"WOY, ARGA NAKSIR BOCAY WOY!!!"
Arga bersiap mendekat dengan tangan terkepal, sedangkan Bambang yang sebelumnya telah bersiap segera melancarkan jurus langkah seribu nya, diiringi pecahnya tawa seisi kelas saat itu juga melihat adegan kejar-kejaran Arga dan Bambang.
...***...
Gerbang SMP Negeri di daerah pegunungan ini nampak begitu ramai. Mereka berlomba untuk keluar dari kawasan sekolah dan berpencar menuju arah rumah masing-masing.
"Senja, kamu pulangnya gimana?" tanya Ifa.
Diantara mereka berempat, memang hanya Senja yang tak searah dengan ketiga temannya.
"Tinggal jalan sampe pertigaan, terus nunggu angkot di sana," jawab Senja santai.
"Tapi kamu sendirian," ucap Ucik dengan nada khawatir.
"Nggak coba minta jemput Kakak kamu aja," lanjut Ucik.
"HP aku kan mati kawan-kawan, makanya tadi nggak bisa ngabarin kalian kalau aku terbaring lemah di UKS," ucap Senja dengan nada sendu.
"Ellah, nggak malu apa, elu masuk UKS kan gara-gara insiden tabrakan beruntun," ejek Ayu.
"Langka loh, biasanya yang dapet perawatan intensif kan korban, lha ini malah pelaku yang terkapar tak berdaya," Ifa menimpali.
Senja hanya memanyunkan bibirnya ketika terus diejek oleh teman-temannya.
"Udah-udah, jangan godain Senja terus, kasihan," lerai Ucik tiba-tiba.
Senyum Senja mengembang karena sahabatnya yang satu ini tak segesrek kedua sahabatnya yg lain.
"Soalnya nggak ada Kakak kelas yang gendong kalau pingsan sekarang," ucap Ucik lagi dengan senyum yang tertahan.
"Bwftwahahahahahaha!!" tawa Ayu dan Ifa pecah, dan di saat yang sama senyum yang masih baru saja mengembang itu harus pupus sebelum masanya. Ternyata sahabat mereka yang sedikit pendiam ini punya selera humor yang tak kalah tinggi dengan mereka.
"Hhiiihhh," kesal Senja sambil menghentakkan kakinya menjauh dari kedua sahabatnya.
"Senja!!!"
"Awas!!!"
Brak! Brugh! Sssrrrrraakkkk!
Semua membulatkan mata dengan mulut menganga menyaksikan tragedi di hadapannya ini.
"Astaga Senja...," Ucik berlari tergopoh-gopoh kearah Senja yang sudah terperosok ke got.
Saat berada di depan Senja, dia bingung harus melakukan langkah evakuasi seperti apa. Pantat Senja masuk ke dalam got, dengan kaki yang nyampir di pinggiran got. Di sisi lain, seorang korban yang jatuh beserta motornya nampak susah payah bangun dengan siku yang terluka.
"Astaga! Itu kan?!" kaget Ifa.
"KAK ARGA!" pekik Ayu.
Mereka saling pandang. Hingga akhirnya...
"Hey, pada nggak ada niatan buat nolongin aku apa?" lirih Senja yang tengah berjuang seorang diri bangkit dari got tanpa air ini.
"Astaga...," Ucik yang kesadaran kembali paling awal, diikuti Ifa dan Ayu kemudian.
Saat ketiganya hendak mengeluarkan Senja dari got, nampak sepasang tangan telah terlebih dahulu terulur, mengangkat tubuh Senja dan mendudukkannya di pinggiran jalan yang berumput.
"Ma, makasih Kak," ucap Senja saat menyadari siapa yang telah kembali menolongnya.
"Ada yang sakit?" tanya Arga kemudian.
Ya, yang menolong Senja adalah Arga.
Harus ya kakak ini yang menolongku lagi. Batin Senja. Senja masih terdiam merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Untung gotnya kering, bagaimana jadinya kalau got itu terisi air seperti biasa. Saat Senja tengah khusyu' meratapi nasib, netranya menangkap sesuatu di lengan Arga.
"Kak itu..." gumam Senja.
"Iya, aku jadi korban penabrakan kamu lagi" ucap Arga sembari terkekeh.
"Maaf ya Kak," ucap Senja dengan menunduk kemudian.
"Gimana ceritanya tadi kamu bisa nyelonong ke tengah jalan gitu?" tanya Arga dengan posisi jongkok di samping Senja yang duduk menyelonjorkan kakinya.
"Aahh, itu, emmm.....," Senja bingung harus mengatakan apa. Tak mungkin rasanya dia mengatakan sebenarnya, bahwa alasan dia hilang arah saat berjalan karena keisengan sahabat-sahabatnya yang terus menggodanya dengan Arga.
"Hai bocah," panggil Arga sambil mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah Senja.
"Eh iya."
Di sisi lain, ketiga sahabat Senja yang berdiri tak jauh darinya hanya saling memandang dalam diam. Melihat interaksi Senja dan kakak kelasnya itu membuat mereka segan tak tahu harus nimbrung atau meninggalkan mereka berdua.
"Kita gimana nih," lirih Ayu pada kedua sahabatnya.
Ifa dan Ucik hanya menggidikkan bahunya.
"Hey, kalian," panggil Arga.
Ucik, Ifa dan Ayu hanya saling memandang.
"Iya kalian," panggil Arga lagi.
"Iya Kak," jawab Ucik akhirnya.
"Ada yang bisa nganter Senja, dia rada susah jalan kayaknya," tutur Arga.
"Kita naik angkot Kak," jawab Ucik lagi.
"So?" Arga melayangkan pandangan pada mereka setelahnya.
"Emmm,,,," mereka serempak memandang Senja.
"Aku nunggu di sini aja Kak?" kata Senja kemudian.
Arga beserta ketiga teman Senja mengernyit seakan bertanya maksud Senja.
"Gini loh, biasanya kalau aku pulang telat Mas ku bakal nyusulin," terang Senja.
"Terus kamu bakal nunggu di mana?" tanya Arga.
Arga POV
"Hey, kalian," panggilku pada ketiga sahabat Senja.
Bukannya menjawab mereka malah saling melempar tatapan.
"Iya kalian," jelasku lagi.
"Iya Kak," jawab salah seorang dari mereka.
"Ada yang bisa nganter Senja, dia rada susah jalan kayaknya," terangku pada mereka.
"Kita naik angkot Kak."
Jawaban macam apa ini. Sebenarnya aku tak keberatan jika harus mengantar bocah ini pulang, namun tak nyaman rasanya jika aku langsung menawarkan bantuan.
"So?" tanyaku.
"Emmm,,,,," mereka serempak memandang Senja.
"Aku nunggu di sini aja Kak?" kata Senja kemudian.
Apa maksud bocah ini.
"Gini loh, biasanya kalau aku pulang telat Mas ku bakal nyusulin," terang Senja.
"Terus kamu bakal nunggu di mana?" tanyaku.
"Ya di sini Kak, mau ke mana lagi," jawab Senja.
"Kalian kalau mau balik duluan aja," ucapku pada ke tiga sahabat Senja.
"Senja?" ucap salah seorang diantaranya sambil menatap Senja.
"Iya, duluan aja," jawab Senja seolah paham dengan keraguan rekan-rekannya.
"Kita duluan ya," pamit temannya yang berkacamata.
"Nitip Senja ya kak," pamit yang tubuhnya paling pendek diantara ketiganya.
Aku hanya mengangguk. Ketiganya kemudian melangkah meninggalkan aku dan Senja.
"Siapa aja tadi temen kamu?" tanya ku pada Senja sambil ikut menyelonjorkan kakiku di sampingnya.
"Yang pake kacamata tadi Ucik, yang putih tinggi tadi Ifa, yang yang paling mungil Ayu," terangnya.
"Terus yang hobi nabrak ini siapa?" godaku sambil menahan tawa.
"Yang ini namanya Senja."
Astaga!
Bocah ini sepertinya tak paham kalau aku hanya bercanda. Tak kusangka dia menjawab sesuai pertanyaanku, padahal aku sudah tahu nama dan kelasnya pasca tragedi toilet tadi.
"Aku antar aja ya, rumah kamu mana?" tawarku padanya.
"Ha?!" dia nampak tersentak dan mendongak. Saat itu juga tatapan kami bertemu. Hanya sepersekian detik, dan dia menunduk kembali.
"Gimana?"
"Em anu kak, nggak usah," jawabnya dengan gugup dan..., terlihat takut.
Kok takut sih, apa yang salah emang? Aku sedikit menundukkan kepalaku, mencoba mensejajarkan wajah dengannya.
"Emm, it, ituu, anuuu,,, tangan Kakak berdarah," lirihnya.
"Hallah, biasa ini mah."
"Maaf kak, aku takut kal..."
"Cahaya!"
Aku dan Senja menoleh serempak. Wajah itu benar-benar tegas, dan saat kulihat Senja. Ya ampun dia pucat. Apakah dia ayah Senja?
TBC.
Alhamdulillah done dear.
Semoga kalian suka ya.
Ditunggu banget kritik dan sarannya.
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Hanna Devi
like lg Cinta Kedua (Untuk Zylva) 😍🤗
2021-04-01
0
Egha
aduh...pagi" aku ngakak bacanya sial banget senja ...nabrak trs jadi korban Mulu😂😂😂
2021-03-18
1
Mey Yanti
jdi kpiting rebus tu muka senja tu pasti senja....hati" senja klo jln...jgn nabrak mulu org yg sm pula😅😅😅😅
2021-03-10
1