Debat panjang lebar hanna tidak membuka suara satu katapun,sampai pada akhirnya umi khodijah sebagai ibu dari fariz orang yang mau dijodohin dengan hanna,mengutarakan pendapatnya untuk mereka segera menikah di waktu itu juga
''haa nikah?!'' guman hanna dengan mata melotot,hanna menyenggol kaki ibu afifah,ibu afifah memegang tangan hanna untuk memberi ketenangan pada hanna yang tampak tambah gelisah dengan keputusan tentang dirinya.
''saya setuju dengan pendapat umi khodijah, mereka bisa nikah secara agama terlebih dahulu untuk masa perkenalan mereka, selain untuk menghindari maksiat,mereka juga bisa lebih leluasa untuk mengenal satu sama lain'' tanggap abah zain
''abah'' rengek hanna lirih
''hanna nurut aja apa kata abah'' bisik ibu afifah mengajak hanna untuk beranjak dari duduknya ''maaf, hanna mau ke kamar mandi tapi nggak berani sendiri'' pamit ibu afifah
''oh ya silahkan ke kamar mandi dulu aja,dari pada ditahan nggak baik'' jawab umi khodijah
🐼
hanna di gandeng ibu afifah untuk keluar dari ruangan tersebut,keluar dari ruangan wajah hanna mengeluarkan ekspresi yang sebenarnya hanna rasakan,dia merengek menangis dan menentang #perjodohannya karena menurutnya itu masih dini
''hanna masih 17 tahun bu,masih mau kuliah dulu'' rengek hanna dalam tangisannya
Ibu afifah memeluk hanna
''sayang,lanjut kuliah boleh kok, kan ini nikah agama,nggak banyak orang yang tau, kamu bisa hidup seperti biasa cuma kamu sudah menjadi istri mas fariz'' ucap ibu afifah menenangkan hanna sambil mengusap kepalanya
''gini aja,buat tambah keyakinan kamu sekarang, ibu kirimin brosur kampus kamu,ibu langsung daftar ulang sekarang juga,gimana?'' lanjut ibu afifah seraya melepas pelukannya dan mengusap air mata hanna yang sudah membasahi kedua pipi manisnya,
Hanna terdiam sesenggukan
''nggak enak kita lama disini,cuci muka dulu sana ibu tunggu disini'' ucapnya mendorong hanna mendekati wastafel
🐼
Sebelum kembali ke tempat makan mereka, ibu afifah kembali menenangkan hanna dengan beribu janjinya untuk mendukung hanna dihobinya yang selama ini ia tantang, bukan hanya itu iu afifah juga memoles wajah hanna dengan sedikit riasan untuk menutupi kemerahan kemerahan bekas nangis yang masih ada di wajahnya.
''gimana hanna, fariz sendiri sudah menyetujui pendapat umi, sekarang tinggal menunggu jawaban kamu'' tanya idris kakak dari fariz
''han-na ikut keputusan abah sama ibu aja''jawabnya lirih dengan keraguan yang masih terasa
''oke kalau begitu,dengan keberadaan kita semua yang ada disini,udah cukuplah untuk menjadi syarat menikah mereka'' ujar idris
🐼
Kebetulan yang punya rumah makan tersebut menantu umi khodijah,jadi mereka tinggal pindah keruangan yang beralasan karpet,mereka dekor dadakan dengan bahan seadanya,
Ibu afifah memeluk hanna sambil menceritakan pahit manisnya kehidupan yang akan hanna alami setelah menikah,sebelum acara dimulai ibu afifah juga menelpon anaknya yang ada di negeri orang untuk ikut menyaksikan adik perempuannya menikah.
melihat muka adiknya yang mengerutkan bibirnya,mereka langsung faham dengan perasaan hanna, nggak ada yang mereka bisa bantu kecuali kata-kata cinta yang manis untuk menumbuhkan mood hanna.
disisi lain abah zain menjabat tangan fariz dengan tegas untuk memberikan putri semata wayangnya untuk menjadi pengganti hidupnya.
Suasana mulai tegang dan sunyi,mereka terdiam mendengarkan ijab kabul yang lantang dan tegas keluar dari mulut abah zain ataupun fariz
''qabiltu nikahaha wa tazwijaha hanna ghania afifah binti zain Ibrahim 'alal mahril madzkur hallan'' ucap fariz tak kalah tegas dengan abah zain
Abah zain menanyakan 'sah' kepada para saksi mereka menjawab 'sah'
Langsung di lanjut dengan doa,sedangkan hanna di belakang dipeluk ibu afifah yang terharu dengan pernikahan anaknya yang sudah tidak kecil lagi
''selamat ya sayang,mau kamu udah nikah pun, ibu tetap ibumu,kamu tetap putri kecil ibu'' bisik ibu afifah dalam pelukannya,hanna mengusap air matanya sendiri sebelum menetes mengenai baju ibunya,dia pelepasan pelukannya dan tersenyum
''semoga keputusan ini baik ya ibu'' ucap hanna sebelum maju kedepan untuk memakai cincin yang menyalimi fariz yang sekarang telah sah menjadi suaminya
Meskipun begitu,hanna tetap ikut pulang abah zain dan ibu afifah, dia menolak ajakan mertuanya untuk ikut pulang bersama,ibu afifah juga menolak ajakan tersebut karena ibu afifah tau perasaan yang di rasakan oleh hanna sekarang.
''abah ibu,hanna ngelakuin ini demi kalian ya, hanna aslinya nggak suka'' ucapnya waktu diperjalanan pulang ''bukan nggak suka tapi belum suka, namanya aja masa pendekatan nggak ada yang langsung suka hanna, sekarang kalau kamu kemana-mana bukan hanya izin sama abah dan ibu tapi juga mas fariz'' jelas abah zain menutup matanya yang sudah berat ''hanna tetap putri ibu,hanna nggak perlu khawatir sama hidup'' lanjut ibu afifah sambil memeluk hanna dan menciumi kepalanya
''ibuuu'' ucapnya manja memeluk ibu afifah
🐼
Setelah menikah,satu katapun belum pernah fariz ataupun hanna ucapkan,mereka masih cuek dan sibuk dengan kesibukan masing masing, meskipun ibu afifah sudah memberikan nomor fariz ke hanna,hanna tetap sibuk dengan hobinya, orang tua hanna sudah tidak berani melarang hanna,mereka janji akan mendukung hanna karena hanna sudah mengikuti apa yang mereka pilih untuk hanna.
''ngapain kemarin nangis ya kalau ternyata nggak ada perubahan jelek dihidupku'' guman hanna tersenyum dengan pekerjaan untuk persiapan ospek di kampusnya
''mbak hanna'' teriak dzaki dari balik pintu kamar hanna
''ada apa dek,masuk aja mbak hanna lagi sibuk'' jawab hanna fokus dengan kain yang lagi dia potong
''saya boleh masuk?''
Tangan hanna berhenti,mata hanna melotot dengan suara asing yang barusan ia dengar,dia melihat ke arah dirinya yang masih memakai baju tidur dengan rambut kuning yang terurai
''mbak hanna kok diem aja,dzaki buka ya pintunya'' ujar dzaki bersamaan dengan suara selot pintu yang turun ''jangan!!''teriak hanna menahan pintu kamarnya ''tunggu aja disitu'' ucap hanna dengan detakan jantung yang cepat
hanna memegang dadanya,mengatur nafasnya untuk menetralkan jantungnya,dia mengganti baju memoles wajah dengan riasan tipis dan menggunakan kerudung,tak lupa dengan parfum yang membuatnya menjadi percaya diri,memastikan kerapiannya,dia bolak-balik berkaca sebelum keluar
Selot pintu hanna turunkan perlahan,membuka pintunya sedikit mengintip keluar kamarnya mencari keberadaan suara asing yang tadi mengagetkannya,ternyata kosong nggak ada orang yang duduk di sofia ruangan depan kamar hanna,hanna keluar cepat dan menutup pintunya
''udah siap''
''haaa'' tubuh hanna bergetar,dia menoleh ke sumber suara yang membuatnya kaget,dia berpenampilan sama seperti awal mereka ketemu,baju timang sarung hitam corak,jam tangan di tangan kiri dan peci hitam di kepalanya,dia tersenyum melihat hanna yang memperhatikan penampilannya
''kamu grogi?'' tanyanya dengan muka penasaran 'a-apa? Gero-gi? Nggaklah apa itu grogi'' tanggap hanna berjalan meninggalkan fariz, dia kembali mengatur nafasnya
''saya mau ngobrol sama kamu,enaknya ngobrol dimanja ya?'' tanya fariz menyusul hanna yang sudah menuruni tangga ''ngobrol diluar aja'' jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dan jalannya
🐼
Di mobil hanna menghadap keluar,fariz fokus menyetir dan mengetuk setiran memakai jarinya
''ekhem,canggung juga ya kaya gini,putar musik kali ya'' ujar fariz memencet radio yang ada di samping setir mobil,tidak ada respon lirikan atau jawaban dari hanna
''kamu mau request lagu apa?'' kedua kalinya juga nggak ada perubahan sama sekali ''berat banget ya nikah sama saya? Atau terpaksa?'' ''iya terpaksa'' jawabnya lirih dengan fokus pemandangan di kiri jalan
''oh terpaksa,kenapa nggak menolak aja? Kaya gini kan jadi nggak enak'' jelasnya ''apa tadi? Nggak enak apanya ya?'' tanya hanna mengalihkan pandangan ke fariz ''kamu tadi jawab terpaksa'' ''ooh aku keceplosan kebenaran, ya syukurlah kalau kamu tau,aku nggak perlu drama-drama romantis'' jelas hanna ''yang nyuruh kamu drama siapa hanna? Saya tau kamu hanya ikutin omongan orang tua kamu kan?'' ''kamu tau kenapa nggak kamu aja yang nolak?'' tanya hanna menatap tajam fariz yang fokus menyetir
''ya karena saya sama kaya kamu'' jawab fariz menyingkirkan kepala hanna ''oh kamu juga terpaksa?'' ''bukan'' ''terus?'' ''ikuti orang tua''
Hanna menghela nafasnya
''gini aja deh,aku ngomong terus terang aja, alesan aku mau nikah biar aku diizinin kuliah sesuai dengan fashion aku'' ''oooh,kirain main pacaran'' ''nggak, kamu tau aku masih kecilkan? Aku masih mau ngejar mimpi aku, aku masih masuk kuliah,punya usaha,masih mau main,masih mau nongkrong-'' ''masih mau bebaskan? Abah sama ibu udah bilang sama aku'' ''mereka bilang apa?'' ''yang barusan kamu omongin'' ''oke deh kalau begitu, aku nggak perlu ribet bilang sama kamu'' jawab hanna merasa lega dengan kekhawatirannya, hanna membuka jendela mobilnya menutup matanya dan tersenyum menikmati angin sore
''kamu nggak nanya pendapat aku sebagai suamimu?''
''ya kamu harus setuju lah, kalau nggak ya udah sana pergi jauh'' jelasnya tanpa pengalihan pandangan,fariz tersenyum
🐼
Senja di caffe dengan banyak pemandangan alam yang sejuk,hpnya hanna tidak lepas dengan kamera,setiap sudut ia foto untuk dikirim ke sahabatnya yang sudah pada keluar dari kota indah itu
''seneng banget kayaknya'' ujar fariz duduk di hadapannya
''seneng tapi sedih,mungkin kalau mereka disini,pasti mereka nyusulin kesini'' jelas hanna fokus dengan hpnya ''ya udah,besok besok ajakin mereka kesini'' tanggap fariz ''nggak usah,aku juga mau pergi''
''pergi?' tanya fariz memastikan omongan hanna
''abah sama ibu nggak cerita kalau aku kuliah di jakarta?'' ''eng-gak'' ''duh mereka cerita setengah-setengah ya, aku nggak perlu rayu kamu kan untuk izin kuliah di jakarta, udah daftar ulang juga'' ucapnya menatap fariz tajam,fariz terdiam dan balik menatap hanna
''gimana ya enaknya....'' jawab fariz mikir
''lah...kita baru kenal masak kamu udah mau ngelarang aku kuliah''jawab hanna bete ''akan aku suami kamu sekarang, ya boleh kuliah tapi kok jakarta ya...mau tinggal dimana,sekarang kalau ada apa-apa sama kamu aku loh yang tanggung jawab''
Obrolan mereka tambah serius,hanna menjelaskan kalau dia sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari,mulai dari tempat tinggal,kendaraan,bahkan baju hanna sudah terbungkus rapi di koper
''kamu sibuk sama urusan kamu,aku sibuk sama urusan aku,masalah tanggung jawab biar orang tua aku aja yang urus,mereka juga udah janji, ngak usah khawatir sama aku'' jelas hanna kesal ''nggak ada kaya gitu, aku ni suamimu ya berhak melarang kamu''
Baru merasakan enak hobinya yang sudah di dukung oleh orang tuanya kini dia kembali seperti orang yang punya hobi terlarang,apalagi terlarang orang yang baru kenal meskipun itu suaminya,hanna terdiam melihatkan kekecewaannya kepada faiz
''kalau kaya gini kita mending nggak usah lanjut'' ujar hanna kemudian membanting pintu mobil pajero dan masuk kedalam rumahnya tanpa berpamitan ke fariz
~BERSAMBUNG~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments