Bab 2 Maaf Nak,

Ana masih memandang lekat wajah polos anak-anaknya. Sesekali diusapnya satu persatu kening sang putra. Rasa bersalah bercampur sakit menyeruak di hatinya. ''Tuhan tidak akan menguji hamba nya di atas batas kemampuan hamba nya, tapi sampai mana batas ini," batin Ana Kembali sesak bersamaan dengan tangis yang kembali mendominasi.

Isak Ana mengusik putra sulungnya, Danu, hingga sang putra terbangun,

"Ibu, nangis ya?" Ucap Danu Sembari mengucek matanya.

Ana yang tertangkap basah Danu sedikit kikuk dengan cepat ia mengusap sisa air mata di pipinya, "Ndak. Ibu ndak nangis kok," jawab Ana dengan suara serak.

"Nggak nangis apanya, lihat nih pipi Danu sama adek-adek basah semua." Sungut Danu seraya mengelap pipi nya yang lembab karena air mata .

"Itu iler, mas.'' Kilah Ana. Di usapnya pipi Danu yang pelan.

"Ibu kenapa?" Tanya Danu kembali dengan suara sendu, Ibu berantem sama ayah?" Lanjutnya membuat Ana tak kuat lagi menahan sesak yang kembali menyeruak, di peluknya anak sulungnya itu.

Danu memang masih terbilang remaja usianya baru 15 tahun namun dia sangat dewasa. Dia lah tempat Ana menumpahkan air mata tiap kali penat melanda. Sedikit ragu Ana mulai berbicara.

" Mas, ibu kerja jauh ya?" Ucap Ana dengan suara bergetar.

Danu yang turut meneteskan air mata pun bertanya dengan suara yang sedikit tersedat "K..kerja kemana Bu?.

Ana tak mampu menjawab, air matanya kembali tumpah, sekuat tenaga Ana mengatur emosi nya untuk memberi penjelasan pada Danu, dan Raka yang tiba-tiba juga terbangun dari tidurnya.

"Mas sama kakak tau kan keadaan kita disini, kalo Ibu gak nekat, hidup kita nggak berubah mas," buat sekolah kalian juga." Jelas Ana menahan tangis.

"Iya, tapi ibu mau kerja kemana, Bu?" Sela Danu yang masih terisak.

"Taiwan." Jawab Ana pelan.

"Tapi Aidar gimana, Bu? Aidar masih kecil, Aidar masih butuh, Ibu!. Garis kecewa dan sedih tergambar jelas di wajah polos Danu pun Raka yang menatap seolah tak percaya.

''Apa tidak ada jalan lain bu, maksutnya kenapa ibu yang pergi bukan Ayah,'' Sela Raka. ''Kan mencari nafkah itu tanggung jawab seorang ayah.'' imbuhnya membuat dada Ana bak terhantam bongkahan batu.

Ana memeluk anak ke dua nya itu, Raka memang selalu ceplas ceplos kalau berbicara, meski terkadang apa yang di katakan benar ada nya, "ngomong nya jangan kaya gitu, nak. Nanti kalo ayah denger jadi salah paham,'' lirih Ana. Air matanya masih tumpah tanpa bisa di tahan.

Raka nampak tidak setuju dengan yang barusan Ana ucapkan, dengan sedikit sinis dia kembali menyela, "ya bener kan! Itu seharusnya memang kewajiban ayah."

Ana tersenyum masam di sela-sela menyeka air mata, ''iya benar, tapi terkadang kita juga harus hati-hati dalam mengungkapkan, jangan sampai yang harus nya bener jadi nggak bener karna salah paham.'' jelasnya pada si anak kedua.

''Terserah, ibu lah.'' Raka yang tak terima kemudian kembali berbaring membelakangi Ana dan Danu.

Danu yang tau bagaimana sifat keras adik nya itu hanya menghela nafas, "Ka, kamu jangan kaya gitu, ibu juga ngelakuin ini dengan terpaksa,'' ucapnya mencoba memberi pengertian pada sang adik.

Raka membalikkan badan nya, 'Ya terus harus gimana mas?'' Sahutnya sinis.

''Kamu denger penjelasan ibu dulu, jangan langsung kaya gitu.'' jawab Danu pelan.

''Udah jelas kok. Ibu mau pergikan, ninggalin kita, ninggalin adek,'' ucap Raka sesaat kemudian badan nya turut bergetar pertanda bagaimana sesaknya dia menahan kecewa.

Danu dan Ana kembali luruh dalam tangis, berpelukan seraya saling menguatkan, bersama dengan air mata yang semakin deras.

'''Maaf kan ibu, nak. Ibu tidak ada pilihan lain. Ini semua demi masa depan kalian." Lirihnya.

Tangis kembali mendominasi, menjadikan malam itu malam terperih untuk Ana. "Terpaksa" menjadi alasan yang paling menyakitkan untuknya.

Danu dan Raka memang terbilang dewasa untuk ukuran anak seusia mereka , terlebih Danu terkadang ia jauh lebih peka dengan sekitar dibanding Ana sendiri, mungkin karena sedari kecil Danu selalu merasakan semua penderitaan Ana.

Raka pun sama, namun beda nya anak kedua nya itu lebih berani dalam mengungkapkan isi hati nya, tanpa peduli bagaimana orang-orang menanggapi kalau menurut nya salah ya dia akan berkata salah pun sebalik nya.

Wajar jika mereka kecewa dengan keputusan Ana karena untuk pertama kali nya mereka akan jauh dan berpisah lama dengannya.

Sedari kecil Ana memang mengajari anak-anak nya untuk berani berpendapat, atau sederhananya mereka harus bisa mempertahan kan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Namun sayangnya praktek yang terjadi di lapangan tidak selalu sama, terbukti dari mereka yang tidak mendapatkan hak mereka sebagai anak dari ayah kandung mereka, dan sekarang

Kenyataan pahit lain nya muncul, dimana mereka harus belajar berjauhan dengan sang ibu. Dengan dalih terpaksa, demi kebutuhan.

Danu kembali membuka obrolan saat tangis mereka mulai mereda, ''terus ayah gimana?Apa ayah udah setuju?'' Tanya Danu.

''Orang itu apa mungkin nggak setuju sih mas kalau untuk urusan duit,'' sahut Raka frontal.

Ana kembali tersenyum masam sembari membelai rambut ikal Raka, ''Ayah sudah setuju, ibu udah bicarakan kok,'' jawab Ana.

''Pokoknya terserah ibu, tapi adek jangan di bawa kemana-mana, biar di rumah aja Sama aku sama mas.'' Ucap Raka kembali sembari memeluk sang adik Aidar yang tidur pulas.

''Adek nanti biar di rumah bude, nak. Kasian kalo dirumah sini.'' ujar Ana. ''Danu sama Raka denger ibu, nanti kalo ibu sudah jadi berangkat, kalian berdua dengerin omongan ibu yaa, nurut sama bude, pokoknya apapun yang terjadi nurut sama bude.'' Tegas Ana.

''Kenapa memangnya bu?'' Tanya Danu pelan.

''Ibu pasti udah punya rencana ini mas,'' sahut Raka.

''Pokoknya nurut aja,'' pungkas Ana. ''Udah bubuk lagi gih, ayah udah pulang itu, besok kita obrolin lagi.'' Lanjutnya saat didengarnya suara motor Roy memasuki halaman rumah.

Hampir setiap hari Roy pulang lewat tengah malam atau kadang hampir pagi, nongkrong dengan teman-temannya tak jarang pula pulang dalam keadaan mabuk.

Kalo sudah begini Ana hanya bisa menghela nafas lelah, namun tak berdaya.

Mau marah pun percuma yang ada hanya menambah masalah dan pikiran saja, jadi diam dan pasrah menerima adalah pilihan terbaik nya.

____Bersambung.

Semoga anak-anak ku tumbuh se Green flag Danu ya allah .......

Salam cinta

Ibu❤️

Terpopuler

Comments

Edelweis Namira

Edelweis Namira

Kasihan banget sama si Ana. Berjauhan sama anak itu gak enak. Baru awal-awal begini sudah sedih banget, Thor

2025-09-14

0

Kim shin

Kim shin

apakah bab ini di beri bawang 10 kilo 😭😭😭

2025-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tangis
2 Bab 2 Maaf Nak,
3 Bab 3 Pamit
4 Bab 4 Semangkuk Mie Ayam perpisahan
5 Bab 5 PT Sinar Citra Formosa
6 Bab 6 Hari Keberangkatan Ana
7 Bab 7 Kontrak Pertama
8 Bab 8 Taman Da'an Taipe
9 Bab 9 Kemarahan Ana
10 Bab 10 Gedung 101
11 Bab 11 Keributan Pagi
12 Bab 12 Obrolan Penentu
13 Bab 13 Tzu Chi Hospital
14 Bab 14 Ama Onderdil Bodol
15 Bab 15 Obat Pelancar Kotoran
16 Bab 16 Kejutan Untuk Ana
17 Bab 17 Kembali Ke Rumah
18 Bab 18 Roy Si paling Playing Victim
19 Bab 19 Keputusan
20 Bab 20 Haruskah Aidar jadi korban?
21 Bab 21 Rapat Keluarga
22 Bab 22 Keputusan Akhir
23 Bab 23 Welcome kehidupan baru
24 Bab 24 RIP Ama Onderdi Bodol
25 Bab 25 Berlibur
26 Bab 26 Keluarga Huang
27 Bab 27 Selamat pagi Tuan Lhi
28 Bab 28 Keriuhan Sore hari
29 Bab 29 Malam panjang penuh bintang
30 Bab 30 Risol dan Bakwan jagung
31 Bzb 31 Huang Andi
32 Bab 32 Baguashan Changhua City
33 Bab 33 Senja Di Pantai Lukang
34 Bab 34 Perjodohan Yang Tiba-Tiba
35 Bab 35 Zhang Lucyana
36 Bab 36 Hadirnya Kembali Sebuah Luka
37 Bab 37 Intermezzo
38 Bab 38 Aku Mencintai Orang Lain
39 Bab 39 Malam Berduka Ana
40 Bab 40 Obrolan Santai
41 Bab 41 Jincheng Night Market
42 Bab 42 Gaun Pengantin
43 Bab 43 Gerimis Di Malam Suram
44 Bab 44 Demam
45 Bab 45 Ada apa dengan Ana?
46 Bab 46 Jika Cinta Kenapa Memaksa
47 Bab 47 Hari Pernikahan
48 Bab 48 Andi Si Pemadam
49 Bab 49 Terbukanya Sebuah Rahasia
50 Bab 50 Ana Juga Korban
51 Bab 51 Intermezzo
52 Bab 52 Dipaksa Kembali
53 Bab 53 Mengubur Segala Luka
54 Bab 54 Mie Ayam Nostalgia
55 Bab 55 Rujuk ?
56 Bab 56 Jangan Jadikan Aidar Alasan
57 Bab 57 Memori Gerimis Di Malam Mencekam
58 Ban 58 Danu Kamala Dan Raka Fallah
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 Tangis
2
Bab 2 Maaf Nak,
3
Bab 3 Pamit
4
Bab 4 Semangkuk Mie Ayam perpisahan
5
Bab 5 PT Sinar Citra Formosa
6
Bab 6 Hari Keberangkatan Ana
7
Bab 7 Kontrak Pertama
8
Bab 8 Taman Da'an Taipe
9
Bab 9 Kemarahan Ana
10
Bab 10 Gedung 101
11
Bab 11 Keributan Pagi
12
Bab 12 Obrolan Penentu
13
Bab 13 Tzu Chi Hospital
14
Bab 14 Ama Onderdil Bodol
15
Bab 15 Obat Pelancar Kotoran
16
Bab 16 Kejutan Untuk Ana
17
Bab 17 Kembali Ke Rumah
18
Bab 18 Roy Si paling Playing Victim
19
Bab 19 Keputusan
20
Bab 20 Haruskah Aidar jadi korban?
21
Bab 21 Rapat Keluarga
22
Bab 22 Keputusan Akhir
23
Bab 23 Welcome kehidupan baru
24
Bab 24 RIP Ama Onderdi Bodol
25
Bab 25 Berlibur
26
Bab 26 Keluarga Huang
27
Bab 27 Selamat pagi Tuan Lhi
28
Bab 28 Keriuhan Sore hari
29
Bab 29 Malam panjang penuh bintang
30
Bab 30 Risol dan Bakwan jagung
31
Bzb 31 Huang Andi
32
Bab 32 Baguashan Changhua City
33
Bab 33 Senja Di Pantai Lukang
34
Bab 34 Perjodohan Yang Tiba-Tiba
35
Bab 35 Zhang Lucyana
36
Bab 36 Hadirnya Kembali Sebuah Luka
37
Bab 37 Intermezzo
38
Bab 38 Aku Mencintai Orang Lain
39
Bab 39 Malam Berduka Ana
40
Bab 40 Obrolan Santai
41
Bab 41 Jincheng Night Market
42
Bab 42 Gaun Pengantin
43
Bab 43 Gerimis Di Malam Suram
44
Bab 44 Demam
45
Bab 45 Ada apa dengan Ana?
46
Bab 46 Jika Cinta Kenapa Memaksa
47
Bab 47 Hari Pernikahan
48
Bab 48 Andi Si Pemadam
49
Bab 49 Terbukanya Sebuah Rahasia
50
Bab 50 Ana Juga Korban
51
Bab 51 Intermezzo
52
Bab 52 Dipaksa Kembali
53
Bab 53 Mengubur Segala Luka
54
Bab 54 Mie Ayam Nostalgia
55
Bab 55 Rujuk ?
56
Bab 56 Jangan Jadikan Aidar Alasan
57
Bab 57 Memori Gerimis Di Malam Mencekam
58
Ban 58 Danu Kamala Dan Raka Fallah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!