Bel berbunyi nyaring, tanda jam pelajaran berganti.
"Baik anak-anak, pertemuan kali ini saya rasa cukup. Sebelum saya keluar barangkali ada yang ingin kalian tanyakan terkait pembelajaran kita hari ini?" tanya bu Tri pada kelas VII f.
"TIDAK BBUUUUU," jawab kelas VII f serempak.
"Kalau tidak, saya akhiri pertemuan hari ini, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," tutup bu Tri untuk pelajaran Geografi siang ini.
"WAALAIKUM SALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH," serempak kelas VII f.
Karena sebelum pulang masih ada 1 jam pelajaran lagi, kelas tampak tenang dan hanya beberapa yang keluar dari tempat duduk masing-masing.
"Ini yang ke Senja aku aja apa kalian juga mau ikut?" tanya Ifa kepada Ucik dan Ayu.
"Bertiga aja yuk, ntar kalau dia butuh temen baru deh salah satu dari kita nemenin dia di sana. Gimana?" usul Ayu.
Ucik hanya manggut-manggut sebagai sinyal persetujuan.
"Oke deh, cabut yuk," ajak Ifa.
Mereka berjalan beriringan menuju UKS.
Belum juga sampai ke UKS, mereka malah bertemu dengan Senja yang berjalan bersama orang yang sebelumnya menyelamatkan Senja dari alfa yang mereka tahu bernama Arbi.
"Loh Senja, udah sembuh kamu?” tanya Ifa cepat.
"Loh kok sama kak Ar..."
"Arga, panggil Arga jangan Arbi," Arga memotong ucapan Ifa dengan cepat.
Oh, namanya Arga. Batin Senja. Karena dia juga belum tahu nama kakak kelas yang menjadi korban penabrakan sekaligus dewa penolongnya.
"Iya, kok bisa sama Kak Arga?" kini Ifa bertanya dengan memandang ke arah Senja.
Senja yang sedari tadi menunduk bukannya menjawab malah nyengir sambil memandang teman-temannya.
"Tadi nggak sengaja aku lihat dia jalan sendirian, daripada nanti pingsan lagi jadi mau aku anterin sekalian balik ke kelas.x Arga menjeda ucapannya sambil memandang adik-adik kelasnya ini. "Karena sekarang udah ada kalian, aku langsung ke kelas ya. Kalian juga, masih ada 1 jam pelajaran kan, jangan bolos." Arga kemudian berjalan meninggalkan Senja beserta kawan-kawannya.
"Cie..... Senja...., diem-diem udah deketan nih sama kakak kelas," goda Ayu sambil menyenggol bahu Senja.
"Apaan sih, itu tadi barus banget nyamperinnya, tepat sebelum kalian muncul, belum juga ngobrol, tahu namanya aja kagak," terang Senja panik. Dia takut dikira naksir sama kakak kelas yang wajahnya saja belum dia lihat dengan jelas. Selain karena Arga punya postur tubuh yang tinggi menjulang, juga karena Senja selalu menunduk dan tak berani menatap ke arah lawan jenis, siapapun itu.
"Jadi kalau kita nggak keburu muncul bakal ada adegan ngobrol dan kenalan nih," kini ganti Ifa yang menggoda sahabatnya ini.
"Ah..., itu, anuu, emm,,," Senja nampak gelagapan, tak tahu harus menjawab apa.
"Udah, udah, sesi goda dan tanya jawabnya lanjut nanti aja, sekarang kita balik ke kelas, takut Si Bapak udah masuk aja," lerai Ucik sambil menggandeng Senja mendahului kedua temannya.
"Iye deh iye Bu Ketua," sahut Ayu dan Ifa dengan lesunya mengikuti Ucik dan Senja yang sudah terlebih dulu memulai langkah.
Jika di kelas VII f masih ada 1 jam pelajaran, berbeda dengan kelas IX c. Kelas Arga kini tengah kosong, namun semua tetap bertahan di kelas. Ada yang bersenda gurau, ada pula yang nampak sibuk berkutat dengan buku pelajarannya.
"Ga, daftar nama-nama kelompok untuk tugas Pak Umar tadi udah kamu kumpulin belum," tanya Desi pada Arga.
"Udah tadi, napa emang?" tanya balik Arga.
"Ihh, ogah aku sekelompok sama Bambang, dia tuh...,"ucapan Desi terhenti karena merasa ada seseorang yang merangkulnya dari belakang.
"Emangnya kenapa yayang Desi nggak mau sekelompok sama Babang yang tampan nan menawan ini," goda Bambang sambil menarik turunkan alisnya.
"Ihhh, singkirin nggak nih tangan," geram Desi sambil mencoba menyingkirkan lengan Bambang dari pundaknya.
"Nggak mau, jawab dulu," ucap Bambang yang bukannya melepas rangkulannya malah kini beralih memiting leher Desi.
"Nggak mau karena kamu tu nggak jelas gini ini. Iiiihhhhh, lepasin Bambaaaang!!!" teriak tertahan Desi.
"Nggak mau, nggak mau," kekeh Bambang sambil mengeratkan pitingannya.
"Ih, nyebelin tahu nggaaaakkkkkk," ucap Desi sambil mendorong lengan Bambang.
"Wes, wes bubar. Mumet aku lihat kalian," lerai Arga.
"Beneran Ga, nggak boleh tuker, uhuk, uhuk," tanya Desi sambil batuk-batuk karena kencangnya pithingan Bambang baru saja berhasil dia lepaskan.
"Bisa, tinggal bilang aja sama Pak Umar," jawab Arga santai.
"Dah sono, samperin Pak Umar," timpal Bambang sambil terkikik.
"Iihhhh," gerutu Desi sambil menghentak-hentakkan kakinya meninggalkan Arga dan Bambang.
Menemui pak Umar bukan lah solusi impian Desi, karena pasti pak Umar tak akan menerimanya alasan yang tak masuk akal.
"Eh, tadi Si Bocah gimana?" tanya Bambang sambil menarik kursi dan duduk di samping Arga.
"Bocah?" tanya Arga yang tak mengerti siapa bocah yang dimaksud Bambang.
"Itu, bocah yang tadi pingsan," jelas Bambang.
"Oh, Senja. Udah balik ke kelas dia," jawab Arga datar.
"O, jadi namanya Senja. Eh kok tahu kalau dia balik ke kelas, tadi kamu ke kelas dia, jenguk dia di UKS, atau jangan-jangan malah nganterin dia, gimana sih?" tanya Bambang beruntun.
"Kayak cewek lu lama-lama," timpal Arga.
"Eh Si Bambang di tanya," seloroh Bambang.
"Iya, nggak jelas kayak situ."
"Eh, iya. Bambang tuh aku ya," lirih Bambang sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Jadi gimana?" tanya Bambang lagi.
"Gimana apanya?" tanya Arga datar.
"Mau nih bogeman mendarat di muka elu, muka standar lu mau tak ancurin," ucap Bambang dengan nada sok mengancam sambil mengacungkan kepalan tangan di depan wajah Arga.
Bukannya takut, Arga malah menyardarkan tubuhnya di kursi. "Aku ke kelas dia tadi, di suruh mbak Siti buat ngizinin dia ke guru mapel di kelasnya, tapi dia masih di UKS. Nah tadi pas ke kantor buat ngumpulin tugas, dia balik ke kelas sendiri. Pas aku samperin..."
"Wah, wah, wah, roman-romannya lu doyan toh sama bocah, udah main, hmbft," tadi ucapan Arga terpotong oleh Bambang, sekarang giliran Arga yang menghentikan ocehan Bambang dengan membekap mulutnya.
"Hah, hah, hh, mau jadi pembunuh kamu, gila ya."
"Lagian sampean itu, tadi nanya giliran dijawab main potong aja, udah gitu main ngoceh seenak jidat."
"Iye, iye maaf, jadi gimana ceritanya Mas Arbi Sumarga," kata Bambang pada Arga dengan nada dibuat-buat.
"Pas nyamperin barengan sama temen-temen dia, jadi aku nggak sempat nanya gimana keadaan dia," terang Arga dengan tatapan menerawang.
"Jadi kalau tadi nggak ada temennya dateng bakal ada adegan nanya keadaan sama nganter ke kelas," terka Bambang dengan intonasi di buat setenang mungkin.
"Iya, aku takut dia..." menyadari ada yang salah dengan ucapannya, Arga mendadak diam dan menatap Bambang yang terkikik dengan tatapan membunuhnya.
"WOY, ARGA NAKSIR BOCAY WOY!!!" teriak Bambang yang membuat seisi kelas mendadak diam.
Melihat Arga tampak mengambil ancang-ancang untuk menghajarnya, Bambang pun mempersiapkan jurus langkah seribu. Ketika Arga mulai mendekat dengan tangan terkepal, Bambang segera melancarkan jurus andalan yang sebelumnya sudah dia persiapan. Saat itu juga, pecahnya tawa seisi kelas IX c menjadi backsound adegan kejar-kejaran antara Arga dan Bambang.
Tbc
Yey done.
Semoga reader suka ya.
Happy reading ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Hanna Devi
like 😄
2021-04-01
0
Fira Ummu Arfi
lanjuuutttt bacaaaa kaaaaakkkkkk
salam ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-04-01
0
Mey Yanti
jdi inget masa masa smp...
2021-03-10
1