu. Tapi, Kakek sangat berharap kamu bisa mewujudkan permintaan terakhirnya ini. Jangan kecewakan beliau ya." ujar ibunya lagi. Ia memahami apa yang sedang dirasakan oleh Willy saat ini. Namun, menurutnya keputusan ayah mertuanya tersebut bukan hal yang buruk. Lintang sudah menjadi bagian dari keluarga mereka sejak beberapa tahun yang lalu. Gadis dengan perangai lembut dan baik itu nyatanya disukai semua anggota keluarga besar mereka. Miranti juga dengan senang hati menyayangi Lintang meski ia hanyalah seorang anak pembantu.
Berbeda dengan William, ia telah terbiasa dengan kehidupan mewah, serba perfeksionis juga kehidupan yang sedikit liar saat berada di luar negeri kemarin. Lagipula, dari kecil William telah dididik untuk menjadi raja di dalam keluarga mereka. Ia tidak pernah sembarangan berhubungan dengan orang lain.
Apalagi jika ia tahu nanti, Lintang hanyalah anak seorang pembantu dalam keluarga mereka yang kebetulan kakeknya berteman baik dengan kakeknya. Sungguh, menikah bukan menjadi tujuan William saat ini. Namun bagaimana pun juga, William tidak kuasa menolak permintaan terakhir dari kakeknya. Maka ia telah bertekad untuk menciptakan neraka bagi Lintang nanti jika mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri. William telah bertekad untuk membuat Lintang menyesal karena telah mencuri perhatian seluruh anggota keluarganya hingga akhirnya pernikahan ini harus terjadi.
William meninggalkan ibunya setelah ia menyanggupi akan menikahi Lintang. Dengan semua rencana yang telah ia susun di kepala dan akan segera ia laksanakan nantinya. Ia ingin melihat sejauh mana, gadis penjilat itu mampu bertahan dengannya. William tersenyum licik kemudian meneruskan langkah menuju kamarnya di lantai atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Arya Adikara
baru mulai baca kok aku mencium bau bau drama ikan terbang.akankah cerita ini sama dengan kebanyakan novel" disini.? pameran pria membenci pemeran wanita dan akan ada ancaman dan perjanjian pra nikah.
2023-06-20
0
Mamahnya Difa
cerita begini nih yang selalu aku cari",, suka aja gitu baca nya bikin mewek" gimana gitu, malahan suka yng mewek" nya dri pada yang bucin nya, cerita bucin di novel halu nya gak ketulungan dan kadang membosan kan
2022-02-03
2
lovely
belum kenal lintang, tapi william dah niat jahat. hah....
2021-11-10
1