Flashback 2008, SMAN 01 SAKURA
"Woy, bubar ... bubar, Alika datang!" teriak Albi yang di amanat kan untuk menjaga pintu kelas. Mendengar hal itu membuat sekumpulan anak-anak yang sedang gaduh, bergosip, main gitar dan kartu, langsung berhambur ke tempat duduknya masing-masing. Membuka buku pelajaran dan kembali mengerjakan tugas dari guru yang berhalangan mengajar hari ini.
Alika sedikit mengerutkan kening ketika langkah kakinya sudah sampai didalam kelas. Melihat semua teman-temannya duduk dengan rapih di kursinya masing-masing.
"Tumben sih pada nggak berisik? Biasanya ditinggal sebentar aja udah kayak kapal pecah." ucapnya dalam hati.
Sedikit ada rasa curiga kepada mereka, pasalnya kelas ini adalah kelas yang susah diatur walau sekumpulan anak cerdas jurusan IPA ada dikelas ini. Beberapa wali kelas sudah angkat tangan dan undur diri, namun hanyalah Alika yang mereka takuti sebagai Ketua Kelas.
Sesekali Albi melirik Alika yang masih berdiri didepan papan tulis, menatap seluruh teman-temannya yang sedang asik menulis.
"Kenapa?" suara Alika terdengar nyaring dan menggetarkan ruangan. Mana kala ia mendapati Albi yang tengah menatapnya dengan wajah curiga.
Semua teman-teman sekilas mendongak namun menurunkan kembali tatapannya. Sejatinya Alika tidak galak, hanya saja perangainya tegas dan lugas. Tidak suka basa-basi, wanita mandiri, tidak lelet dan pintar bela diri. Hanya karena pernah meninju salah satu teman lelaki yang berniat melecehkan teman sekelasnya, ia malah dikenal menjadi super woman in class. Semua orang takut kepadanya.
Albi menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ngg--gak apa-apa, Al." jawab Albi dengan senyum lebar, padahal tubuhnya sedang bergetar karena takut. Alika mengangguk dan memberikan kode dengan gerakan jari, agar Albi kembali mengerjakan tugas.
"Dion!"
"I---ya, Al." jawab Dion tergagap. Samar-samar kepalanya mendongak untuk menatap Alika yang sudah berada disamping mejanya.
"Bilmar kemana?" Alika menunjuk ke arah kursi disebelahnya yang begitu saja kosong. Hanya ada tas Jansport dan jaket yang mengerumpai di kursi.
Dion membawa pandangan mata Alika menembus jendela kelas. Kedua mata Alika melotot tajam ketika melihat Bilmar sedang bermain basket seorang diri ditengah lapangan.
Tanpa menunggu lama, wanita itu pun memutar langkah sambil membawa penggaris besi ditangannya. Ia berjalan dengan langkah panjang, keluar dari kelas menuju lapangan basket.
Semua anak-anak didalam kelas pun berhamburan menuju jendela, ingin melihat Alika melahap habis seorang, Bilmar Artanegara.
"Heh!"
Bilmar yang sedari tadi sedang mengambil ancang-ancang untuk memasukan bolanya ke dalam jaring, terhenti begitu saja tak kala ia mendengar namanya dipanggil dengan begitu kencang.
Bilmar menoleh dan mendapati Alika yang sedang berdiri menatapnya lurus. Ada raut kekesalan di wajah wanita itu.
"Apa?" jawab Bilmar dengan wajah tanpa dosa. Ia malah kembali memainkan bola basket yang ia pantul kan ke atas aspal lapangan.
Alika yang geram dengan kelakukan Bilmar pun memutuskan untuk mendekati lelaki itu.
"Ngapain lo bawa-bawa penggaris besi segala? Mau pukul gue?" tanya Bilmar dengan wajah nyeleneh. Ia menatap salah satu tangan Alika yang menggenggam sebuah penggaris besi panjang.
"Lo tau kan, ini masih jam pelajaran! Siapa suruh lo main basket di lapangan!" jawab Alika.
"Emang, enggak ada yang suruh. Gue hanya insiatif." Bilmar tertawa sarkas. Ia kembali memainkan bola basketnya.
Bilmar adalah lelaki tampan, bertubuh atletis. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya. Mereka semua tahu kalau Bilmar adalah Banking atau yang bisa disebut dengan istilah bank berjalan untuk para sahabatnya.
Lelaki itu pun dikenal cerdas dikalangan guru-guru dan para siswa lainnya. Namun tetap saja kecerdasan Bilmar masih dibawah Alika. Alika adalah siswi tercerdas dengan IQ diatas rata-rata. Sampai saat ini, ia masih menjadi asisten para guru untuk membantu pekerjaan mereka.
"Bilmar, stop! Ayo masuk ke kelas sekarang!" lagi-lagi Alika menghentak dengan nada suara yang kembali meninggi. Tapi Bilmar tetap tidak memperdulikan, ia tetap saja bermain basket sesuka hatinya. Alika yang merasa tidak dihargai, akhirnya memukul lengan Bilmar dengan penggaris besi.
"Ah ..." Bilmar merintih, ia pun mengusap-usap lengan tangannya yang terasa panas. Lalu beralih menatap Alika dengan tatapan tajam.
"Eh pendek! Bisa nggak sih, lo nggak usah pake mukul!" Bilmar geram, lalu ia meraih penggaris besi itu dari tangan Alika. Kemudian tanpa berfikir panjang, ia menghentakkan penggaris besi itu dengan kencang di betis Alika.
"Ahhhh-----" teriak Alika, ia meronta kesakitan dan mengelus-elus betisnya yang terasa sangat panas.
"Sakit kan? Panas kan rasanya? SAMA!" Bilmar terus saja memaki Alika dengan tatapan tidak suka, rasa panas di lengannya pun belum kunjung menghilang. Ia pun beranjak pergi sambil menabrak bahu Alika, dan wanita itu pun terhuyung jatuh ke atas aspal lapangan.
Alika tidak akan menyangka jika Bilmar akan melakukan hal memalukan seperti ini kepadanya.
"Kamu enggak apa-apa, Al?" tanya Indra yang tiba-tiba merengkuh dirinya untuk berdiri. Alika masih menatap punggung Bilmar yang sudah melangkah jauh meninggalkannya. Ada genangan air yang ingin turun dari kelopak matanya. Bilmar pun kembali menoleh ke belakang, ketika ia mendengar suara laki-laki tengah menolong Alika.
Blass.
Wajah mereka pun saling bersitatap. Namun Alika yang terlanjur kesal hanya memalingkan wajahnya tanpa sudi menatap Bilmar. Melihat Alika seperti itu pun membuat Bilmar geram dan hanya mengeraskan rahangnya. Ia kembali mempercepat langkah untuk masuk kedalam kelas, dan ia kembali tertohok ketika melihat teman sekelasnya sudah ramai bertengger di depan jendela. Melihat keributan antara dirinya dengan Alika.
"Ya Allah, jadi merah kayak gini. Kamu diapain tadi sama dia?" Indra setengah berjongkok, melihat ada jejak garis merah di betis Alika.
Alika menggelengkan kepala dan tersenyum. "Nggak apa-apa, Kok, Ndra. Aku nya aja yang udah kelewatan tadi sama dia." tukas Alika.
"Ke ruang PMR ya, aku obatin."
Alika tertawa. "Mau diobatin pakai apa, emang luka?"
"Makanya kamu jangan galak-galak, Al." Indra menasehati Alika dengan nada suara penuh kelembutan.
"Aku hanya nyuruh dia masuk ke kelas, karena memang sekarang bukan jam istirahat, Ndra. Dan dia enggak dengerin aku! Ya udah aku nya kesal, aku pukul aja lengannya!" ucap Alika sewot.
"Kamu juga kok tiba-tiba ada di sini?" tanya Alika lagi.
"Hebat kan? Aku tuh malaikat pelindung kamu, Al."
"HEH!!" ada suara yang terdengar diantara mereka. Baru saja Indra menggombal dan Alika ingin tertawa karena hal itu, namun terurung kan. Seketika mereka terdiam dan menoleh cepat.
Ada Bilmar yang kembali datang sambil berkaca pinggang dengan wajah sengak serta pangkal dagu yang ditinggikan.
"Lo bilang kan tadi jangan berkeliaran diluar kelas! Terus lo ngapain masih di sini?" suara bariton Bilmar terdengar lantang. Lalu ia beralih menatap Indra yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.
"Apa-apaan, sih, lo! Udah sana masuk ke kelas!" pandangan Bilmar pun buyar, ketika Alika menghardiknya, membuat Indra melekukan senyum simpul tanda mengejek ke arah lelaki itu.
Bilmar melotot tajam ke arah Alika. Karena tidak ingin suasana semakin panas. Alika pun berlalu meninggalkan dua lelaki itu di sana.
*****
Jangan lupa Like dan Komennya yaa❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
kek kucing sama tikus ternyata Alika sama bilmar pas masih sekolah 🤭
2023-10-11
6
Devi Fathonah
kek nya bilmar punya rasa
2021-06-07
1
ariyatti
nah ini yg ditunggu awal mula kisah cinta bilmar Alika ...
Indra yg sempat dicemburui bilmar saat sdh menikahi Alika.
maraton nih ceritanya ...
engap...
2021-04-14
0