Bab 4

Hari ini adalah hari pesta pernikahan Bang Eddy, yang artinya hari dimana aku bisa bertemu dengan sang Letnan, hehehe. Bahagia? Jelas, tegang? Banget, gak sabar? Pastinya! Pokoknya campur aduk deh. Dari semalam aku telah menyiapkan pakaian yang akan aku pakai hari ini. Sebuah dress sederhana berwarna biru muda dengan panjang selutut dan berlengan panjang, aku bahkan belajar memakai make up dadakan dari Mbak Asri, tentanggaku yang memiliki salon di samping rumah.

Wajahku, ku rias sederhana dan tipis jadi terkesan natural, rambut panjangku yang lurus kini telah disulap Mbak Asri menjadi sedikit bergelombang dan terlihat lebih tebal, lengkap dengan bando permata imitasi cantik yang dipinjamkan Mbak Asri dari salonnya. Untuk terakhir kalinya aku menantap pantulanku di atas kaca.

“Sempurna… hihihihi.” Aku tersenyum puas melihat penampilanku hari itu, yang perlu ku lakukan adalah menunggu jemputanku datang, dan aku-pun bisa bertemu sang Letnan!

Tapi semua usahaku untuk tampil cantik hari itu gagal total ketika Arga Dewantara sahabatku dari zaman SMP menjemputku dengan motor Scorpio biru miliknya! Alhasil aku harus menggunakan celana training di balik gaunku yang anggun supaya bisa duduk di atas motor dengan nyaman dan rambut hasil karya masterpiece Mbak Asri kini kembali lepek di bawah helm.

“Kan aku dah bilang kemarin, aku mau pakai rok hari ini… bukannya bawa mobil.”

Saat ini aku sedang berada di pojok belakang gedung di balik tripleks styrofoam bekas karangan bunga ucapan selamat untuk membuka celana training yang tadi ku pakai. (Kalau ada yang nanya kenapa gak ganti di toilet gedung? Hmm, toiletnya berada di dalam gedung dan aku tidak percaya diri untuk menerobos masuk apalagi terdengar dari luar kalau di dalam acara telah di mulai, jadi disinilah aku berada… di belakang gedung yang sepi.)

“Mobilnya dipakai Bapak sama Ibu ke undangan juga. Udah belum?”

Arga menahan styrofoam itu dengan punggungnya biar tidak jatuh.

“Bentar… jangan ngintip!” teriakku sambil menarik celana olah raga itu dari kakiku setelah sebelumnya membuka wedges putih kesayanganku.

“Ngintip kamu mah gak ada faedah-nya, Key.”

“Emang ada ngintip yang berfaedah?”

“Ada-lah.”

“Ngintip apaan?”

“Ngintip beliin makanan ma temen tapi lupa bayar.”

“Itu nitip!” Aku berkata sambil keluar dengan tangan menenteng celana training merah yang langsung ku berikan pada Arga untuk dimasukan ke dalam ransel miliknya.

“Gimana, Ga?” Aku berdiri di depan Arga sambil merapihkan gaun dan rambutku.

Mata Arga menilaiku dari atas sampai bawah, kemudian mengangguk, “Lumayanlah 7,5.”

Aku tersenyum puas dengan nilai itu karena nilai tertinggi yang pernah Arga berikan untukku adalah 8, itu juga waktu nikahan Kak Dimas hasil dandan dari subuh di salon.

“Ayo cepetan nanti makanannya habis!”

Dengan dada yang mulai berdebar aku berjalan di samping Arga menuju gedung Bhayangkara tempat resepsi berlangsung. Di dalam masih berlangsung prosesi pedang pora yaitu sebuah prosesi ala militer untuk menyambut dan menghormati pengantin.

Aku dan Arga ikut berkerumun untuk melihat prosesi dengan formasi pedang nan cantik itu. Bang Eddy terlihat gagah dengan pakaian militer lengkapnya berjalan di bawah naungan pedang hasil formasi dari rekan-rekannya, lenganya mengapit tangan pengantin perempuan yang terlihat cantik dengan kebaya hijau tampak serasi dengan baju seragam Bang Eddy.

Kepalaku celingukan mencari seseorang yang menjadi alasan keduaku datang ke sini, tapi aku tak melihatnya dimana-pun. Aku melihat beberapa teman Oasis-ku berkumpul tak jauh dari kami. Aku menyolek Arga dan mengajaknya untuk berkumpul dengan yang lain.

“Dari tadi?” tanyaku kepada Mira yang terlihat cantik dengan kebaya pink dan celana putih ¾-nya.

“Engga, baru datang juga.”

Aku mengangguk dan kembali menyisir ruangan mencari sosok tinggi tegap sang Letnan berharap bisa melihatnya di antara tamu undangan atau mungkin di antara tentara yang sedang melakukan pedang pora. Tapi aku tak melihatnya dimana-pun.

“Belum datang kayanya,” bisik Mira membuatku menatapnya.

“Siapa?”

“Mas Yudha,” ucapnya sambil tersenyum jahil membuatku tersenyum malu, “Macet kali jadinya telat.” Aku mengangguk setuju, tapi tetap saja mataku masih menyisir setiap orang di dalam gedung milik TNI AU itu mencari sang Letnan.

Prosesi pedang pora telah selesai dan kedua mempelai sudah berdiri dengan senyum cerah di atas pelaminan menerima ucapan selamat dari rekan-rekan mereka yang mengular menunggu giliran bersalaman. Tapi aku, Arga dan teman-teman Oasis lebih memilih untuk mengantri di depan stand makanan yang tersebar di dalam gedung.

“Pengantinnya gak bakalan kemana-mana tar saja salamannya kalau mau pulang, sekarang mah makan dulu,” ucap Agus sambil berjalan menuju meja perasmanan diikuti oleh para pria, sedangkan perempuan lebih memilih menyerbu stand-stand makanan ringan.

Tapi kali ini aku tak begitu menikmati makanannya dan alasannya tak lain dan tak bukan karena sampai sekarang aku belum melihat sang Letnan dimanapun.

“Gak ada?” tanya Arga sambil minum air mineral.

Aku menggeleng sebagai jawaban sambil membuang napas berat. Arga memang tahu alasanku sebenarnya datang ke sini selain buat memberi ucapan selamat buat Bang Eddy, juga karena ingin bertemu sang Letnan yang ternyata sampai acara mau selesai-pun belum juga kelihatan.

Arga bahkan telah mencoba semua makanan yang disediakan di sana! Kalau soal makan dia memang jagonya tapi gak tahu kemana semua makanan itu karena tubuhnya tetap kurus walau sebanyak apapun dia makan, dan itu membuatku sangat iri!

“Ada urusan kali.”

“Iya kali,” jawabku sambil berdiri disusul Arga untuk bergabung dengan yang lainnya ngantri mengucapkan selamat sekaligus pamit kepada Bang Eddy dan istrinya.

“Foto dulu, yuk!”

Bang Eddy meminta kami semua untuk foto bersama, tanpa menunggu kami langsung berbaris di samping pengantin, sebagian ada yang berjongkok di depan.

“Key, sini, Key.” Bang Eddy menyuruhku untuk berdiri di sampingnya.

“Yudha, lagi tugas keluar,” bisik Bang Eddy membuatku menatapnya, “Keberangkatannya dimajuin dari jadwal sebelumnya, jadi gak bisa datang.”

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecewa.

“Dia titip salam buat kamu.”

Seketika senyum kecewa itu langsung berubah menjadi senyuman cerah yang lebar, dan lampu blitz kamerapun menyala.

“Sekali lagi!” seru fotographer membuat kami kembali bersiap-siap.

“Abang ngasih no telepon kamu sama dia, tunggu saja pasti nanti ngehubungi.”

Aku langsung menatap Bang Eddy tak percaya yang hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum kembali menatap kamera.

Acara foto telah selesai aku kini tengah menyalami Bang Eddy yang masih tersenyum menggoda, dan ketika aku mau menyalami pengantin perempuan, Bang Eddy membisikan sesuatu kepada istrinya membuat wanita cantik yang kini menjadi istrinya itu langsung menatapku dengan mata berbinar. Dia memelukku sambil berbisik.

“Yang setia ya nunggu yang lagi tugas negara.”

Aku yakin kini wajahku telah memerah mendengar itu, dengan senyum malu aku mengangguk sebelum akhirnya turun dari pelaminan, dan keluar dari gedung dengan wajah berbinar.

****

Double update special buat Devii dan teman" semua yg sdh sudah dengan setia selalu support 😘

Terpopuler

Comments

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

gimana rasanya se ngefans itu sama cowok key?🤭 kamu keren berani ketahuan suka sama seseorang....

2025-04-13

0

AnggieYuniar

AnggieYuniar

Ahhhhh beneraannnn kangen bangeettt sama Alanaa... skrg nulis dimana toorr ??

2024-12-07

1

Nha Husna

Nha Husna

lagi kangen sama karya nya teh Alana, makanya baca ulang, entah sudah yg ke berapa kali nya aku baca, tapi gak pernah bosen 🤍

2024-08-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!