MantanKu PresdirKu SuamiKu 3
Assalammualaikum untuk para readers dimanapun kalian berada, semoga kalian selalu berada dalam lindungan Allah SWT ya, aamiin. Alhamdulillah MPS Season tiga akhirnya aku publikasi.
Di work ini aku akan menceritakan dua musim. Musim pertama tentang perjalanan cinta mereka selama di bangku SMA, mungkin cerita ini belum pernah aku jabarkan secara rinci di MPS Season 1 & 2, maka disini akan aku perjelas. Lalu Musim keduanya, adalah lanjutan kisah rumah tangga mereka dari season kedua.
Happy for reading guys❤️
.
.
.
.
.
Sesulit dan seberat apapun, kamu harus tunggu aku ya. Aku akan pulang, dan secepatnya akan menikahi kamu
Terlihat gadis cantik tengah berdiri di ambang jendela kamar. Kedua tangannya memegang tralis jendela dengan tatapan lurus menatap langit. Mengingat-ingat salah satu ucapan janji yang masih ia rengkuh sampai sekarang.
"Sudah tiga tahun, Bilmar. Kamu menghilang tanpa kabar. Beratus-ratus suratku, tidak ada satu pun yang kamu balas, lalu kemanakah janjimu dulu?" desah Alika.
Air bening yang sejak tadi mengumpul di kelopak matanya, kini turun dan menetes. Senyuman lelaki itu, sepertinya tidak pernah surut dari ingatan kalbunya. Dirinya hampa, kesal namun hanya bisa diam, menunggu segala penjelasan dari setiap doa-doanya yang selalu ia panjatkan dalam sujud nya. Ada pemuda tampan yang pernah berjanji akan selalu mengabarinya, menjaga cintanya dan kembali pulang untuk menemuinya jika ia sudah selesai mengemban ilmu di Negara orang.
Rasa kecewa telah menusup hinggap didalam batin nya. Untuk memegang janji, Alika tidak pernah membuka hatinya untuk lelaki yang lain. Karena baginya janji adalah hutang, dan hutang harus segera dibayar.
"Bagaimana keadaanmu di sana, Bilmar? Apakah kamu masih mengingatku? Tolong lah beri aku kabar! Jika kamu ingin kita berpisah, tolong putuskan aku dulu!" desahnya parau.
Alika hanya menatap matahari yang mulai naik ke peraduan. Meremas kain berlapis disekitar dadanya.
"Rasanya masih sakit, Bil! Teganya kamu bohongin aku! Setelah aku merelakanmu pergi untuk mengejar semua keinginanmu?" gadis itu kembali terisak. Pangkal bahunya terlihat membuncah, dadanya terasa sesak, ia terus menangis sampai wajahnya memerah, kadang kala sampai muntah.
Dengan cepat Alika menghapus leleran air mata dengan kerah bajunya, ketika mendengar namanya dipanggil oleh sang Mama.
"Nak?" seru Mama Lisa, ketika dirinya sudah berhasil membuka pintu kamar sang Anak.
"Iya, Mah." jawab Alika dengan mata sembab.
"Kamu nangis lagi? Ada apa sih?" tanya Mama Lisa. Alika hanya menggeleng dan memaksa sudut bibirnya untuk sedikit terangkat dan akhirnya ia pun tersenyum tipis.
"Ayo sini duduk dulu!" Mama Lisa membawa Alika untuk duduk ditepian ranjang.
"Coba cerita sama Mama, kamu tuh nangis kenapa? Berulang kali Mama selalu tanya, tapi kamu enggak pernah jawab! Kelakuan kamu, sifat kamu itu semua aneh dan berubah sejak kelulusan SMA, tiga tahun yang lalu! Dan sekarang kamu lulus jadi Perawat, masih aja nangis kayak dulu. Ada apa sih, Al? Cerita sama Mama dong, Nak."
Hati Alika begitu lirih, bisa tidak ia menjawab, kalau ia tengah mengalami patah hati yang teramat hebat dalam kurun waktu bertahun-tahun? Lelaki yang selalu mengatakan cinta padanya, begitu saja pergi tanpa rasa beban. Alika hanya bisa menatap legam bola mata sang Mama, wanita yang sudah berjasa melahirkan dan membesarkan dirinya sampai saat ini.
Alika menggenggam tangan sang Mama. "Nggak ada apa-apa kok, Mah. Hanya lagi kangen aja sama teman-teman kampus."
"Yang benar?" Mama Lisa mengulangi pertanyaannya.
Alika ingin sekali memeluk wanita itu untuk melepas segala penat dan bebannya selama ini. Ia sudah berusaha untuk melupakan Bilmar, menghapus nama lelaki itu dari hatinya. Namun tetap saja, Bilmar akan selalu datang ke mimpinya dan mengucap kata Tunggu aku, aku akan pulang.
"Al ..." melihat putrinya hanya melamun, Mama Lisa kembali berseru dengan nada agak kencang.
"Kenceng banget sih, Mah, suaranya. Nanti Alika tuli, Mah." decak Alika sambil menutup kedua telinganya.
"Lebih baik Mama lihat kamu jadi tuli dari pada kamu jadi orang yang nggak waras. Kadang nangis, melamun, tidur seharian kayak orang mati, malas mau ngapa-ngapain!" Mama Lisa mencebik.
Alika memutar bola matanya jenga. "Ya abis mau ngapain lagi dong, kan bosan dirumah aja."
"Mama tuh heran liat kamu, Al. Di rumah hobinya ngurung diri terus di kamar, keluar kek, cari pacar sana. Mama jadi khawatir loh, takut kalau kamu tuh enggak suka sama lelaki."
Kedua mata Alika mendelik tajam, betapa kagetnya ia dituduh menjadi wanita penyuka sesama jenis.
"Enak aja, gini-gini Alika masih normal, Mah."
"Ya buktiin dong, kalau emang ada pacar. Bawa kerumah, kenalin sama Mama dan Papa."
Alika hanya memiringkan sudut bibirnya, memasang wajah masam.
"Atau jangan-jangan, kamu masih berhubungan sama si Bilmar ya?" tanya Mama Lisa dengan tatapan mata melotot. "Awas ya, Al. Kalau sampai kamu masih berdekatan sama dia, Mama nggak akan ngaku kamu jadi anak lagi."
Alika menatap Mamanya tanpa mengedip. Ia tercengang.
"Kenapa sih, Mah? Kejadiannya kan udan lama, masih kesal aja dengan Bilmar sampai sekarang.." Alika mencebik, bibir bawahnya di majukan seperti anak itik.
"Tuh kan, belain---" Mama Lisa mendekatkan wajahnya dan Alika memundurkan kepalanya, ia memalingkan tatapannya, karena takut dengan sang Mama.
"Masih kamu sama dia?" tanya Mama Lisa dengan suara ketus.
Alika mengangguk cepat. "Enggak kok, Mah."
"Beneran?"
Alika hanya mengangguk, ia harus pasrah berbohong. Pasrah karena di bohongi oleh janji Bilmar dan kini harus berbohong kepada sang Mama tentang kelakuannya yang selama ini dianggap aneh.
"Bisa tidak, kalau aku bilang aku mencintainya dan tetap menunggu kepulangannya. Akan membela ia mati-matian, walau Mama tidak menyetujui hubunga kami? Tapi dia malah pergi, membohongiku!" lirih Alika dalam batinnya.
Ia hanya bisa menahan rasa itu didalam dadanya. Semoga saja Alika tidak akan diagnosa mengidap penyakit paru-paru, karena terlalu lama menahan sesak kerinduan terhadap sang kekasih hati.
Entah bagaimana jika Mama Lisa tahu, kalau putrinya memang sudah galau bertahun-tahun karena memikirkan Bilmar. Lelaki yang ia tidak sukai sama sekali karena beberapa kejadian yang membuatnya harus dipanggil oleh guru BK.
"Ngelamar kerja sana, dari pada dirumah terus, cari pengalaman! Ngelamar aja di Rumah Sakit, tempat Mama kerja dulu, gimana?"
Alika menggelengkan kepala. "Enggak ah, Mah. Jauh banget. Papa juga enggak ngizinin kok! Kemarin sih Papa bilang, di pabrik tempat Om Dani bekerja, lagi mau mendirikan klinik untuk para pegawai mereka, pastikan butuh Perawat. Alika mau lamar kesana aja, Mah."
"Emang iya? Kok Papa enggak pernah cerita sama Mama?"
Alika hanya menaikan pangkal bahunya dan menggelengkan kepala. "Alika juga enggak tau, Mah." jawabnya simpel.
Mama Lisa hanya mengangguk-anggukan kepala. Wanita paru baya yang wajahnya sangat mirip dengan sang anak, masih saja terlihat cantik dan awet muda. Sudah dua tahun ini ia mengundurkan diri dari Rumah Sakit, tempatnya bekerja selama belasan tahun.
Ia memilih pensiun dini menjadi Perawat ICU di sana, karena penyakit jantung yang mulai ia derita. Sang suami, Syamsul Bahri. Melarang istrinya untuk bekerja lagi, Ia ingin Mama Lisa fokus dirumah, mengurus dirinya dan Alika. Papa Syamsul sangat mencintai Alika, walau ia tahu gadis itu bukanlah darah dagingnya.
"Assalammualaikum ..." ada suara memberi salam dari pintu utama.
"Kayaknya suara Tante Juli deh, Mah."
"Ya udah Mama kedepan dulu. Cuci muka kamu, Al. Habis itu keluar temuin Tante Juli."
Alika mengangguk. Mama Lisa pun berlalu dari kamar sang anak. Dengan helaan napas panjang Alika membaringkan tubuhnya begitu saja di atas ranjang. Merentangkan kedua tangan menatap lurus lampu yang saat ini tengah menyorot indera penglihatannya.
Lalu ia menoleh ke arah boneka beruang berwarna pink yang warnanya sedikit memudar, jika ditekan dibagian perut boneka, maka akan keluar suara Bilmar dari sana. Namun boneka itu sudah rusak, karena berkali-kali Alika banting jika ia sedang kesal dengan Bilmar, tapi akan memeluk boneka itu dengan erat sambil memangis karena merindukan lelaki itu.
"Aku rindu kamu, Bil."
Alika mulai memejamkan kedua mata, ia ingin sekali menemukan Bilmar walau hanya dalam mimpinya. Ingin merengkuh lelaki itu untuk dibawa pulang bersamanya. Memarahinya habis-habisan karena sudah membuat ia menjadi orang bodoh untuk mau menunggu tanpa kejelasan.
Sehabis menangis, tentu membuat tubuh menjadi lelah. Alika semakin nyenyak, ia pun tertidur dengan pulas. Perintah sang Mama ia biarkan begitu saja terbawa angin. Terasa roh didalam tubuhnya pun ingin terbang untuk menyusuri dunia mimpi. Mengikuti euforia Alika, untuk kembali ke masa-masa bahagianya bersama Bilmar. Berdua di sana tanpa takut terpisah.
"Kejarlah cita-citamu, Bil. Aku akan setia menunggu."
Dan ini lah awal mula kisah mereka berdua, tiga tahun yang lalu.
Flashback 2008
-Bersambung-
***
Like dan Komennya jangan lupa ya guyss❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ini cerita bilmar dan Alika waktu masih sekolah kah
2023-10-11
4
re
Mulai
2021-11-08
1
Muhayati Imuh
like & fav
2021-06-12
0