Pagi hari tiba, pria dengan rambut hitam serta iris berwarna merah telah bangun dari tidurnya, sudah menjadi kebiasaan baginya untuk bangun sangat pagi, dan untuk rutinitas paginya Vianze melatih tubuh fisiknya termasuk sihirnya. Vianze menuju taman tempat pelatihan khusus di lantai utama, dekat tempat dimana Queena menghabiskan waktunya di taman serta di lantai yang sama. Pagi ini Vianze hanya menggunakan celana biasa yang berwarna hitam serta tubuh atas yang dibiarkan terbuka begitu saja, pedang besar yang bermotif ular itu berada di tangan kanannya. Saat tiba ditempat Vianze menatap langit, langit masih terlihat sedikit gelap, tetesan embun masih terasa di kulit. Vianze meletakkan pedangnya dan mulai melatih kekuatan sihirnya terlebih dahulu. Vianze mengangkat tangan kanannya dan mengeluarkan listrik dengan tekanan rendah.
Zrrrtt!!~
"Akh!"
Sihir petir yang dia dapat dari keluarga Molfza begitu kuat, bahkan dirinya masih belum menguasainya dengan baik.
"Entah mengapa aku belum menguasai sihir ini." Batin Vianze dengan kesal.
Vianze mulai membuat titik utama dalam sihirnya dan membuat sedikit tekanan yang dapat memperkuat sihir petirnya. Queena adalah keluarga Molfza yang menguasai atau meneruskan kekuatan Sang Ayah yaitu Giryu, artinya petir. Petir dengan rambatan yang sangat kuat mengikuti warna alami mereka aka, yang berarti merah. Vianze memperkuat petir itu dalam satu tekanan yang besar.
Zrrtt!
Vianze membuat suara ledakkan yang cukup besar, membuat sedikit kerusakkan di sekitar tapi Vianze merasa kekuatannya ada yang tertahan oleh seseorang atau bisa dikatakan ada yang berusaha menahan kekuatannya tadi disaat Giryu lepas kendali, Vianze mulai melihat sekitarnya dengan teliti dan terus meyakinkan bahwa di sana bukan hanya ada dirinya saja, tapi saat terus mencari Vianze hanya seorang diri disaat berlatih.
"Aneh, kurasa ada seseorang yang menahanku tadi." Gumam Vianze dengan bingung.
♤Di Sisi Lain♤
"Yang Mulia?!" Teriak Riena melihat Queena yang berjalan menuju kamarnya dengan gaun bagian atas yang ada bercak darah. Karena hari ini gaun putih yang dia gunakan terlihat sangat jelas warna merah segar itu.
Riena langsung mendekat ke arah Queena untuk melihat keadaan Queena secara langsung, tapi Riena hanya melihat bagian dada yang terkena bercak darah namun wajah Queena masih putih bersih, jadi Riena menganggap bahwa darah itu bukan dari Queena melainkan darah lain.
"Ratu, darah siapa ini?" Tanya Riena sambil menuntun Queena kembali ke kamarnya dengan perlahan-lahan dan segera membantu Queena mengganti gaunnya. "Tolonglah, jika ada yang terjadi beri tahu diriku, jangan membuat diri Anda dalam bahaya." Ucap Riena yang masih membantu Queena mengenakan gaun lain.
"Tenanglah Riena, ini bukan darahku melainkan darah hewan yang terluka, aku harus menguburnya." Jawab Queena dengan yakin.
Riena masih menatap wajah Ratunya yang begitu anggun, butuh setengah jam untuk membantu Queena mengganti gaun, setelah usai Riena langsung keluar dan membawa gaun putih itu menuju tempat penyucian khusus gaun Ratu, dengan hati-hati Riena meninggalkan Ratu seorang diri di kamar.
Saat berjalan di koridor menuju ruangan penyucian Riena berpas pasan dengan Vianze yang berjalan dengan berlawanan arah, karena perlakuan Rajanya itu di tempo hari, membuat Riena sedikit trauma dan takut saat bertemu dengan Sang Raja. Tapi Vianze seperti tidak memperhatikan apapun dan terus berjalan Riena pun langsung tenang seperti lepas dari ancaman hewan liar, tapi disisi lain Vianze terhenti dari langkahnya seperti ada yang menjanggal dengan apa yang barusan dia lihat.
"Riena." Panggil Vianze tiba-tiba.
"Asgata Tuhan, apakah kau sangat benci padaku?!" Gumam Riena, tapi dia harus menanggapi panggilan dari Raja. "I-Iya Yang Mulia." Ucap Riena dengan gugup serta tundukkan ke bawah, Vianze mendekat ke arah Riena, pelayan itu hampir mati ketakutan karena Vianze mendekat, tapi Vianze hanya meraih apa yang sedang Riena pegang.
"Ini?"
"Ah-itu gaun Ratu, aku harus mencucinya karena bercak darah mengenai gaun Ratu." Ucapan dari Riena membuat kerutan di dahi Vianze.
"Darah?"
Vianze menyerahkan kembali gaun itu pada Riena.
"Tunjukkan bercaknya." Ucap Vianze, entah mengapa dirinya sangat ingin tahu bercak itu, padahal dia tidak perlu mengetahui apa-apa tentang Queena.
Riena langsung memperlihatkan gaun yang ada bercak darah, Riena juga menjelaskan pada Rajanya bahwa darah ini bukan dari Ratu melainkan hewan yang terluka disaat Queena merangkuh hewan itu. Setelah melihat dan mendengar penjelasan dari Riena, Vianze membiarkan Riena langsung pergi, padahal telah mendapat jawabannya tapi Vianze terus bertanya-tanya, dari mana asal darah itu, ada sedikit keyakinan besar, bahwa darah itu bukan berasal dari hewan, melainkan hal lain.
"Ada yang tidak beres."
...👑👑👑👑...
Queena masih menenangkan dirinya di dalam kamar, berusaha menetralkan suhu serta sihirnya yang tersisa, Queena merasa kepalanya begitu sakit serta tenaganya seperti terkuras habis.
Tok! Tok! Tok!
Queena membuka matanya mendengar ketukkan.
"Masuklah, Riena." Ucap Queena dengan santai dan berusaha menetralkan dirinya.
Cklek!
"Riena, kau tidak perlu-"
Queena terkejut dengan apa yang dilihatnya, Queena langsung beranjak dari duduknya dan mendekati orang itu dan langsung mendorongnya keluar.
Tap!
Dengan cepat orang itu menggenggam pergelangan Queena dengan sedikit tekanan, karena perbedaan tinggi yang jauh membuat Queena harus menolehkan kepalanya ke atas tepat wajah orang itu.
"Darah apa itu, Queena?"
"Apa maksudmu?" Queena sebenarnya sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan orang itu, namun yang lebih mengejutkan orang itu memasuki kamar Queena untuk pertama kali.
"Jangan membodohiku Queena." Ucap Vianze dengan tatapan iris merah yang menatap iris mata Queena.
Karena merasa tak suka pada perlakuan Vianze, Queena memaksa dirinya untuk melepas paksa tangannya dari genggaman Vianze. Queena menyilangkan kedua tangannya di depan dada menatap datar wajah Vianze.
"Apa urusanmu?" Ucap sinis Queena. "Aku terluka bukan urusanmu bukan?" Kini Queena membuat tatapannya semakin datar.
"Termasuk mati." Queena terus mengucapkan kata-kata pedas dan menyindir dengan tatapan wajah dingin dan datar.
Entah mengapa Vianze sedikit tertekan dengan ucapan Queena barusan, sedikit membuatnya emosi tercampur perasaan lain.
"Huh, tentu saja aku khawatir," Tukas Vianze. "Pada wadah." Ucap singkat dari Viaze lalu meninggalkan tempat itu dengan cepat. Queena sempat mematung di tempat namun Queena langsung masuk ke kamar dan menutup pintu itu dengan pelan.
Bruk!
Queena terjatuh dan terpuruk mendengar
kata-kata Vianze, Queena melihat kedua telapak tangannya dengan gemetar.
"Di mana kekuatanku yang dulu?"
"Di mana kebebasanku?"
"Jika aku dapat pergi, ke mana aku pergi?"
"Aku tidak memiliki apapun lagi." Queena menggenggam erat kepalan tangannya.
Queena menangis dalam isakkan yang dalam, menahan sakit hatinya dia tidak menyangka semua kehidupannya terasa sia-sia, tidak ada yang istimewa, melainkan hanya penderitaan yang dia dapat, Queena merasa frustasi dengan kehidupan saat ini, ingin marah namun sia-sia, ingin dendam namun sia-sia, ingin benci namun sia-sia, semua hanya sia-sia termasuk hidupnya kini, Queena terlelap dalam pikirannya sendiri tangisannya menjadi-jadi, jika dapat hancur maka dia akan hancur, jika mudah mati, dia ingin cepat melakukannya.
Tok! Tok! Tok!
"Yang Mulia, ini aku Riena."
Queena menutup mulutnya serapat mungkin dan untungnya pintu tadi sempat dia kunci, saat ini dia tidak ingin membiarkan orang-orang tahu bahwa Ratu Soques begitu lemah dan bodoh dipenuhi dengan penderitaan.
Di depan pintu, Riena merasa Ratu tidak berada di kamarnya dan memutuskan untuk mencarinya di taman lantai utama. Karena merasa Riena tidak berada di depan pintu Queena melegakan nafas dan mengontrol dirinya, perlahan-lahan Queena bangkit dari lantai dan menuju sofa, sebelum meninggalkan kamar Queena harus membersihkan wajahnya terlebih dahulu.
Di sisi lain, Vianze berada di dekat kamar Queena dan melihat Riena yang menghampiri kamar Queena, tapi Vianze berfikir entah mengapa Queena tidak membukakan pintu untuk pelayan pribadinya, padahal Vianze sangat yakin, bahwa Queena belum meninggalkan kamarnya sejak Vianze mengunjungi kamar Queena.
"..........."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Saiyah
tinggalkan jejak dulu
2021-06-18
1
Friska Petra
Hai thor salam kenal..
misteri bola kaca hadir..
2021-01-28
1
🌹Dina Yomaliana🌹
Hai kakak👋 aku datang lagi di cerita mu ya🥰😉 semangat terus up ceritanya💖💖💖💖
Salam kenal dari cerita ku😊😊😊😊
~ Adikku Sayang Adikku Malang
~ Sungguh Tak Terkira
2021-01-11
1