Bab 3 Otw ke Rumah Kakek Abi

“Eh! Tunggu! Tunggu bentar!”

Arya menjerit keras saat melihat bus antarkota warna biru putih itu mulai menjauh dari peron, meninggalkan dia di belakang.

Dengan koper di tangan dan ransel di punggung, Arya berlari sekuat tenaga, napasnya terengah-engah, berharap bisa mengejar bus yang semakin menjauh, tapi sepertinya sudah terlambat.

Bus itu tetap melaju.

"Tidak! Tidak! Tidak!" Arya memukul-mukul kopernya, merasa frustasi.

"Astaga... beneran gue ditinggalin!" gumam Arya, berdiri termangu di sekitaran Stasiun Tugu.

Sambil duduk berjongkok di trotoar, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Panasnya cuaca di kotak Yogyakarta, matahari menyengat membakar kulit. Arya baru saja menempuh perjalanan belasan jam dari Jakarta, dan kini harus mengejar bus menuju kampung kakeknya di pelosok Bumi Manoreh.

Gara-gara terlalu lama antri beli es teh dan gorengan di pinggir stasiun, ia malah keduluan bus terakhir yang langsung ke arah sana.

“Sialan!” Arya mengusap wajahnya kasar, “Gue udah capek, lapar, ditinggal bus pula.”

Ponselnya pun nyaris mati, baterai tinggal tiga persen. Signal hanya muncul setitik lalu hilang. Ia mencoba menyalakan aplikasi maps, tapi gagal.

Dengan rasa putus asa, Arya melangkah ke pos kecil tempat petugas mengenakan seragam biru muda sedang duduk santai.

“Pak, mau nanya... bus ke arah Bumi Manoreh, ada lagi nggak?”

Petugas itu memandang Arya sebentar, lalu menggeleng pelan. “Kalau yang langsung ke sana udah lewat. Tapi kamu bisa jalan kebelakang stasiun, terus lanjut naik mobil bak terbuka kalau ada yang lewat ke arah sana.”

Mobil bak terbuka? Arya mengerutkan alis. “Yang kayak... truk sayur itu?” tanyanya memastikan.

Petugas mengangguk. “Iya. Namanya juga ke arah pedalaman, Mas. Nikmati aja pengalamannya.”

Arya menatap jalanan yang sibuk, lalu menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikiran. "Nikmatin katanya..." Ia mencibir.

Kakinya terasa pegal setelah berlari mengejar bus, perutnya mulai melilit karena lapar, suara deru kendaraan di jalan menambah rasa panas di kepalanya.

Ia mendongak, menatap langit Yogyakarta yang biru terang tanpa awan, tapi ironisnya, keindahan alam itu terasa terlalu cerah untuk hati yang sedang muram dan kecewa.

Tiba-tiba, seorang wanita cantik mendekat ke arah Arya. Pakaian yang dikenakannya cukup terbuka, meski tubuhnya tidak secara mencolok menonjolkan lekukan yang menggoda.

Wanita berambut lurus itu tersenyum ramah dan menawarkan bantuan. "Hai, Mas katanya tadi lagi butuh tumpangan ya?" Wanita itu bertanya dengan nada yang lembut dan perhatian, membuat Arya terkejut, tapi juga merasa lega karena yang menyapanya wanita cantik bukan preman.

Arya terpukau sejenak oleh senyum manis wanita itu. Tapi rasa itu langsung memudar begitu ia mendengar kalimat berikutnya.

“Kamu bisa numpang naik truk suamiku, kalau mau,” ucap wanita itu dengan santai. “Kebetulan kami satu arah ke kampung di Bumi Manoreh.” lanjutnya.

Arya sempat mengerutkan kening. Harapannya untuk bertemu seseorang wanita—atau setidaknya yang bukan istri orang—langsung pupus. Namun di balik rasa kecewa itu, hatinya cukup lega. Setidaknya ada jalan keluar menuju rumah kakeknya.

“Truk, ya...?” Arya tersenyum kaku. “Ah... makasih banyak, Bu.” ia mencoba bersikap sopan.

Wanita itu melirik ke arah Arya sambil tersenyum singkat. “Yuk, ikut saya. Truknya parkir di belakang,” ujarnya ringan, lalu berbalik melangkah.

Arya menarik napas pelan, lalu mulai menggerek koper besarnya. Rodanya berderak pelan di atas paving yang tak rata, menyusuri sisi bangunan stasiun menuju area belakang. Aroma bensin, debu, dan sedikit bau pasar mulai tercium begitu mereka mendekat ke deretan kendaraan.

Di kejauhan, sebuah truk tua berwarna hijau pudar tampak terparkir miring. Di belakangnya, dua pemuda tengah sibuk mengangkat karung-karung besar berisi timun.

“Ah, gak laku. Sisanya banyak banget ini. Rugi gua!" gerutu pria berkumis itu, wajahnya terlihat frustrasi sambil memandang tumpukan barang dagangan yang belum laku dengan mata kesal. Ia menggelengkan kepala, merasa bahwa usahanya tidak berjalan sesuai harapan.

“Makanya, gua bilang juga apa, jangan cuma tanem timun. Coba kacang polong, kek... atau kacang yang lain!” sahut pemuda lain yang berdiri di atas bak truk. Rambutnya dicat merah menyala, kontras dengan kulitnya yang legam terbakar matahari.

Arya memperlambat langkahnya. Pandangannya tertuju pada dua pemuda desa yang tampak tangguh—otot mereka terbentuk jelas di balik kaus yang basah oleh keringat. Wajah keduanya terlihat sangar mirip preman pasar.

“Itu siapa, Dek?” tanya si pemuda berkumis lebat tebal sambil melirik Arya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

Temannya yang berdiri di atas bak truk langsung menyahut dengan nada menggoda, “Cieehh, parah si mbak Maimuna, udah brani nyulik cowok? Buat dijadiin suami kedua ya mbak?”

Plakk!

Sebuah pukulan ringan mendarat di kepala si pemuda berambut merah.

"Adaw!"

“Jangan ngaco lu!” gerutu pria berkumis sambil geleng-geleng kepala.

Arya hanya bisa berdiri canggung, tak tahu harus tertawa atau pura-pura tidak dengar.

“Thoriq!” suara Maimuna meninggi, matanya melotot penuh kesal. “Mulut lo emang gatel, ya? Sedikit-sedikit ngeledek gue terus!”

Thoriq masih meringis mengusap kepalanya. “Aduh, Kak Muna… bercanda doang ini, masa baper?”

“Bercanda gak kenal tempat. Nih orang lagi butuh bantuan,” gerutu Maimuna, kemudian menoleh ke Arya. “Maaf ya, Mas. Emang gitu kelakuan si abang sok bule itu dari kecil. Katanya sih mau jadi presiden, tapi otaknya cuma sebesar biji kacang," balasnya, sambil nyengir sinis ke arah Thoriq.

“Udah, kalian ribut mulu... ini hari juga makin gelap. Buruan, bantuin dia naik ke truk!” Pria berkumis akhirnya angkat suara, suaranya berat tapi tenang.

Ia lalu menoleh ke Arya, mengulurkan tangan dengan ramah. “Sorry yang bang, kenalin—gue Juned. Suaminya Mbak ini. Namanya Maimuna.”

Maimuna hanya mendengus sambil menyilangkan tangan di dada. Thoriq, yang masih mengusap kepalanya, ikut tersenyum lebar.

Arya menyambut tangan Juned, sedikit kikuk tapi lega. “Arya, Mas. Makasih ya udah mau kasih tumpangan.”

“Tenang aja,” sahut Juned santai. “Yang penting jangan duduk deket karung timun busuk, baunya bisa bikin mimpi buruk.”

"Oke bang," sahut Arya.

Ia pun duduk bersandar pada sisi bak truk yang sudah berkarat. Panas matahari mulai meredup, angin sore dari arah pegunungan mulai terasa.

Thoriq duduk tak jauh darinya, kakinya menggantung ke luar, sambil memainkan topinya yang usang. Rambut merahnya sedikit acak-acakan, tapi wajahnya terlihat tenang dibanding beberapa menit lalu.

“Maaf ya, Bro, Gue tadi becanda doang. Emang mulut ini suka kelewat annuu.”

Arya tersenyum canggung. “Gak masalah bang."

Brak!

Juned menutup pintu truk dengan satu hentakan keras, lalu memutar kunci kontak dengan gerakan yang kasar.

Brrmmm!!

Mesin tua itu meraung, suaranya mirip batuk perokok tua. Truk tua itu kemudian mulai bergerak, berjalan dengan kasar dan bergetar hebat, membuat Arya harus berpegangan erat untuk tidak terjatuh dan menjaga keseimbangan di dalam kabin yang berguncang.

Alunan lagu lawas pun dimainkan dari radio.

Terbawa lagi langkahku kesana 🎵🎶🎵

Mantra apa, entah yang istimewa 🎶🎵🎶

Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja 🎵🎶

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**.

Terpopuler

Comments

Avalee

Avalee

Jgn di makan jg ya, walopun kamu lg lapar 🥹

2025-09-24

1

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

wkwkwk bagus pak kumis, geplak aja biar nggk asal ngemeng aje, si arya kn mau di jadiin tumbal proyek bang bkn dijadiin suami😂😂😂

2025-08-21

1

Nurika Hikmawati

Nurika Hikmawati

makanya aku jarang turun kalau lg istirahat gini... takut ketinggalan. kan, jadi disuruh naik bak terbuka. jelas masuk angin inih

2025-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!