Bab 3 Pamit

Lusa akan menjadi hari terberat untuk Ana. Dia di jadualkan akan berangkat ke kantor pusat yang ada di Bekasi untuk bersekolah bahasa setelah menjalani rangkaian proses rumit.

Malam ini Ana dan Roy mengunjungi beberapa rumah sanak keluarga untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu untuk kelancaran prosesnya.

Semua orang bersedih tak terkecuali bulek Ratih, bulek dari Roy. wanita itu sampai menangis sesegukan saat Ana mengutarakan niatnya. Kesedihan mereka sebenarnya terletak pada Aidar yang masih bergantung Asi tetapi secara tiba-tiba harus disapih.

Aidar sendiri saat ini sudah dibawa Mbak Asih kakak perempuan Ana. Bulek Ratih pun sebenarnya bersedia merawat Aidar namun Ana lebih mantap hatinya jika Aidar bersama saudara perempuannya.

Sempat terjadi pertentangan tentang siapa yang merawat Aidar, Roy awalnya bersikeras ingin merawat Aidar sediri, tapi begitu melihat Aidar yang rewel saat hari pertama disapih laki-laki itu mengurungkan niatnya. memilih beralasan ia tidak bisa bekerja jika Aidar bersamanya. Meski alasan sebenarnya bukan itu.

Ana menghela nafas berat saat motor yang mereka kendarai masuk ke pelataran rumah orang tua Ana. Inilah moment terberatnya berpamitan dengan orang tuanya yang sudah renta.

''Apa ndak ada pilihan lain, nduk selain pergi jauh?'' Tanya bapak Ana lembut, saat Ana sudah mengutarakan niatnya.

''Ana sama mas Roy sudah berusaha pontang panting tapi hasilnya masih minim, Pak. Kasian anak-anak kalo keadaannya begini terus.'' Jelas Ana.

''Ya sudah kalo memang itu sudah keputusan kalian berdua, bapak sama mamak cuma bisa mendoakan yang terbaik, kamu sehat sukses apa yang kamu cita-cita kan bisa kinabulan( terkabul).'' Ucap Bapak dengan suara bergetar.

''Amin, terimakasih pak." Sahut Ana sembari menggenggam tangan keriput bapak.

Bapak Ana kemudian membelai tangan Ana, menatap sang putri kecilnya. Ya, setua apapaun kita akan kembali seperti putri kecil kan kalo sudah berhadapan dengan bapak. Dengan senyum khas dan penuh wibawa beliau kemudian berpesan

''Nduk awak mu oleh lungo, nanging awak mu ojo getun naliko balek bapak wes ndak ono, ojo getun, ojo nangis, ikhlas iki kabeh wes garis ee gusti allah" *

Ana terperanjak dari duduknya saat mendengar pesan dari bapak, rasa tak terima menyeruak dari hatinya seiring air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata, "Pak, jangan bilang begitu,bapak harus sehat sampai Ana pulang.'' Ucap Ana sesak, ucapan bapak pelan namun menusuk relung hati terdala.

''Kita itu tidak pernah tau ajal nduk,'' ujar bapak lagi. ''Sudah pokoknya kamu kalo memang sudah Niat nya mau kerja buat anak-anak, kamu niat kan yang bener, fokus jangan neko-neko, yang di rumah juga sama harus saling mendukung dan kerja sama.'' Lanjut bapak. sedikit berpesan pada sang menantu Roy. Belaian lembut berganti genggaman tangan hangat namun perih di hati Ana.

Ana kemudian berpindah berpamitan pada sang mamak yang juga sudah terisak di sampingnya. kembali Ana tak kuasa saat melihat wanita renta itu menghapus air mata.

''Bocah-bocah biar di sini aja sama mamak nduk,' lirih wanita sepuh itu. Kerut diwajahnya menggambarkan kesedihan yang begitu mendalam sedari Ana menyampaikan niatnya di awal tadi pun air mata yang tak juga mereda.

Ana tak sanggup menjawab, hanya tangis sesak yang keluar dari bibir nya. Wanita hebatnya itu, sudah begitu renta tapi masih kerepotan mengurus rumah dan juga bapak yang sakit stroke, di tambah meminta anak-anak Ana untuk tinggal bersama.

Sebenar nya Ana juga menginginkan hal sama, agak tidak percaya jika meninggalkan

Danu dan Raka tinggal bersama di kontrakan mereka, karena ya..... tau sendiri bagaimana sifat laki-laki .

''Anak-anak sama saya di rumah mak!'' Nanti kalo saya nggak ikut ngurus di sangka saya mau enak nya aja.'' Sahut Roy ketus .

Roy memang seperti itu kalo berbicara, kasar dan ketus. Apa lagi kalo sudah menyangkut hal-hal sensitif harus ekstra hati-hati saat berbicara.

Ana sendiri memilih mengontrak setelah menikah, padahal seharusnya dia tinggal bersama orang tuanya yang sudah renta dan juga sakit-sakitan . Tapi demi menjaga kesehatan mental orang tuanya dia memilih mengontrak meski tak jauh dari rumah orang tuanya.

Sedang mertua nya tinggal di luar kota, Ana memilih berpamitan lewat telepon karena

menghemat ongkos, pun dia sendiri tak begitu dekat dengan mertua nya itu .

*

*

Hari ini Ana memilih menghabiskan waktu dengan anak-anak nya di rumah kontrakan mereka, sembari menyusun beberapa pakaian ganti untuk ia bawa pergi esok hari.

''Adek lagi apa ya, Bu?'' Tanya Danu yang sedang sibuk memasangkan tali sepatu yang baru saja di cuci.

Raka yang ada di samping nya nampak memukul kecil paha sang kakak, ''jangan ngomongin adek lo mas,'' protesnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Ana tersenyum melihat anak nomor 2 nya itu, di balik sikap Raka yang kadang ceplas- ceplos kalau bicara, Raka memiliki hati yang lembut, apa lagi kalau sudah menyangkut sang adik Aidar. Mungkin karena sedari bayi dia lah yang bertugas menjaga Aidar saat Danu dan Ana sedang sibuk menyiapkan dagangannya.

''Adek lagi seneng-seneng main air, sama bude di beliin kolam renang yang kaya ember gede itu, sama pelampung buat di leher,'' jawab Ana menenangkan.

''wihh, seru itu pesti, adek kaki nya tuill tuill lucu.'' Celetuk Raka, matanya yang tadi sempat berselimut kabut berubah menjadi binar kebahagiaan, hanya karena mendengar adik nya senang di tempat nya.

''Mas sama kakak kan besok bisa kesana kalo ibu udah berangkat,'' ucap Ana .

'' Naik apa? Motornya loo selalu di bawa ayah,'' sahut Danu. jarang sekali Danu mengeluh seperti itu, biasa nya si sulung itu selalu menjawab ''iya."

Ana tersenyum masam mencoba memahami bagaimana perasaan sang putra, ''sabar,

Sementara pakai sepeda dulu, atau tempat mbah kung pinjem motor mbah.'' Ucap Ana menenangkan. ''Anak-anak malam ini pengen makan apa? Tanya Ana mengalihkan pembicaraan, karena dia sendiri pun tidak tahan jika harus membicarakan perihal Aidar.

2 anak remaja itu saling berpandangan sesaat sebelum si sulung Danu menyampaikan keinginannya, ''Ehmm.. boleh nggak bu kita makan mie ayam?" Tanya Danu.

''Tapi jangan di bawa pulang, Bu. Kita makan nya di tempat kaya dulu ibu sering ajak aku sama Mas Danu,'' timpal Raka.

Ana kembali tersenyum masam, sudah lama sekali memang sejak terakhir ia mengajak 2 anak nya ini makan di luar, terakhir kali hampir 2 tahun lalu sebelum Ana menikah dengan Roy. Mereka sesekali juga masih jajan, tapi lebih sering di bungkus dan makan di rumah, sama saja sebenar nya tapi nama nya anak-anak .....'

Ana langsung meng'iya kan keinginan sederhana anak-anaknya, ''oke nanti malam kita makan mie ayam yang d depan gang itu.'' Sahut Ana yang di susul sorak gembira,

Danu dan Raka____.

______Bersambung.

*Nduk awak mu oleh lungo, nanging awak mu ojo getun naliko balek bapak wes ndak ono, ojo getun, ojo nangis, ikhlas iki kabeh wes garis ee gusti allah"*

(Nak kamu boleh pergi, tapi kamu jangan menyesal kalau pulang nanti bapak sudah tidak ada [meninggal], jangan menyesal, jangan menangis, ikhlas ini semua sudah takdir dari gusti allah)

---Ini adalah pesan terakhir dari alm. Bapak di tahun 2017 saat aku pertama kali berangkat ke negara Taiwan. Btw bapak ku meninggal tahun 2020, 1 minggu sebelum kepulanganku ke tanah air. Al - Fatikhah buat bapak ❤️

Akhir nya selesai juga BAB yang menguras air mata ini.

Semoga banyak yang suka, please suport nya .......

Anna.

Episodes
1 Bab 1 Tangis
2 Bab 2 Maaf Nak,
3 Bab 3 Pamit
4 Bab 4 Semangkuk Mie Ayam perpisahan
5 Bab 5 PT Sinar Citra Formosa
6 Bab 6 Hari Keberangkatan Ana
7 Bab 7 Kontrak Pertama
8 Bab 8 Taman Da'an Taipe
9 Bab 9 Kemarahan Ana
10 Bab 10 Gedung 101
11 Bab 11 Keributan Pagi
12 Bab 12 Obrolan Penentu
13 Bab 13 Tzu Chi Hospital
14 Bab 14 Ama Onderdil Bodol
15 Bab 15 Obat Pelancar Kotoran
16 Bab 16 Kejutan Untuk Ana
17 Bab 17 Kembali Ke Rumah
18 Bab 18 Roy Si paling Playing Victim
19 Bab 19 Keputusan
20 Bab 20 Haruskah Aidar jadi korban?
21 Bab 21 Rapat Keluarga
22 Bab 22 Keputusan Akhir
23 Bab 23 Welcome kehidupan baru
24 Bab 24 RIP Ama Onderdi Bodol
25 Bab 25 Berlibur
26 Bab 26 Keluarga Huang
27 Bab 27 Selamat pagi Tuan Lhi
28 Bab 28 Keriuhan Sore hari
29 Bab 29 Malam panjang penuh bintang
30 Bab 30 Risol dan Bakwan jagung
31 Bzb 31 Huang Andi
32 Bab 32 Baguashan Changhua City
33 Bab 33 Senja Di Pantai Lukang
34 Bab 34 Perjodohan Yang Tiba-Tiba
35 Bab 35 Zhang Lucyana
36 Bab 36 Hadirnya Kembali Sebuah Luka
37 Bab 37 Intermezzo
38 Bab 38 Aku Mencintai Orang Lain
39 Bab 39 Malam Berduka Ana
40 Bab 40 Obrolan Santai
41 Bab 41 Jincheng Night Market
42 Bab 42 Gaun Pengantin
43 Bab 43 Gerimis Di Malam Suram
44 Bab 44 Demam
45 Bab 45 Ada apa dengan Ana?
46 Bab 46 Jika Cinta Kenapa Memaksa
47 Bab 47 Hari Pernikahan
48 Bab 48 Andi Si Pemadam
49 Bab 49 Terbukanya Sebuah Rahasia
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Tangis
2
Bab 2 Maaf Nak,
3
Bab 3 Pamit
4
Bab 4 Semangkuk Mie Ayam perpisahan
5
Bab 5 PT Sinar Citra Formosa
6
Bab 6 Hari Keberangkatan Ana
7
Bab 7 Kontrak Pertama
8
Bab 8 Taman Da'an Taipe
9
Bab 9 Kemarahan Ana
10
Bab 10 Gedung 101
11
Bab 11 Keributan Pagi
12
Bab 12 Obrolan Penentu
13
Bab 13 Tzu Chi Hospital
14
Bab 14 Ama Onderdil Bodol
15
Bab 15 Obat Pelancar Kotoran
16
Bab 16 Kejutan Untuk Ana
17
Bab 17 Kembali Ke Rumah
18
Bab 18 Roy Si paling Playing Victim
19
Bab 19 Keputusan
20
Bab 20 Haruskah Aidar jadi korban?
21
Bab 21 Rapat Keluarga
22
Bab 22 Keputusan Akhir
23
Bab 23 Welcome kehidupan baru
24
Bab 24 RIP Ama Onderdi Bodol
25
Bab 25 Berlibur
26
Bab 26 Keluarga Huang
27
Bab 27 Selamat pagi Tuan Lhi
28
Bab 28 Keriuhan Sore hari
29
Bab 29 Malam panjang penuh bintang
30
Bab 30 Risol dan Bakwan jagung
31
Bzb 31 Huang Andi
32
Bab 32 Baguashan Changhua City
33
Bab 33 Senja Di Pantai Lukang
34
Bab 34 Perjodohan Yang Tiba-Tiba
35
Bab 35 Zhang Lucyana
36
Bab 36 Hadirnya Kembali Sebuah Luka
37
Bab 37 Intermezzo
38
Bab 38 Aku Mencintai Orang Lain
39
Bab 39 Malam Berduka Ana
40
Bab 40 Obrolan Santai
41
Bab 41 Jincheng Night Market
42
Bab 42 Gaun Pengantin
43
Bab 43 Gerimis Di Malam Suram
44
Bab 44 Demam
45
Bab 45 Ada apa dengan Ana?
46
Bab 46 Jika Cinta Kenapa Memaksa
47
Bab 47 Hari Pernikahan
48
Bab 48 Andi Si Pemadam
49
Bab 49 Terbukanya Sebuah Rahasia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!