Hari sudah sore, terlihat mobil warna putih memasuki parkiran, itu pertanda sang tuan rumah sudah pulang. Mawar bisa melihatnya karena letak kamarnya di lantai atas. mempermudah ia mengamati pemandangan di taman rumah itu.
Biasanya Dirga lebih sering pulang larut malam, Ia lebih sering menghabiskan waktu dengan pekerjaannya, entah apa yang membuatnya sore ini sudah pulang.
Sesampai dirumah, Dirga segera mengetuk pintu tak lama Bi Susi mendekat untuk membukakan pintu tersebut.
"Bi ... tolong bikinkan kopi ya! nanti antar kekamar!" Sambil berjalan menuju ke dalam kamar barunya di lantai bawah. melepaskan lelahnya seharian berkutat dengan pekerjaan.
"Baik Tuan, kopi akan segera siap." ucap Bi Susi wanita paruh baya itu segera melangkahkan kaki ke dapur. Tak lama ia telah kembali bersama kopi hangat di tangannya.
"Apakah Mawar tadi mau makan?" tanya Dirga, sambil melepaskan dasi dan jasnya.
"Makan tuan, tadi pagi makan bersama dengan saya, cuma pas pertama saya lihat, mata Nona Mawar sangat bengkak, seperti habis nangis semalam, Tuan. Kenapa dia harus menagis mendapat suami seganteng tuanku ini, he ... he ... he ..." Bi Susi terkekeh menggoda majikannya.
"Terima kasih kopinya, Bibi boleh pergi."
Dirga bermaksud mengakhiri pembicaraan dengan Bi Susi, karena ia tidak ingin Bi Susi tau lebih jauh tentang pernikahannya.
****
"Tok ... tok ... tok ...." Suara pintu diketuk.
Dirga mengetuk pintu pelan -pelan.
"Mawar!" panggil Dirga dari luar pintu kamar Mawar. Wanita yang kini menyandang gelar menjadi istrinya.
"Tolong buka pintunya!" Sepi tanpa ada sahutan dari dalam.
"Ceklek!" Suara handle pintu ditarik. Mawar kembali masuk ke dalam, ia kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan kamar itu. Dirga yang dua langkah di belakangnya ikut duduk di sofa di sebelah Mawar.
Hai ... Mawar ... betul kan nama kamu Mawar," tanya Dirga berbasa basi.
Mawar mengangguk. "iya ... " ujar Mawar dengan suara tercekat.
"Maafkan aku, mungkin menurutmu aku pria konyol, tapi semua itu aku lakukan karena aku ..."
"Karena apa? ,Karena kasihan padaku!" ujar mawar lirih, ia sangat terluka dengan keputusan Dirga yang di ambil secara terburu- buru, tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu.
"Apa yang akan terjadi dengan pernikahan seperti ini, Ga" Bulir air mata kembali menetes membasahi pipi Mawar. "Aku saja tak mengenalmu, apalagi mencintaimu, pernikahan macam apa ini?"
"Tenangkan saja dirimu. Aku disini tak akan menyakitimu, aku juga tak memaksa kau harus mencintaiku." Dirga menatap Mawar dengan tatapan sendu "Mawar, berhentilah menangis, aku sungguh tak bisa klo melihat wanita menangis."
"Aku tak tega melihat bapak dan ibumu. Apa kamu tak melihat kedua orang tuamu waktu itu? Kamu tau sendiri kan? tamu undangan yang hadir itu banyak banget. Orang tuamu pasti akan sedih, malu." imbuhnya lagi. sambil memutar mutar handpone di tangannya.
"Kamu tak mencintaiku untuk saat ini tak apa- apa. Akan masih ada banyak waktu untuk saling mamahami dan saling mencoba melengkapi." Kini pandangan Dirga beralih memberhatikan baju Mawar yang baru saja ia belikan.
"Hey kenapa baju yang aku belikan kebesaran gini?" Dirga sengaja mengalihkan pembicaraan. Agar Mawar tidak terlalu terbuai dengan kesedihannya.
"Ya sudah kita keluar malam ini beli keperluan kamu, siap-siap ya aku tunggu dibawah." Dirga menepuk pundak Mawar dan pergi ke luar kamar.
Mawar hanya mengangguk. Tak ada alasan untuk menolak ajakan Dirga.
Malam ini adalah pertama kali Mawar keluar bersama Dirga. Ia mendatangi pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di Surabaya. Dirga fokus mengemudi, karena kebetulan ini malam minggu, jadi jalanan lumayan ramai. Hanya sesekali ia menoleh kearah Mawar dengan curi pandang.
Tak lama kemudian mobil mereka sudah sampai di parkiran, mereka segera masuk. Dirga mengambil satu troly, dan mendorongnya, ia berjalan melangkah beriringan dengan Mawar.
Sesekali tangannya menunjuk pada baju yang menurutnya bagus. Mawar lebih sering menggelengkan kepala karena dirasa baju yang Dirga tunjukkan ia kurang suka. Tak lupa ia juga membeli beberapa alat make,up.
Dirga diam diam memperhatikan Mawar, ia menyadari bahwa wanita di depannya ternyata amat cantik.
Selesai semuanya, Dirga mengajak Mawar makan ke restoran kesukaannya. Disana ia memilih menu yang sama dengan mawar. Mereka pulang ketika tengah malam Dirga dan Mawar masih tidur di kamar yang terpisah.
****
Dimas yang berada dinegara asing sangat gusar, hatinya gundah gulana, pikirannya kemana mana memikirkan keadaan Mawar yang ia tinggalkan di hari H pernikahannya. Berkali kali menghubungi Mawar namun handpone Mawar tak aktif.
Sedangkan disini ia harus menunggu Mamanya, yang berbaring lemah di rumah sakit. Mamanya terjatuh dari tangga dan harus dirawat di rumah sakit. Ketika tepat di hari pernikahannya.
Waktu itu ia tergesa gesa berangkat, dan tak menyadari ia meninggalkan handponenya diatas meja kerjanya dalam keadaan batre low.
Hati Dimas perih, nafasnya serasa sesak, sulit melupakan kejadian malam itu, Ia memejamkan matanya, Menghembuskan nafasnya dalam dalam.
"Mawar susah payah Aku meyakinkan Mama, Kini Mama sudah merestui, bersabarlah sedikit, ketika Mama sembuh nanti Aku akan menghalalkanmu walau nanti asal kita resmi sah suami istri aja dulu."
"Kali ini aku tak bisa melihatmu memakai baju pengantin pilihanmu, mungkin aku akan melihatmu lagi, kau memakai gaun pilihanku."
Tak terasa setitik air bening menetes di pelipis laki laki itu.
Dimas segera mengusap air matanya, " huff!kenapa tiba-tiba aku jadi cengeng seperti ini."
"Betapa rapuhnya aku jika tanpamu, Aku kangen banget sama kamu, tapi handpone ku juga tertinggal bahkan fotomu saja saat ini tak bersamaku" Dimas menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi yang ia duduki.
"Mawar biasanya setiap malam seperti ini kau selalu membuatku tertawa dengan kata katamu, Good night My honey ... Don't forget to brush your teeth before bed I love you!"
Setiap kali ia ingin menutup teleponnya tak lupa Mawar selipkan kata- kata itu.
Itu kata-kata konyol Mawar yang selalu membuat Dimas tersenyum, wanita sederhana itu sudah mampu membuat Dimas klepekan dikala jauh rasanya rindu mendera, Dimas yang dipenuhi dengan bayangan Mawar tak henti mengenang saat- saat kebersamaan mereka.
Andaikan tidak ada insiden seperti ini Dimas mungkin sudah menjadi pengantin baru yang sedang berbulan madu. Memadu kasih dengan sang istri tambatan hatinya.
Dimas menghampiri mama Lita yang berbaring, ia tertidur pulas mungkin karena efek obat yang baru saja ia minum.
"Mama semoga segera sembuh." Dimas sayang sama Mama. Bisik Dimas dalam telinga Mama Lita, dan tangan kanannya memeluk tubuh nya. Lalu ia mengecup pipinya.
Dimas ke apartemen dulu, Ma. Sekarang bergantian Papa yang akan jaga Mama.
Dimas pergi meninggalkan rumah sakit, ia mengendarai mobil menuju apartement yang ia singgahi, ketika tinggal dinegara tersebut, tak lupa ia mampir ke mall untuk membeli Handpone dan satu buah sim card.
Selesai membeli Dimas segera pulang.
Sampai di kamarnya segera mengaktifkan Handpone barunya dan ia segera menelpon nomor kantor karena hanya nomor kantor yang ia hafal saat ini.
Tring!...tring!...tring!..
"Ia..Hallo....!"
"Dengan siapa ya?..."
ternyata suara Lisa yang terdengar, Lisa sekretaris Dimas yang mengangkat telepon tersebut.
"ini aku Dimas."
"Oh pak Dimas selamat sore pak."
"Ada yang bisa saya bantu pak!."
"Ia untuk beberapa hari ini aku tidak bisa masuk Lisa, nanti biar Rinto yang handle semua pekerjaanku, dan kamu harus mendampingi dia untuk sementara waktu.
"Lisa tolong sambungkan panggilanku ke Rinto!." Perintah Dimas pada Lisa.
" Baik pak." Dengan cekatan lisa segera menyambungkan panggilan kepada Rinto.
Dalam hitungan detik saja Rinto segera menyambar telefon yang ada dalam ruangannya tersebut.
Rinto adalah sahabat Dimas. Sekaligus menjabat sebagai manajer pemasaran prodak di kantor Dimas.
"Dim, sepertinya kau sudah gak waras ya!"
"Lo kenapa undang kita semua, nah,lo sendiri gak hadir dalam acara pernikahan lo!"
"Aku jadi heran dengan jalan pikiran lo sekarang ."
Rinto terus saja mengumpat Dimas dengan kata kata kasarnya. Dan menjelaskan panjang lebar tentang perihal pernikahannya tersebut.
Kekecewaan Mawar, tangis histerisnya, semua, hingga akhirnya, Dirga menggantikan posisinya sebagai mempelai laki-laki Rinto menjelaskan semuanya.
Sedangkan Dimas disana hatinya remuk seketika, sekujur tubuhnya kaku, handpone yang di genggamnya ia lempar entah kemana, setelah mengakhiri panggilannya dengan Rinto.
Nyawanya tersengal sengal menahan Marah.
Amarah yang ia tunjukan saat ini hanya untuk Klien bisnisnya Dirga. Tangannya mengepal sangat keras dan ia tinjukan ke cermin.
"Prakk!!!.
"Dirga berani beraninya kamu mengambil calon istriku, Baby ku "
" Berani sekali Haaah."
"Aku akan bikin perhitungan denganmu".
Darah segar mengalir deras dari sela sela jarinya. Sakit yang tadinya tidak terasa kini mulai terasa perih, namun tidak sebanding dengan luka dalam yang ia alami, ia membiarkan ceceran darah itu.sekarang Dimas menyandarkan dirinya di pinggir ranjang.
Ia menikmati lukanya itu seorang diri.
*****
Hal sama yang dirasakan Mawar malam ini, ingin tidur mata susah untuk terpejam. ia tak bisa lagi menahan dirinya untuk mengaktifkanan gawainya. Setelah ia mengaktifkan gawainya ia berharap ada pesan dari Dimas.
Atau panggilan tak terjawab, namun tak ada, yang ada cuma serentetan Pesan Whatsapp
Dari teman teman nya.
"Bahkan kau tak menghubungiku Dim."
Apakah kau ini manusia yang berubah dalam satu hari.Aku seperti tak mengenal sifatmu yang satu ini. Bisikan hatinya selalu mengarah pada hal yang negatif.
Ia lalu melemparkan gawainya diatas bantal sebelahnya.
Hingga seiring berjalannya jarum jam dan malam yang sunyi mulai menghampiri akhirnya insan yang lemah ini terlelap dalam tidurnya.
****
Pukul 4.15, Mawar segera bangun bergegas turun ke dapur disana ia ingin membantu bi Susi memasak sarapan untuk Dirga.
Mawar membantu hal hal kecil saja seperti motong sayur dan menumis bumbu. Tapi ia juga membuat satu menu yang mudah di buat dan cepat matangnya.
Selesai semuanya Mawar menghidangkan ke meja makan. Ini kali pertama Mawar membuatkan sarapan untuk Dirga.
Ayam geprek bumbu pedas.
Sebenarnya Mawar melakukan semua ini karena ia memahami bahwa seorang istri harus bersikap baik kepada suaminya. Itu saja.
Kini sudah pukul 6.30.WIB.
Dirga keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah rapi, ia segera menghampiri meja makan. Sepertinya Mawar belum mengetahui klo Dirga tidak suka dengan masakan yang terlalu pedas.
Tapi untuk menghargai masakan pertama istrinya. Dirga tidak mempermasalahkan ia menyantap habis sarapan nya pagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lina Lina
dirga..udah gak jodoh sm mawar..udah gak usah kesel sm dirga..dirga itu niatnya baik menyelamatkan harga diri mawar dan keluarga nya.. sedangkan kamu pergi gak bilang2 apapun itu alasannya kamu seharusnya ngomong..paham sih klu ibu yg sakit tiba2 bisa jd bingung tp jgn pergi gak pamit jg dong..toh disana jg ibunya ada yg nolongin kan.. haaaah..dimas kamu payah
2022-08-31
0
Lina Lina
memangnya gak bisa mampur sebantar menjelaskan keadaan
2022-08-31
0
Lina Lina
pecundang ngapain lo ngubungi mawar lg...
2022-08-31
0